NPI Alami Surplus US$ 7,66 Miliar - Trend Penyusutan Terhenti

Trend Penyusutan Terhenti

 NPI Alami Surplus US$ 7,66 Miliar 

 Jakarta – Bank Indonesia menyebutkan sepanjang triwulan I-2011, neraca pembayaran Indonesia (NPI) mengalami surplus US$ 7,66 miliar, naik 15,78% dibandingkan periode yang sama di 2010 yang sebesar US$ 6,621 miliar.

“Adanya tren penyusutan surplus transaksi berjalan sejak triwulan IV-2009, tertahan di triwulan I-2011. Akibatnya  membukukan surplus US$ 1,9 miliar, lebih tinggi dibandingkan surplus US$1,1 miliar pada triwulan IV-2010," kata Kepala Biro Humas Bank Indonesia (BI) Difi A. Johansyah dalam rilisnya kepada wartawan di Jakarta,10/5.

 Difi menambakan transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial memberikan kontribusi positif terhadap surplus tersebut. Sejalan dengan itu, jumlah cadangan devisa pada akhir triwulan I-2011 bertambah menjadi US$ 105,7 miliar atau setara dengan 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

 Menurut Difi, perbaikan kinerja transaksi berjalan tersebut lebih disebabkan oleh turunnya pembayaran pendapatan, khususnya bunga utang, dan pembayaran jasa travel terkait berlalunya musim haji yang keduanya bersifat musiman.

 Penguatan transaksi berjalan lebih lanjut terhambat oleh penurunan kinerja neraca perdagangan barang karena tingginya impor minyak akibat penurunan produksi nasional dan peningkatan konsumsi BBM di tengah kenaikan harga minyak di pasar internasional.

 Berdasarkan data BI, transaksi berjalan di triwulan I-2011 tercatat surplus US$ 1,926 miliar, jumlah surplus transaksi berjalan ini turun dibandingkan triwulan I-2010 yang sebesar US$ 1,938 miliar. Sementara transaksi modal dan finansial mengalami surplus US$ 6,221 miliar. Naik dibandingkan triwulan I-2010 yang sebesar US$ 5,59 miliar.

 Investasi langsung di Indonesia masih terus meningkat sejalan dengan iklim investasi yang semakin kondusif dan stabilitas makroekonomi yang terjaga. Sementara itu, derasnya arus masuk investasi portofolio didorong oleh masih tingginya ekses likuiditas di pasar keuangan global dan relatif menariknya imbal hasil investasi di dalam negeri.

 Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengindikasikan NPI mengalami trend penurunan. Padahal pada Pebruari lalu surplus mencapai US$2 miliar. Namun pada Maret mengalami surplus perdagangan menurun menjadi US$1,81 miliar. "Tercatat surplus semakin turun, bulan lalu itu mencapai USD2 miliar, sekarang masih di bawah itu (USD2 miliar)," katanya.

 Menurut Rusman, berdasarkan catatan BPS, ada surplus kumulatif sebesar USD6,53 miliar. "Dari Januari sampai dengan Maret BPS mencatatkan adanya surplus kumulatif sebesar USD6,53 miliar," tambahnya.

 Adapun ekspor Indonesia pada Maret ini mencapai USD16,29 miliar atau sekira 27,53% dibandingkan dengan bulan yang sama di 2010. Sedangkan untuk impor Maret tercatat sebesar USD14,48 miliar atau terjadi peningkatan sebesar 31,96% dibandingkan bulan yang sama di tahun sebelumnya.    

 Data BPS menunjukkan sepanjang Maret, nilai impor Indonesia menembus rekor tertinggi sebesar US$ 14,48 miliar. Impor ini mengalahkan rekor pada Desember 2010 yang sebesar US$ 13,15 miliar. "Jadi kenaikan impor di Maret lebih tinggi dari ekspor. Di Maret ini nilai impor mencapai rekor tertinggi sejak Desember 2010 yang sebesar US$ 13,15 miliar. Jadi di atas angka psikologis," pungkasnya. **cahyo

 

BERITA TERKAIT

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini NERACA Jakarta - Bangkok RHVAC 2024 dan…

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini NERACA Jakarta - Bangkok RHVAC 2024 dan…

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…