Bisnis Busana Tak Ada Matinya

Dua kebutuhan tertinggi manusia adalah pangan dan sandang, yang artinya, sampai kapanpun, kedua bisnis ini akan tetap langgeng. Penentuan lokasi bisnispun, meski tetap penting, sudah tidak lagi menjadi hambatan. Lokasi yang murah meriah dan gratis tersedia secara online.

Untuk bisnis busana di ranah tradisional, tengok saja Pasar Tanah Abang yang memiliki nilai transaksi harian sebesar Rp 1 miliar, menjadikannya sebagai pasar tersibuk di Asia Tenggara. Nah, kalau hari-hari menjelang Lebaran, omzet busana di sini meningkat hingga 400-500%, sebuah angka yang sangat dahsyat. Peningkatan umumnya terjadi pada minggu ketiga bulan puasa di saat harga pakaian naik sebesar 10-15%.

Nah, bisnis busana secara online-pun juga mengalami perkembangan yang signifikan. Sama seperti pasar offline, penjualan produk fashion di toko-toko online juga makin moncer menjelang Lebaran. Umumnya, mulai menjelang puasa, kenaikan penjualan produk fashion berkisar 35-50% dibandingkan hari biasa. Jika dilihat dari kontribusi tiap kota, Jabodetabek tetap mendominasi dengan lebih dari 50% sementara Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogjakarta masing-masing di kisaran 10%. Ini tentunya berbanding lurus dengan fakta bahwa pengguna Internet di kota besar lebih banyak daripada kota-kota lainnya.

Saat ini ada sekitar 50 juta pengguna Internet di Indonesia dan sekitar 50% dari jumlah tersebut mengakses Internet melalui ponsel, sedangkan pengguna desktop mencapai 15 juta orang. Pada 2015, jumlah pengakses Internet ini diproyeksikan meroket menjadi 100 juta pengguna. Ini membuat prospek bisnis online sangat cerah.

Nah, membicarakan produk busana tentu tidak terlepas dari peran kaum hawa karena sesuai kodratnya, mereka selalu ingin tampil cantik dan elegan. Ini terlihat dari fakta bahwa pada masa awal kehadiran shopping online, ranah ini didominasi lelaki. Namun sejak akses Internet makin mudah dan dibarengi dengan peningkatan daya beli masyarakat Indonesia, perempuan yang sudah dari sononya tukang belanja menjadi target yang paling diincar.

Menurut riset Nielsen bertajuk: Women of Tomorrow: A Study of Women around the World pada Juni 2011 di 21 negara berkembang dan emerging, perempuan menghabiskan waktu lebih lama di Internet, menghabiskan banyak waktu melihat di satu situs, dan kebanyakan waktu dihabiskan berselancar di situs jejaring sosial dan komunitas. Pada data yang melibatkan 6.474 perempuan tersebut, terlihat bahwa kaum ini menggunakan fitur-fitur sosial media lewat ponsel jauh lebih sering ketimbang lelaki.

Selain berbelanja barang-barang untuk mereka sendiri, seperti busana, produk kecantikan, dan aksesoris, perempuan juga berbelanja untuk orang-orang yang mereka cintai.  Busana untuk orang satu rumahpun sering menjadi tanggung jawab perempuan untuk membelinya. Jadi, selama perempuan masih ada di dunia, bisnis busana tidak akan pernah mati.

BERITA TERKAIT

Gejolak Harga Beras

  Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta   Ada pemandangan aneh ketika kemarin rakyat rela…

Risiko Fiskal dalam Pembangunan Nasional

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Risiko dapat dimaknai sebagai kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang…

Cintai Produk Lokal!

 Oleh: Eko S.A. Cahyanto Sekretaris Jenderal Kemenperin Kementerian Perindustrian (Kemenperin) kembali menggelar kegiatan Business Matching untuk mempertemukan pelaku industri selaku…

BERITA LAINNYA DI

Gejolak Harga Beras

  Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta   Ada pemandangan aneh ketika kemarin rakyat rela…

Risiko Fiskal dalam Pembangunan Nasional

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Risiko dapat dimaknai sebagai kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang…

Cintai Produk Lokal!

 Oleh: Eko S.A. Cahyanto Sekretaris Jenderal Kemenperin Kementerian Perindustrian (Kemenperin) kembali menggelar kegiatan Business Matching untuk mempertemukan pelaku industri selaku…