NERACA
Jakarta- PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat jumlah investor saham di pasar modal Indonesia baru ada sekitar 400 ribu rekening atau masih sangat minim dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang sekitar 230 juta. “Jumlah investor saat ini masih kecil, namun jumlah tersebut sudah bertambah signifikan dibandingkan di tiga tahun yang lalu yang baru sebesar 160 ribu investor,”kata Direktur Utama BEI Ito Warsito di Jakarta (21/11)
Jumlah tersebut menurut Ito merupakan total keseluruhan investor di pasar modal Indonesia, baik yang ada di saham, obligasi, reksa dana dan pemegang saham berbentuk warkat sebanyak 1,2 juta rekening. Karena itu pihaknya akan terus mendorong peningkatan investor khususnya investor domestik. “Saat ini di kapitalisasi pasar kita jumlah investor asing sekitar 60%, sementara investor domestik 40%. Tapi itu bukan berarti kita anti asing, tapi bagaimana agar investor Indonesia menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.” jelasnya
Sejauh ini, kata dia, untuk meningkatkan jumlah investor BEI telah membuka 17 Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM), yang sebanyak empat PIPM di pulau Jawa dan 13 lainnya berada di luar pulau Jawa. Hal itu, menurut dia, dapat menjadi langkah positif untuk memasyarakatkan investasi di pasar modal.
Ito menilai, pentingnya untuk melakukan edukasi kepada investor pemula mengenai bagaimana cara berinvestasi mulai dari produk fixed income juga ke reksa dana sebelum beralih ke investor saham. Meskipun demikian, tidak menutup peluang investor yang telah teredukasi untuk langsung menjadi investor saham.
Sertifikasi
Karena itu, pihaknya menyambut baik adanya sertifikasi yang dilakukan oleh asosiasi penilai efek Indonesia yang menyelenggarakan ujian bagi para analis pasar modal yang dimungkinkan untuk menarik investor di pasar modal Indonesia. “Ujian sertifikasi ini sebagai ujung tombak Indonesia untuk membidik investor dan calon-calon investor menjadi investor berkualitas.” ujarnya
Ito optimistis, semakin banyak orang-orang Indonesia yang mumpuni (qualified) melalui penyelenggaraan ujian sertfifikasi maka perkembangannya ke depan pasar modal Indonesia akan bertumbuh lebih baik. Harapannya, paling tidak bisa menambah sekitar 1% saja dari jumlah penduduk Indonesia.
Pada kesempatan yang sama pengamat pasar modal, Pardomuan Sihombing mengatakan, sejauh ini pasar modal Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk berkembang. Selama ini pertumbuhan pasar modal, kata dia, terganjal oleh permasalahan sumber daya manusia (SDM) dan pendanaan.
Karena itu, dia menilai dengan adanya sertifikasi para analis dapat meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan meningkatkan infrastruktur sehingga akan mendorong perkembangan capital market yang pada akhirnya mampu mensupport pendanaan. “Sertifikasi ini membuat analis pasar saham yang berstandar, karena secara fundamental, struktural, metodologi mereka dapat dipertanggungjawabkan.” ujarnya.
Meskipun demikian, pihaknya menilai, ke depan perlu juga adanya reward dan punishment yang diterapkan oleh pihak asosiasi terhadap anggotanya agar dapat menghindari analisis yang tidak bertanggung jawab atau memanfaatkan profesinya untuk suatu kepentingan. (lia)
NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…
NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…
NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…
NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…
NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…
NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…