NERACA
Jakarta - Harga daging sapi di Jakarta kian meroket. Sementara stok daging semakin menipis. Menurut Pelaksana tugas (Plt) Direktur Utama PD Darma Jaya, Kusuma Andika, kelangkaan terjadi karena harga beli sapi impor yang ditawarkan pada Indonesia lebih mahal dibanding negara lainnya. Selama ini, Indonesia memang lebih memilih membeli anak sapi ketimbang impor daging sapi siap potong. Harga anak sapi impor di Australia seharga AUD 2,95 (Rp 29.500) per kilogram.
"Kalau di Indonesia, sapi impor (beratnya) tidak boleh lebih dari 200 kilo. Sementara pedhet (anak sapi) itu terpaksa mereka jual mahal ke Indonesia karena pangsa terbesar. Sementara sapi yang (beratnya) 400 sampai 500 kilo, dijuallah ke negera lain. Jadi ini subsidi silang untuk negara lain murah, negara kita mahal," jelas PD Dharma Jaya Kusuma, Andika di Jakarta, Senin (3/12).
Andika menilai maksud pemerintah baik dengan membeli anak sapi dari Australia. Sebab, jika untuk dipelihara iklim dan kondisi di lingkungan Indonesia masih cukup baik. Jika dipelihara dengan baik selama 3 bulan, maka berat sapi itu bisa naik hingga 400 kilo. "Dipelihara 3 bulan kan naik jadi 400 kilo itu dipotong, nah 3 bulan itu nyerap tenaga kerja," kata dia.
Terkait program pemerintah swasembada daging yang akan dilakukan tahun 2014, dinilainya kurang efektif karena penataan struktur untuk pengembangbiakan sapinya belum tepat. Hal ini jadi salah satu memicu harga daging sapi mahal. "Umpamanya begini, kemarin persetujuan BUMN untuk penggemukan harusnya BUMN itu turun bukan dipenggemukkan, tapi turun pada pembibitan. Sehingga kenapa para pedagang pada demo, karena harga daging mahal," jelasnya.
Terkait pertemuannya dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dan Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama tidak membahas mengenai harga sapi. Tetapi persoalan internal. "Itu internal tidak membahas segala macam, karena semua yang hadir BUMD," jelasnya.
Akhir November lalu harga daging sapi di Jakarta melonjak hingga menyentuh Rp 100.000 per kilo. Hal tersebut memicu mogoknya pedagang daging sapi di Jakarta. Komite Daging Sapi (KDS) mengatakan tingginya harga daging sapi tersebut disebabkan daging impor yang dibatasi tahun ini. Padahal, pasokan daging sapi lokal tidak mencukupi untuk kebutuhan konsumsi daging.
Kuota Impor
Sebelumya Pemerintah diketahui telah memutuskan untuk menyalurkan 22.000 ekor sapi untuk berbagai daerah yang kekurangan daging sapi termasuk Jabodetabek. Pemerintah menetapkan kuota impor daging dan sapi 2013 sebanyak 80.000 ton. Kuota tersebut terbagi atas kuota impor sapi bakalan sebanyak 60% dan kuota impor daging beku sebanyak 40%.
Menteri Pertanian Suswono mengatakan pemerintah telah menyepakati kuota impor tahun depan meskipun belum menentukan berapa banyak sapi yang akan diimpor. “Semua sudah, 80.000 ton setara daging (termasuk sapi bakalan). Tahun ini komposisinya 60:40, tahun depan kurang lebih sama,” katanya.
Kuota impor daging tahun ini adalah 85.000 ton yang terdiri atas 51.000 ton daging sapi bakalan atau setara dengan 283.000 ekor sapi dan 34.000 daging beku. Kuota impor daging sapi tahun 2013 ditetapkan 80.000. Suswono memaparkan 1 ton daging sapi biasanya setara dengan 6 ekor sapi yang berarti kuota impor sapi tahun depan sekitar 288.000 ekor.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan pemerintah tetap berkomitmen mengurangi pemenuhan kebutuhan daging dalam bentuk impor sapi secara bertahap.”Ke depan kita harus serius mencapai swasembada, apakah lahannya ada, perangkatnya ada, tapi ini harus dilakukan investasi yang besar,” katanya. Mendag mengatakan kuota impor tahun depan berfungsi sebagai stabilisator harga dan akan dievaluasi secara periodik berbarengang dengan kebijakan swasembada pangan pemerintah.
