Kejar Target Penjualan - Mustika Ratu Akan Gelar Ekspansi ke Indonesia Timur

NERACA

 

Jakarta - Demi mengejar target penjualan pada semester II tahun ini yang mencapai Rp236 miliar, PT Mustika Ratu Tbk akan berencana melakukan ekspansi dengan menambah jaringan distribusi di Indonesia Timur.

"Ekspansi pasar ke Indonesia timur dilakukan dengan penambahan jaringan distribusi. Perluasan pasar di Indonesia timur merupakan strategi untuk memenuhi target penjualan pada semester II 2012 yang diproyeksi mencapai Rp236 miliar, meningkat 15% dibandingkan penjualan pada semester I 2012 sebesar Rp206 miliar,” kata Presiden Direktur Mustika Ratu, Putri Kuswisnuwardhani di Jakarta, Senin (3/12).

Menurut Putri, penjualan Mustika Ratu sampai dengan kuartal III 2012, telah mengalami kenaikan sebesar 12% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu sebesar Rp286,67 miliar. "Kuartal III tahun ini penjualan mencapai Rp321 miliar, meningkat 12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pencapaian penjualan pada kuartal III memenuhi 68% dari target penjualan hingga akhir tahun sebesar Rp466 miliar," paparnya.

Meningkatnya penjualan hingga kuartal III, lanjut Putri, didukung peluncuran produk-produk baru. "Produk baru yang diluncurkan tahun ini difokuskan pada kemasan sachet, ditujukan untuk kalangan menengah ke bawah yang selama ini belum terjangkau oleh produk perseroan," ujarnya.

Putri menambahkan, peningkatan penjualan mendorong peningkatan laba kotor dan laba bersih perseroan hingga kuartal III tahun ini. "Laba kotor mencapai Rp 179,73 miliar, naik 12% secara tahunan. Sementara laba bersih periode Januari sampai dengan September tahun ini mencapai Rp15,22 miliar, naik 14,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp13,28 miliar," tandasnya.

Penjualan Rp 8,5 Triliun

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Mohamad S. Hidayat mengatakan industri kosmetik cukup menggembirakan, baik dari sisi kapasitas, perolehan devisa, maupun penyerapan tenaga kerja. Data Kementerian Perindustrian menunjukkan, penjualan kosmetik lokal pada 2011 mencapai Rp 8,5 triliun. "Industri kosmetik dapat diandalkan untuk menggerakkan roda perekonomian nasional," kata Hidayat.

Tahun ini, pemerintah optimistis industri kosmetik mampu membukukan penjualan sebesar Rp 9,76 triliun atau tumbuh sekitar 14,8% dari pencapaian tahun sebelumnya. Dalam hal tenaga kerja, Kementerian mencatat, industri kosmetik telah menyerap tenaga kerja sebanyak 75 ribu orang secara langsung dan 600 ribu tenaga kerja di bidang pemasaran.

Hidayat menyebut industri kosmetik dalam negeri saat ini sedang menghadapi tantangan. "Karena tingginya permintaan produk kosmetik premium atau 'high branded'," ujarnya. Oleh karena itu, kata dia, diperlukan investasi di dalam negeri, di antaranya  dengan membuka pabrik baru.

Dengan para investor yang membuka pabrik baru diharapkan bukan hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri, melainkan juga ekspor. Hidayat menyebut ketergantungan akan bahan baku impor sebagai tantangan lain industri kosmetik di Indonesia. Ia menuturkan, industri kosmetik harus didorong untuk memanfaatkan tanaman herbal di Indonesia sebagai bahan baku.

Hidayat menyebut Indonesia memiliki sekitar 30 ribu spesies tanaman obat kosmetik. Dengan jumlah tersebut, Indonesia berada di posisi kedua setelah Brazil. Pemerintah, kata Hidayat, akan berupaya menciptakan iklim kondusif untuk pertumbuhan industri kosmetik. "Pemerintah memberi tax allowance serta pembebasan bea masuk untuk bahan pembangunan dan penanaman modal," ujarnya. Omzet kosmetika nasional pada tahun depan diproyeksikan mencapai Rp11,2 triliun. Jumlah itu naik sekira 10-15% dibandingkan omzet tahun ini yang diproyeksikan mencapai Rp9,76 triliun.

Sementara itu, Presiden Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia (Perkosmi) Nuning S Barwa mengatakan, jumlah konsumen kelas menengah di Indonesia semakin meningkat sehingga daya belinya juga semakin menguat. Selain perempuan, lanjutnya, saat ini pria juga banyak yang membeli produk kosmetika dan produk perawatan kulit. "Perkembangan pasar lokal cukup bagus. Dulu, pria tidak tertarik membeli produk perawatan kulit yang maskulin, tapi sekarang ketertarikan mereka tinggi," kata Nuning.

Menurutnya, peluang pasar kosmetika di Indonesia sangat besar, sehingga semakin banyak produk impor yang masuk ke pasar domestik. Karena itu, kata dia, para produsen kosmetika nasional harus bisa memenuhi kebutuhan konsumen yang akan terus meningkat.

Banjirnya produk kosmetika impor di pasar domestik, kata dia, bisa terjadi setelah adanya harmonisasi ASEAN. Jadi, setiap produsen kosmetika yang akan memasarkan produk harus menotifikasikan produknya terlebih dahulu kepada pemerintah di negara ASEAN tempat produk itu akan dipasarkan. "Harmonisasi ASEAN mengakibatkan prosedur menjadi lebih mudah jadi banyak impor yang masuk. Produsen kosmetika luar negeri itu melihat Indonesia sebagai pasar yang potensial mengingat kondisi perekonomian di Eropa dan Amerika Serikat saat ini sedang lemah," jelas dia.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, nilai ekspor kosmetika Indonesia pada 2010 adalah US$700 juta dan Rp3 triliun di tahun 2011. "Produsen global akhirnya bangun pabrik di sini, seperti Loreal," ucapnya. Nuning menambahkan, saat ini yang masih menjadi tantangan di industri kosmetika nasional adalah inovasi. Para produsen kosmetika nasional saat ini masih belum bisa mengembangkan produknya. Dia berharap, semakin banyak produsen bahan baku kosmetika yang hadir di dalam negeri. Pasalnya saat ini bahan baku kosmetika masih didominasi oleh impor.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…