Hingga Akhir 2012 - Mustika Ratu Targetkan Penjualan Rp 466 M

NERACA

 

Jakarta - Presiden Direktur PT Mustika Ratu Tbk, Putri K. Wardani mengatakan hingga akhir tahun ini, pihaknya menargetkan penjualan produk kosmetik bisa menyentuh Rp 466 miliar. “Penjualan perusahaan pada kuartal III tahun ini mencapai 68% dari target perusahaan. Kami yakin target yang ditetapkan bisa tercapai,” papar Putri di Jakarta, Jumat (23/11).

Menurut dia, selama kuartal III tahun ini, penjualan kosmetik PT Mustika Ratu Tbk meningkat 12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu akibat tingginya permintaan di pasar domestik. “Banyaknya permintaan kosmetik di pasar dalam negeri membuat penjualan pada kuartal III 2012 mencapai Rp321 miliar, naik 12% dari periode yang sama pada 2011 sebesar Rp286,67 miliar,” katanya.

Untuk menaikkan pertumbuhan pendapatan, lanjut Putri, pihaknya akan mengeluarkan 11 produk baru dalam kemasan kecil. “Melalui produk kemasan kecil, perseroan akan menarik pangsa pasar kelas menengah ke bawah. Ini merupakan cara meningkatkan pendapatan perusahaan,” ujarnya.

Omzet kosmetik nasional pada tahun ini diproyeksikan mencapai Rp9,76 triliun. Peningkatan jumlah konsumen kelas menengah di Indonesia membuat daya beli kosmetik semakin menguat. Pada 2013, omzet kosmetik diproyeksikan meningkat 15% sebesar Rp11,2 triliun dari realisasi tahun ini.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian M.S Hidayat mengatakan bahwa Industri kosmetik di Indonesia tahun ini bisa tumbuh 12,9 % dibandingkan tahun lalu. Ekspor kosmetik tahun ini diperkirakan mencapai US$ 406 juta atau naik 20% dari tahun lalu. “Total penjualan kosmetik tahun ini senilai Rp 9,76 triliun, sementara tahun lalu senilai Rp 8 triliun,” kata Hidayat.

Dari sekitar 760 industri kosmetik di Indonesia, ada 675 ribu tenaga kerja yang diserap. Sebanyak 75 ribu di antaranya merupakan tenaga kerja langsung. Sedangkan 600 ribu orang lainnya menjadi tenaga pemasaran.

Hidayat menyebut industri kosmetik dalam negeri saat ini sedang menghadapi tantangan. “Karena tingginya permintaan produk kosmetik premium atau ”high branded”,” ujarnya. Oleh karena itu, kata dia, diperlukan investasi di dalam negeri, di antaranya  dengan membuka pabrik baru.

Pembukaan pabrik baru tersebut diharapkan bukan hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri, melainkan juga ekspor. Hidayat menyebut ketergantungan akan bahan baku impor sebagai tantangan lain industri kosmetik di Indonesia. Ia menuturkan, industri kosmetik harus didorong untuk memanfaatkan tanaman herbal di Indonesia sebagai bahan baku.

Hidayat menyebut Indonesia memiliki sekitar 30 ribu spesies tanaman obat kosmetik. Dengan jumlah tersebut, Indonesia berada di posisi kedua setelah Brazil. Pemerintah, kata Hidayat, akan berupaya menciptakan iklim kondusif untuk pertumbuhan industri kosmetik. “Pemerintah memberi “tax allowance” serta pembebasan bea masuk untuk bahan pembangunan dan penanaman modal,” ujarnya.

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengajak para pebisnis di Indonesia untuk membuka peluang usaha bahan baku, mengingat kebutuhan barang konsumsi bagi industri kosmetik sudah sangat tinggi. “Saat ini, kesulitan yang dihadapi industri kosmetik adalah bahan baku lokal,” terangnya.

Bayu mengatakan, kebutuhan bahan baku untuk industri kosmetik cukup besar. Sementara, perusahaan masih menggunakan bahan baku impor. “Seperti perusahaan Loreal, dimana bahan bakunya hanya 50% dari lokal, dan selebihnya impor. Namun, perusahaan sudah menargetkan untuk kebutuhan bahan baku lokal dapat mencapai 75%,” katanya.

Dia mengaku, sampai dengan September 2012, pertumbuhan impor barang konsumsi hanya 0,6% dibandingkan tahun sebelumnya (2011) dikisaran 20%. Artinya, mengindikasikan bahwa subtitusi impor untuk barang konsumsi sudah mulai terjadi pada kebutuhan produksi dalam negeri. “Porsi bahan baku di Indonesia sangat besar. Makanya, harus ada siasat kedepannya, bagaimana memenuhi kebutuhan bahan baku lokal, dengan harapan para pelaku usaha bisa mengisi bisnis tersebut,” ujarnya. Dia juga menambahkan, kedepannya bagaimana peran industri kosmetik dapat mengendalikan barang impor dan menambah bahan baku lokal.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…