Obama Menang vs Peluang Indonesia

Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dari Partai Demokrat sebagai incumbent akhirnya mampu mengungguli lawannya dari Partai Republik Mitt Romney dengan perbedaan suara yang sangat tipis. Lantas peluang apa dapat dimanfaatkan Indonesia pasca kemenangan Obama tersebut?

Memang dari sisi statistik, kepemimpinan Obama selama ini berhasil menunjukkan perbaikan di bidang ekonomi. Data IMF mengungkapkan, jumlah pengangguran di negara Paman Sam itu menurun dari 9% (2011) menjadi 8,1%(2012) dan prediksi 7,9% pada 2013 mendatang. Pertumbuhan ekonomi juga mengalami kenaikan dari 2,1% pada tahun ini dan diperkirakan 2,4% pada 2013.

Dari gambaran tersebut, kita melihat Obama masih terus berjuang untuk mengembalikan posisi perekonomian AS ke level yang jauh lebih baik. Krisis finansial yang melanda Eropa juga memberikan imbas buruk terhadap ekspor AS yang secara langsung memberikan efek negatif perolehan devisa negara itu.

Tidak hanya itu. Kekuatan ekonomi domestik tentu saja sangat berpengaruh terhadap penerapan sistem politik luar negeri AS khususnya untuk mengamankan sejumlah kepentingannya di berbagai kawasan. Melalui sejumlah rencana yang dilontarkan Obama, tersirat bahwa AS akan jauh lebih realistis dalam melaksanakan kebijakan politik luar negerinya.

Lihat saja di Timur Tengah, dominasi pengaruh AS terhadap seluruh negara di kawasan ini hanya tinggal menunggu waktu saja. Iran dan Suriah yang sampai sekarang masih “alot” bertahan, cepat atau lambat tapi pasti bakal bisa dikuasai. Faktanya sejumlah tekanan dalam bidang ekonomi dan politik dilancarkan AS beserta sekutu-sekutunya. Embargo ekonomi pun sudah dipersiapkan terhadap kedua negara tersebut.

Di kawasan Asia, kendala utama AS untuk menguasai wilayah ini terletak pada kekuatan China. Sebagai satu entitas negara, China kini berubah menjadi satu kekuatan industri, militer dan ekonomi yang paling mapan di dunia. Pertumbuhan ekonominya yang mencapai 8% mampu membuat China sebagai penguasa dunia di bidang ekonomi. Faktanya, hampir 80% surat utang perusahaan AS yang dijual ke pasar keuangan dunia, diborong habis oleh China. Sehingga tidak heran AS kini berada di bawah pengaruh yang sangat luar biasa dari negara Tirai Bambu itu.

Belum lagi kekuatan militer China yang terus berkembang, mengakibatkan politik hegemoni dan dominasi geopolitik China makin melebar di kawasan Asia Tenggara. Perseteruan antara Filipina-Kamboja soal Teluk Beting yang berdampak pada ketidakmampuan ASEAN menghasilkan komunike bersama, Juli lalu telah menimbulkan sedikit faksi dalam tubuh organisasi regional tersebut.

Kamboja yang didukung China, serta Filipina yang didukung AS terus berseteru dengan tajam. Buntutnya, China melarang ekspor pisang Filipina ke negeri Tirai Bambu itu yang mengakibatkan kerugian besar dalam perolehan devisa Filipina, karena pisang merupakan andalan ekspor dan China adalah satu-satunya tujuan ekspor Filipina.

Usulan zero draft yang diprakarsai Menlu Marty Natalegawa untuk menyelesaikan sengketa wilayah di Laut China Selatan tampaknya bisa dijadikan bargaining power bagi Indonesia agar lebih diperhatikan oleh AS. Karena apabila negara anggota ASEAN setuju terhadap zero draft itu, maka Indonesia punya “kunci” tambahan untuk menjalankan diplomasi ekonomi dan politik terhadap negeri Paman Sam. Artinya, Indonesia memiliki peluang untuk menekan AS dan sekutunya agar lebih gencar lagi melakukan investasi di Indonesia. Investasi bisa secara langsung maupun tidak langsung, yang penting dapat memberikan dampak langsung terhadap perolehan devisa Indonesia. Semoga!

 

BERITA TERKAIT

Kejar Pajak Tambang !

    Usaha menaikkan pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) seperti royalti dari perusahaan tambang batubara merupakan sebuah tekad…

Pemerintah Berutang 2 Tahun?

  Wajar jika Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan kaget saat mendengar kabar bahwa Kementerian Perdagangan belum…

Hilirisasi Strategis bagi Ekonomi

Menyimak pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 tumbuh sebesar 5,4 persen ditopang oleh sektor manufaktur yang mampu tumbuh sebesar 4,9…

BERITA LAINNYA DI Editorial

Kejar Pajak Tambang !

    Usaha menaikkan pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) seperti royalti dari perusahaan tambang batubara merupakan sebuah tekad…

Pemerintah Berutang 2 Tahun?

  Wajar jika Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan kaget saat mendengar kabar bahwa Kementerian Perdagangan belum…

Hilirisasi Strategis bagi Ekonomi

Menyimak pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 tumbuh sebesar 5,4 persen ditopang oleh sektor manufaktur yang mampu tumbuh sebesar 4,9…