Gunakan Energi Alternatif - Cadangan Minyak Tersisa 4 Miliar Barel

NERACA

Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa meminta masyarakat dan seluruh dunia usaha agar menjaga keberlangsungan energi minyak dan gas (migas) yang saat ini ketersediaannya terbatas dan tidak dapat diperbaharui. Penggunaan energi alternatif diyakini dapat digunakan sebagai pengganti energi fosil.

"Data minyak bumi yang baru dirilis cadangan kita tersisa 4 miliar barel dengan cadangan potensi 9 miliar barel," ungkapnya, Kamis (6/12). Namun, potensi minyak bumi sebesar sembilan miliar barel tersebut, hanya bisa didapat dengan adanya bantuan dari pihak ketiga, yaitu investasi dan teknologi.

Hatta menuturkan, perlu beberapa langkah atau strategi khusus untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap energi. Harus ada temuan cadangan energi baru atau mengembangkan energi terbarukan untuk mencukupi kebutuhan energi itu. "Kita tidak boleh menetapkan energi sebagai sumber pendapatan devisa. Tetapi energi itu sebagai sumber pembangunan," ujarnya.

Oleh karena itu, dia mengungkapkan energi bauran menjadi sangat penting. Dia menambahkan, saat ini Indonesia memiliki potensi gas bumi cukup besar, mencapai 300 Trilliun Cubic Feet (Tcs). "Kita dianugerahi memiliki coal dan metan yang diperkirakan 400 TCs. Kalau menurut Center for Global Energy Studies (CGES) diperkirakan mencapai 500 TCs. Sehingga masih katakan masa depan pada gas dan energi terbarukan," jelasnya.

Hatta melanjutkan, saat ini Indonesia memiliki cadangan batu bara sekira 50 miliar ton, panas bumi dengan equivalen 25 ribu mega watt dengan produksi per hari 6 juta barel oil equivalent. "Tahun 2025, kebutuhan kita terhadap minyak bumi dan gas mencapai 9 juta barel equivalent. Jadi kalau tidak ada temuan untuk energi terbarukan, maka migas kita habis," katanya.

Hal itu disebabkan karena tingkat pengurasan cadangan migas Indonesia yang sangat tinggi, mengakibatkan terjadinya penurunan produksi. Dari hari ke hari tantangan yang dihadapi industri hulu migas semakin berat, mulai dari tantangan yang merupakan faktor teknis maupun tantangan yang merupakan faktor non teknis.

Oleh karena itu, pemerintah berusaha menerapkan segala macam teknologi agar produksi minyak bisa meningkat. Salah satunya dengan meningkatkan kegiatan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR). Namun, minimnya aplikasi teknologi EOR tersebut karena tingginya biaya produksi surfaktan dan biaya aplikasinya. Selain itu, tidak adanya jaminan keberhasilan akibat kompleksitas dan spesifitas dari masing-masing lapangan minyak juga turut menjadi penyebab.

Indonesia setidaknya memiliki 160 jenis minyak, atau paling banyak di dunia. Tiap jenis membutuhkan ahli untuk analisa secara kompleks. Tidak hanya itu, untuk tiap proses analisis, sedikitnya diperlukan dana US$1,2 juta. Kegiatan EOR tadi dapat menjadi alternatif dalam meningkatkan produksi minyak dengan cadangan yang sangat terbatas.

 

BERITA TERKAIT

Sadari Dampak Negatif Internet, Jadilah Anak Muda Bertanggung Jawab

Sadari Dampak Negatif Internet, Jadilah Anak Muda Bertanggung Jawab NERACA Malang - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian…

Lembaga Rating Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

    NERACA   Jakarta - Lembaga pemeringkat Fitch kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada…

Surplus Neraca Perdagangan Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

    NERACA   Jakarta - Bank Indonesia (BI) menilai surplus neraca perdagangan yang berlanjut pada Februari 2024 menopang ketahanan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Sadari Dampak Negatif Internet, Jadilah Anak Muda Bertanggung Jawab

Sadari Dampak Negatif Internet, Jadilah Anak Muda Bertanggung Jawab NERACA Malang - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian…

Lembaga Rating Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

    NERACA   Jakarta - Lembaga pemeringkat Fitch kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada…

Surplus Neraca Perdagangan Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

    NERACA   Jakarta - Bank Indonesia (BI) menilai surplus neraca perdagangan yang berlanjut pada Februari 2024 menopang ketahanan…