Hambatan Ekspor Ke Eropa Harus Segera DIidentifikasi

NERACA

Jakarta – Hambatan perdagangan yang dihadapi produk-produk ekspor Indonesia ke Uni Eropa harus segera diidentifikasi secepatnya. Hambatan ekspor ke Eropa yang selama ini dirasakan Indonesia lebih bersifat nontarif.

Menurut Menteri Perindustrian MS Hidayat, dengan verifikasi standar yang ditetapkan Uni Eropa, diharapkan sektor industri dapat melakukan justifikasi berbagai kendala yang menjadi hambatan masuk ke benua tersebut.

“Saat ini Tim Penyelesaian Hambatan Kerjasama Perdagangan Indonesia-Uni Eropa yang sudah terbentuk sejak 2010 sudah mulai bekerja,” kata Hidayat usai mengikuti KTT Bisnis ASEAN-UE, di Balai Sidang Jakarta, Kamis.

Meski begitu, imbuhnya, dalam identifikasi tersebut UE juga harus bersedia melakukan penyesuaian terhadap standar tinggi yang selama ini ditetapkan bagi produk-produk Indonesia.

Menperin menyebut, produk Indonesia yang banyak terhambat antara lain minyak sawit mentah (CPO). Untuk CPO hambatan yang dihadapi adalah terkait dengan isu lingkungan, seperti riwayat penanaman sawit.

“Standar mereka cukup tinggi, tidak mau menerima CPO dari hasil perkebunan pada lahan gambut. Saya kira itu isu lama dan sudah di atasi karena tidak ada ekspor CPO dari lahan gambut,” terangnya.

Sesungguhnya, sambung Hidayat, pasar CPO untuk ke negara-negara Eropa tidak terlalu besar, dibanding ekspor ke negara-negara Asia, Afrika dan Amerika Serikat. “Namun demikian hambatan sekecil apapun itu harus kita selesaikan bersama, sehingga lebih menjamin industri CPO dalam negeri,” ujarnya.

Dia mengatakan, secara keseluruhan konsentrasi UE dalam kerjasama perdagangan dengan Indonesia dan negara-negara ASEAN terkait masalah pengaturan pengelolaan hutan, yang berhubungan dengan perubahan iklim.

Sementara itu, Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Gusmardi Bustami menuturkan,pembicaraan pada ASEAN-EU Business Summit akan terfokus pada lima sektor. Sektor-sektor tersebut yaitu infrastruktur, agribisnis, farmasi, otomotif, dan jasa.

Dia mengakui, UE yang merupakan gabungan 27 negara memang menjadi salah satu tujuan utama ekspor produk-produk dari negara-negara ASEAN dengan jumlah penduduk sekitar 500 juta jiwa, dan tingkat GDP sebesar US$ 15 triliun per tahun.

Jika pasar kedua wilayah tersebut digabungkan, (ASEAN-UE) maka akan mencapai lebih dari 1 miliar penduduk dengan GDP sebesar US$ 16,7 triliun, karena GDP ASEAN saat ini baru mencapai US$ 1,7 triliun.

UE merupakan mitra dagang terbesar kedua terbesar bagi Indonesia, dengan nilai perdagangan bilateral mencapai sekitar Rp253 triliun per tahun. Ekspor Indonesia tercatat sekitar Rp177 triliun ke seluruh negara Eropa, sementara ekspor UE ke Indonesia mencapai sekitar Rp75 triliun.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…