Memutus Tawuran Pelajar Dengan Sistem Pendidikan Pesantren

Dunia Pendidikan di Indonesia kini sedang memasuki masa-masa yang sangat pelik. Berbagai program terobosan yang digalakan pemerintah sepertinya belum mampu memecahkan persoalan mendasar dalam dunia pendidikan, yakni bagaimana mencetak alumni pendidikan yang unggul, yang beriman, bertaqwa, profesional, dan berkarakter.

Saat ini, pemerintah dalam hal ini Kemendikbud begitu concern dan intens dalam menginternalisasikan dan mengimplementasikan apa yang namanya pendidikan karakter. Ini didasari karena Karakter dinilai penting untuk anak. Tanpa itu, seseorang tak dapat hidup di lingkungan masyarakat dengan baik. 

Sejatinya pendidikan ka­rakter tidak sekadar teori, na­mun praktik nyata. Namun, pen­didi­kan karakter di Indonesia baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dimana dalam penerapannya belum sampai pada tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. 

Ini terlihat dari upaya pemerintah yang telah berjalan dua tahun dalam bentuk sebuah regulasi pendidikan yang secara teknisnya dimasukkan ke dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan tersebut ternyata masih dinilai gagal dalam membangun karakter.

Kegagalan pencapaian tujuan pendidikan tersebut terlihat dari maraknya berbagai fenomena kenakalan remaja. Komisi Perlindungan Anak mencatat enam bulan pertama tahun 2012 tercatat sudah ada 139 kasus dengan menewaskan 12 pelajar. Belum lagi kasus narkoba, freesex, bahkan aborsi. Mirisnya, pelaku kasus-kasus tersebut adalah remaja-remaja berseragam yang sudah dipastikan menerima berbagai pendidikan setiap harinya di sekolah. Namun, mengapa output yang dihasilkan jauh dari yang diharapkan?

Menanggapi maraknya tawuran di kalangan pelajar, Direktur Pesantren Kementrian Agama (Kemenag), Ace Syaifuddin mengatakan sekolah diharapkan dapat menerapkan sistem pendidikan pesantren guna mengatasi maraknya tawuran antar siswa.

Menurut Syaefudin, sistem pendidikan pesantren berpotensi menurunkan tingkat tawuran antar pelajar. Kontrol ketat dari pihak pendidik seperti yang diterapkan di pesantren bisa membantu pengawasan perilaku peserta didik. Sistem pendidikan asrama yang diterapkan ponpes, juga memudahkan pengawasan para santri. Oleh karena itu, kata Syaifuddin, selama ini belum pernah terdengar tawuran antar pesantren.

Selain itu, pondok pesantren (ponpes) mampu mewadahi para santri tidak hanya di dalam pendidikan agama dan penyaluran potensi, tetapi juga pemberian keteladanan perilaku. Hal tersebut, tidak terlepas dari peran sentral kiai sebagai pendidik dalam ponpes. 

"24 jam para santri akan diawasi, selain mendapatkan pendidikan agama dan akhlak. Tidak hanya transfer ilmu tetapi juga keteladanan dalam berperilaku ditekankan. Tidak ada waktu untuk mereka selain belajar dan mengembangkan diri. Berbeda dengan sekolah umum yang kontrol pendidiknya terbatas," ujar Syaifuddin.

Terkait dengan pendidikan karakter, di pesantren lebih kepada penerapan pendidikan yang membangun karakter para santri dengan akhlakul karimah atau karakter keislaman, sebagaimana yang telah di contohkan oleh Rosulullah SAW. Sehingga di kemudian hari, mereka dapat terbiasa untuk berakhlak baik tanpa adanya paksaan dan rasa keterpaksaan, dan kebiasaan inilah yang kemudian menjadi karakter dirinya yang dapat dijadikan contoh oleh masyarakat nantinya.

 

BERITA TERKAIT

Wisuda dan Dies Natalis ke 63, Rektor Moestopo : Terapkan Integritas, Profesionalisme dan Entrepreneurship Dalam Dunia Profesi

NERACA Jakarta – Universitas Moestopo Beragama menggelar wisuda dan Dies Natalis ke 63 di Jakarta Convention Centre (JCC) pada Selasa…

Mempersiapkan Perlengkapan Sebelum Masuk Sekolah

  Perlengkapan sekolah adalah hal yang sangat penting untuk disiapkan setelah libur panjang, salah satunya setelah libur Lebaran. Banyak persiapan yang perlu…

Blokir Game yang Memuat Unsur Kekerasan

  Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kembali mengungkapkan pandangannya terkait game-game yang sering dimainkan kalangan anak-anak. Menurut lembaga tersebut, sudah seharusnya…

BERITA LAINNYA DI

Wisuda dan Dies Natalis ke 63, Rektor Moestopo : Terapkan Integritas, Profesionalisme dan Entrepreneurship Dalam Dunia Profesi

NERACA Jakarta – Universitas Moestopo Beragama menggelar wisuda dan Dies Natalis ke 63 di Jakarta Convention Centre (JCC) pada Selasa…

Mempersiapkan Perlengkapan Sebelum Masuk Sekolah

  Perlengkapan sekolah adalah hal yang sangat penting untuk disiapkan setelah libur panjang, salah satunya setelah libur Lebaran. Banyak persiapan yang perlu…

Blokir Game yang Memuat Unsur Kekerasan

  Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kembali mengungkapkan pandangannya terkait game-game yang sering dimainkan kalangan anak-anak. Menurut lembaga tersebut, sudah seharusnya…