Ekspatriat Belum Kebagian Kuota Impor Daging

NERACA

 

Jakarta - Kuota impor daging sapi yang ditetapkan 80.000 ton untuk 2013 dinilai belum memasukkan faktor konsumsi ekspatriat sehingga dipandang perlu tambahan. Kepala Badan Pengembangan dan Pengkajian Kebijakan Perdagangan (BP2KP) Kementerian Perdagangan Bachrul Chairi mengatakan perhitungan kebutuhan daging nasional dalam Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS hanya memperhitungkan jumlah penduduk nasional.

Padahal, di Indonesia terdapat sekitar 125.000-150.000 ekspatriat dengan konsumsi setidaknya 8,2 kg per kapita per tahun menurut perhitungan Food and Agriculture Organization (FAO). Belum lagi turis mancanegara yang mencapai 8 juta tahun ini dengan pertumbuhan rata-rata 15% per tahun. “Itu barangkali yang kemarin dikemukakan Pak Menteri (Menteri Perdagangan Gita Wirjawan). Mungkin beberapa faktor itu perlu dimasukkan sehingga perlu diperhitungkan kembali,” katanya di Jakarta, akhir pekan lalu.

Sebelumnya, Gita menyampaikan hendak mengusulkan agar kuota impor daging sapi untuk 2013 ditambah menjadi 100.000-105.000 ton setelah mengkaji ulang kebutuhan dan pasokan tahun depan sekaligus perkembangan harga terkini.

Menurut Bachrul, jika faktor jumlah ekspatriat itu dimasukkan, maka pasokan daging sapi perlu ditambah dari dalam negeri atau dari impor sebagai opsi terakhir. Pihaknya menemukan kenaikan harga daging sapi pada akhir tahun lebih dipicu oleh masalah suplai yang kurang.

Sementara itu,Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengungkapkan pemerintah segera melakukan importasi sapi bakalan sebagai upaya pemenuhan daging bagi pasar domestik dan meredam gejolak harga di pasar. “Diperkirakan, kebutuhan daging sapi per kapita per tahun di 2013 meningkat 16% menjadi 2,2 kilogram dari proyeksi hingga akhir 2012 sebesar 1,9 kilogram. Untuk 2013, pemerintah telah menetapkan kuota impor daging sapi 15% dari total kebutuhan sebesar 500.000 ton,” kata  Rusman.

Dia menjelaskan, ke depannya importasi yang akan dilakukan pemerintah lebih banyak dialokasikan untuk sapi bakalan agar bisa digemukkan di dalam negeri dibandingkan dengan jumlah daging beku. Rusman menjelaskan untuk tahun ini, kuota impor sapi sebesar 92.000 ton merupakan gabungan kuota dari sapi bakalan dan daging beku.

Pemerintah juga menaikkan kuota impor daging sapi pada 2013 menjadi 80.000 ton, meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan kuota impor tahun ini sebesar 38.000 ton. “Walaupun kuota impor ditambah, swasembada daging harus dilakukan. Indonesia tidak boleh bergantung pada pasokan daging impor. Pemerintah terus memprioritaskan upaya swasembada daging,” ujarnya.

Rusman menambahkan, program swasembada daging menghadapi tantangan seperti ketersediaan lahan serta teknologi dan perangkat pendukung lainnya. Namun Importir mempertanyakan kesiapan pasokan sapi potong lokal menyusul pemangkasan kuota impor daging menjadi 80.000 ton pada 2013.

Harga Melejit

Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Importir Daging Sapi Indonesia (Aspidi) Thomas Sembiring mengatakan harga daging yang masih tinggi saat ini merupakan cerminan dari minimnya pasokan sapi lokal. "Turunkan dulu harganya, baru bisa bilang turunkan kuota impor. Di mana sapi-sapi yang kata pemerintah surplus itu," katanya.

Menurut dia, gejolak harga sekarang  seharusnya dapat diatasi dengan mendatangkan sapi lokal dari sentra produksi. Ia meragukan pasokan sapi lokal akan cukup mengingat Jatim yang selama ini memasok 120.000 ekor sapi per tahun atau 35% dari kebutuhan nasional melarang pengeluaran ternak dengan bobot di bawah 400 kg.

Upaya memasok 17.000 ekor sapi potong dari feedloter dan 5.000 ekor dari peternakan rakyat di NTB sejak pekan lalu menurutnya juga tidak menyelesaikan masalah. Pasalnya, 22.000 ekor sapi itu hanya dapat memenuhi kebutuhan daging di DKI Jakarta, Jabar, dan Banten untuk 10 hari.

Thomas khawatir kenaikan harga daging sapi terus berlanjut hingga tahun depan jika tak segera diatasi. Dia juga menilai perkiraan pertumbuhan populasi sapi nasional sebesar 5% per tahun tetap tak sebanding dengan porsi impor yang ditetapkan pemerintah sebesar 13% dari kebutuhan daging pada 2013. "Melihat kondisi tahun ini, seharusnya kuota impor tahun depan bisa lebih tinggi, apalagi katanya ada peningkatan konsumsi menjadi 2,2 kg per kapita per tahun," ujarnya.

Dia berpendapat impor pada 2013 seharusnya paling tidak 60.000 ton untuk daging beku saja. Hal itu sejalan dengan usulan Aspidi yang meminta agar pemangkasan impor daging beku dilakukan bertahap dari 100.000 ton pada 2011 menjadi 80.000 ton pada 2012 dan 60.000 ton pada 2013. Namun, pemerintah mengurangi drastis kuota impor daging beku menjadi 41.000 ton pada 2012 dan 34.000 ton pada 2013.

BERITA TERKAIT

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…

Tingkatkan Kinerja UMKM Menembus Pasar Ekspor - AKI DAN INKUBASI HOME DECOR

NERACA Bali – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno bertemu dengan para…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…

Tingkatkan Kinerja UMKM Menembus Pasar Ekspor - AKI DAN INKUBASI HOME DECOR

NERACA Bali – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno bertemu dengan para…