Jadi Jembatan Tembus Pasar Internasional - RI Harus Genjot Ekspor Hortikultura ke Singapura

NERACA

 

Jakarta - Indonesia berupaya menggenjot ekspor aneka hasil pertanian dan produk makanan ke Singapura. Langkah itu sebagai jembatan produk hortikultura menembus pasar internasional. Sebelumnya, manggis Indonesia sudah menembus Australia.

"Kita harus menggenjot ekspor hasil pertanian Indonesia ke Singapura karena Singapura dapat dijadikan jembatan untuk menembus pasar internasional untuk sayur-mayur dan buah-buahan Indonesia," kata Duta Besar Indonesia untuk Singapura Andri Hadi dalam siaran pers yang di terima Neraca, Senin (10/12)

Upaya mendorong ekspor hasil pertanian Indonesia di pasar Singapura di antaranya dengan menggelar Indonesia Istimewa Fair 2012 pada 27 September-10 Oktober 2012 di lebih dari 200 gerai atau outlet FairPrice di seluruh Singapura. KBRI Singapura, kata dia, mengadakan pekan promosi meningkatkan kerja sama di bidang agrobisnis kedua negara.

Data statistik produk hortikultura Indonesia, 4% sayur di Singapura diimpor dari Indonesia. Ia berharap ke depan bisa meningkat menjadi 20%. Tahun lalu ekspor sayur-mayur Indonesia mencapai 21.105 ton dari 487.336 ton total impor sayur-mayur Singapura. Buah-buahan Singapura mengimpor 2.206 ton buah dari Indonesia, dari total impor sebesar 374.067 ton.

Impor sayur dan buah Singapura menunjukkan tren meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan, negara tersebut diperkirakan membutuhkan sekitar 1.000 ton sayuran dan buah-buahan per hari.

Berdasarkan data dari Asosiasi Importir dan Eksportir Sayur dan Buah Singapura (SFVIEA), impor sayur dan buah tahun 2011 mencapai 490.000 ton atau meningkat 20.000 ton dibandingkan dengan impor tahun 2010 yaitu sekitar 470.000 ton.

Sebelumnya Andri juga memaparkan Indonesia berupaya menggenjot ekspor aneka hasil pertanian dan produk makanan ke Singapura karena selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, juga menjadikannya sebagai jembatan untuk menembus pasar internasional.

"Kita harus menggenjot ekspor hasil pertanian Indonesia ke Singapura, karena Singapura dapat dijadikan jembatan untuk menembus pasar internasional untuk sayur mayur dan buah-buahan Indonesia," kata  Andri.

Dia menyebutkan data statistik menunjukkan produk hortikultura Indonesia saat ini menempati 4% dari seluruh impor sayur mayur Singapura dan diharapkan dapat ditingkatkan hingga 20% di masa yang akan datang.

Tahun lalu ekspor sayur mayur Indonesia mencapai 21.105 ton dari 487.336 ton total impor sayur mayur Singapura. Sementara untuk buah-buahan Singapura mengimpor 2.206 ton buah dari Indonesia, dari total impor sebesar 374.067 ton.

Sementara itu, impor sayur dan buah Singapura menunjukkan tren meningkat dari tahun ke tahun dan bahkan negara ini diperkirakan membutuhkan sekitar 1000 ton sayuran dan buah-buahan per hari. "Dengan jumlah tersebut maka peluang produk hasil pertanian Indonesia untuk pasar Singapura sebenarnya masih sangat terbuka," ungkap dia.

Momentum Tepat

Sebelumnya Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI) bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) siap membantu Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau untuk menyukseskan rencana ekspor berbagai sayur - mayur ke Singapura. Mengutip data statistik Agri - Food & Veterinary Authority of Singapura (AVA), Said menambahkan, produk hortikultura Indonesia yang masuk ke Singapura saat ini baru 4% atau 21.105 ton dari total sayur- mayur yang masuk ke Singapura, yang mencapai 487.336 ton per tahun.

"Ini momentum yang tepat untuk bersinergi dengan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau. Kami  sudah punya teknologi pemanfaatan serbuk sabut kelapa (coco peat) untuk meningkatkan produktivitas tanaman hortikultura di lahan kritis," ujar Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan AISKI, Ady Indra Pawennari, belum lama ini.

Kerja sama AISKI - BPPT dalam penerapan teknologi pemanfaatan coco peat untuk tanaman hortikultura ini, sudah ditandatangani antara Ketua Umum AISKI, Efli Ramli  dengan Kepala BPPT Dr Ir Marzan A Iskandar. Menurut Ady, selain sebagai penyubur tanaman, coco peat memiliki sifat mudah menyerap dan menyimpan air. Ia juga memiliki pori-pori yang memudahkan pertukaran udara, dan masuknya sinar matahari.

Kandungan trichoderma molds-nya, sejenis enzim dari jamur, dapat mengurangi penyakit dalam tanah dan menjaga tanah tetap gembur dan subur.   Di dalam coco peat juga terkandung unsur-unsur hara dari alam yang sangat dibutuhkan tanaman, berupa Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kalium (K), Natrium (Na) dan Fospor (P).

"Selama ini petani di Pulau Bintan banyak mengeluh kesulitan bercocok tanam karena kondisi lahan yang berbatu dan berpasir. Oleh karena itu, AISKI menawarkan coco peat sebagai solusinya. Dengan bantuan coco peat, Kepulauan Riau dapat berjaya sebagai eksportir sayur terbesar untuk Singapura," jelasnya.

 

BERITA TERKAIT

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…