Kebutuhan Konsumsi
Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) Joni Liano mengatakan berdasarkan hasil sensus Badan Pusat Statistik populasi sapi di dalam negeri sebanyak 14,5 juta ekor, atau sudah mampu mencukupi kebutuhan konsumsi daging nasional. Namun, dari total populasi sapi itu tidak dapat seluruhnya sapi dipotong, karena komposisi sapi beragam, yaitu anak, muda, dewasa, jantan, dan betina.
Padahal, sapi yang siap dipotong adalah sapi jantan muda dan dewasa yang berumur lebih dari dua tahun dan sapi betina yang sudah tidak produktif (apkir) yang berusia lebih dari delapan tahun. “Pada tahun depan kekurangan pasokan daging 118.000 ton yang harus diimpor. Apalagi, jumlah sapi jantan di atas 2 tahun pada 2013 hanya 1,6 juta ekor, sedangkan kebutuhan sapi potong sekitar 3,1 juta ekor. Ini yang harus dikawal bersama-sama,” ujarnya.
Pemerintah memprediksikan impor daging sapi pada tahun depan sebanyak 75.000 ton, turun dibandingkan dengan alokasi tahun ini sebanyak 92.000 ton.Beberapa hal yang telah disepakati oleh pemerintah dan pelaku usaha dalam menghitung konsumsi daging 2013, yaitu asumsi peningkatan jumlah penduduk 1,5%, peningkatan konsumsi dari 2,0 kg per kapita per tahun menjadi 2,2 kg dan asumsi setiap ekor sapi menghasilkan 170 kg daging. Oleh karena itu, kebutuhan daging sapi pada tahun depan sebanyak 550.000 ton.
Berdasarkan potensi sapi di dalam negeri yang siap dipotong menghasilkan 431.000 ton, sehingga masih kekurangan 118.000 ton yang harus diimpor. “Ini riil angka dari pemerintah. Namun, pemerintah ingin (impor daging) hanya 13,5%. Semua perlu mengawal ini dan saling membuka diri,” kata dia.
Menurutnya, kekurangan daging pada tahun depan 118.000 ton atau 21,5% dari total kebutuhan 550.000 ton. Pemerintah berkeinginan impor daging tahun depan 13,5% atau 75.000 ton. Dia menuturkan populasi sapi di dalam negeri yang siap dipotong sebanyak 3,1 juta ekor, tetapi dengan asumsi sapi tersebut tersebar di seluruh daerah, dikelola oleh peternak kecil, maka ada angka koreksi, sehingga sapi yang benar-benar siap dipotong hanya 80% atau 2,5 juta ekor.
Di sisi lain, sapi jantan yang siap dipotong hanya 1,6 juta ekor. Oleh karena itu, dipastikan sapi betina produktif yang dipotong akan semakin banyak, sehingga mengancam keberlanjutan swasembada daging sapi. “Hitung konsumsi sama, kebutuhan populsi sapi jantan 3,1 jt dibutuhan, tetapi cuma tersedia 1,6 juta ekor,” ungkapnya.
NERACA Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya meningkatkan ekspor hasil perikanan dengan menjamin mutu dan kualitas produk…
NERACA Jakarta – Harga Referensi (HR) komoditas minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) untuk penetapan Bea Keluar (BK) dan tarif…
NERACA Jakarta – Toko Kopi TUKU mencatatkan kinerja impresif di usia ke-10. Dengan pertumbuhan profit tahunan mencapai 356 persen, dan…
NERACA Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya meningkatkan ekspor hasil perikanan dengan menjamin mutu dan kualitas produk…
NERACA Jakarta – Harga Referensi (HR) komoditas minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) untuk penetapan Bea Keluar (BK) dan tarif…
NERACA Jakarta – Toko Kopi TUKU mencatatkan kinerja impresif di usia ke-10. Dengan pertumbuhan profit tahunan mencapai 356 persen, dan…