Berawal dari Hobi - Bisnis Fotografi Sangat Menjanjikan

Seiring peralihan teknologi analog menjadi digital, perlahan kegiatan fotografi mulai dilirik menjadi lahan bisnis yang menggiurkan. Jangan heran, kalau kini bisnis fotografi di Indonesia mulai menjamur.

NERACA

Kini bisnis bisa dimulai dari segala hal, mulai dari dukungan orang sekitar untuk berbisnis sampai kepada hobi. Ya, memiliki sebuah hobi sebetulnya mampu dikonversi menjadi lahan bisnis yang cukup menjanjikan, tentunya jika pelaku bisnis tersebut pandai melihat peluang sebuah usaha yang akan mereka jalani.

Misalnya saja, bisnis katering atau restoran, si pemilik hobi tentu harus mampu menampilkan karya terbaiknya, agar dilirik konsumen. Maklum, pastinya kan konsumen mencari yang terbaik. Kalau tidak, jangan harap bisnis Anda akan bertahan lama.

Karena, saat ini pelaku usaha di bidang kuliner cukup banyak, kalau Cuma mengandalkan yang biasa-biasa saja tentunya, usaha yang dirintis akan terasa kurang gregetnya. Nah, selain bisnis kulier, masih banyak hobi yang tentunya bisa dikonversi menjadi lahan bisnis dengan keuntungan sangat  menggiurkan.

Seperi bisnis fotografi misalnya, belakangan ini banyak pelaku usaha bisnis fotografi yang memulainya dari sekedar hobi pada awalnya.  Sebut Glen Daniel Fotografi yang ada di bilangan Kelapa Gading Jakarta Utara. Si empunya usaha memulai bisnis ini diawali dari hobi “jeprat-jepret” dengan kamera miliknya. “Dulu si pemilik usaha ini memulai dari bobi, karena meiliri peluang cukup besar maka ia buka usaha ini,” sebut salah satu karyawan Glen Daniel Fotografi yang tidak bersedia disebutkan namanya.

Ya, seiring peralihan teknologi analog menjadi digital, perlahan kegiatan fotografi mulai dilirik menjadi lahan bisnis yang menggiurkan. Tentunya, itu tidak lepas dari kepraktisan dan kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi digital.

Maklum, pada satu dekade silam, kita masih membutuhkan film seluloid untuk melakukan pemotretan. Karya yang dihasilkan akan sangat terbatas, dan jika ada kesalahan, file foto tidak bisa dihapus. Berbeda dengan teknologi fotografi digital. Berbekal kartu memori, seorang fotografer dapat memotret hingga ratusan gambar. Jika belum sesuai dengan keinginan sang fotografer tinggal men-delete, dan memfoto ulang.

Kemudahan di atas hanyalah satu dari sekian banyak keunggulan yang dimiliki oleh teknologi digital dalam dunia fotografi. Tidak heran jika kini dunia fotografi menjadi lahan bisnis yang banyak diminati. Roda penggerak bisnis ini adalah kegiatan pemotretan dan cuci cetak. Keduanya merupakan layanan yang banyak dicari masyarakat.

Terlebih bagi masyarakat dari kalangan menengah atas. Kalangan ini tidak sekedar menyadari pentingnya dokumentasi berupa foto, tapi juga mengedepankan hasil pemotretan yang bagus dan hasil cetak yang berkualitas, berapa pun harga yang dipatok pengusaha fotografi bukanlah masalah, yang penting keinginan mereka terpenuhi.

Tengok saja, setiap minggu pasti ada yang menggelar pesta pernikahan dan pastinya membutuhkan dokumentasi. Mulai dari pemotretan pre-wedding hingga pada pemotretan resepsi pernikahan, membutuhkan dokumentasi yang mampu mengabadikan moment bahagia mereka.

Harus Terus Berkreasi

Di balik prospek bisnis fotografi yang menjanjikan keuntungan yang tidak sedikit, ada dilema yang dirasakan para pelakunya. Lantaran bisnis ini menjual nilai visual, maka ada pertarungan antara mengeruk keuntungan atau mengagungkan nilai seni dalam fotografi.

Pasalnya, soal foto itu tergantung taste konsumen. Dengan demikian pengusaha fotografi harus mampu berkreasi untuk menghasilkan karya-karya yang mumpuni dan disukai konsumennya. Kalau sekedar foto, jangan harap usaha yang digeluti akan berkembang.

Nah, dengan terbukanya peluang untuk menghasilkan karya sekaligus produk yang baik dan bernilai, kompetisi bisnis fotografi di Indonesia boleh dikatakan cukup baik baik. Kompetisi ini membuat para penggiat bisnis fotografi berusaha untuk membuat perbedaan yang signifikan dibandingkan pebisnis lainnya.

Pada akhirnya, kompetisi ini akan melahirkan keunikan, dan membentuk pasar sendiri. Ada market share-nya masing-masing, tidak ada yang memonopolinya. Tentu saja, kondisi ini menguntungkan konsumen yang akan mendapatkan pelayanandan kualitas yang maksimal. (ahmad)

 

 

 

 

 

 

BERITA TERKAIT

Hadirkan solusi DOOH yang Lebih Dinamis, AMG Jalin Kemitraan Strategis dengan DMMX

  Hadirkan solusi DOOH yang Lebih Dinamis, AMG Jalin Kemitraan Strategis dengan DMMX  NERACA  Jakarta – AMG (Alternative Media Group)…

InfoEkonomi.id Sukses Gelar Anugerah Penghargaan 5th Top Digital Corporate Brand Award 2024

  InfoEkonomi.id Sukses Gelar Anugerah Penghargaan 5th Top Digital Corporate Brand Award 2024 NERACA Jakarta - InfoEkonomi.ID, portal berita seputar…

INNER Salon Muslimah Buka Outlet Baru di Sawangan

  INNER Salon Muslimah Buka Outlet Baru di Sawangan   Melakukan perawatan kecantikan bagi perempuan merupakan suatu cara untuk menjaga…

BERITA LAINNYA DI Keuangan

Hadirkan solusi DOOH yang Lebih Dinamis, AMG Jalin Kemitraan Strategis dengan DMMX

  Hadirkan solusi DOOH yang Lebih Dinamis, AMG Jalin Kemitraan Strategis dengan DMMX  NERACA  Jakarta – AMG (Alternative Media Group)…

InfoEkonomi.id Sukses Gelar Anugerah Penghargaan 5th Top Digital Corporate Brand Award 2024

  InfoEkonomi.id Sukses Gelar Anugerah Penghargaan 5th Top Digital Corporate Brand Award 2024 NERACA Jakarta - InfoEkonomi.ID, portal berita seputar…

INNER Salon Muslimah Buka Outlet Baru di Sawangan

  INNER Salon Muslimah Buka Outlet Baru di Sawangan   Melakukan perawatan kecantikan bagi perempuan merupakan suatu cara untuk menjaga…