Kendalikan Konsumsi Kendaraan

Oleh: Munib Ansori

Wartawan Harian Ekonomi NERACA

 

“Kenapa asap rokok yang lebih ramai dikampanyekan? Kenapa tidak asap kendaraan saja diramaikan?” Begitu paparan seorang pembicara dalam sebuah diskusi publik di Jakarta baru-baru ini mengenai persoalan rokok.

Kampanye antirokok memang banyak kita temukan di ruang-ruang publik. Di bus umum, misalnya, terdapat kampanye jauhi rokok. Di halte-halte bus tertempel poster-poster bahaya konsumsi rokok. Selain di bus dan halte, mall-mall, sekolah-sekolah, dan gedung-gedung perkantoran pun kerap ditempeli poster antirokok dan bahaya rokok. Kampanye-kampanye bahaya polusi kendaraan bermotor justru jarang.

Padahal, pertumbuhan penggunaan kendaraan bermotor di Jakarta cukup tinggi.  Data Gaikindo menyebutkan, penjualan mobil secara wholesale atau proses penjualan dari distributor ke dealer pada tahun 2011 atau penjualan mobil selama setahun mencapai 894.180 unit. Bahkan, dengan sangat percaya diri, penjualan mobil dipatok satu juta unit sepanjang 2012 ini.

Itulah sebabnya, banyak kalangan menilai, pengendalian jumlah kendaraan mendesak dilakukan. Alasannya, saat ini terjadi penambahan kendaraan 1.000 unit lebih setiap harinya. Rinciannya, 240 unit mobil baru dan 890 unit sepeda motor baru. Padahal jumlah kendaraan pribadi di Jakarta sudah mencapai 6,4 juta (98,6%). Sebaliknya, pertumbuhan kendaraan umum hanya 0,089 juta (1,4%).

Di titik ini, dapat begitu mudah diperkirakan, kelumpuhan jalan kini benar-benar mengancam warga Ibu Kota. Ngerinya, ancaman itu berada tak jauh dari pelupuk mata. Jika kemacetan yang mengular sudah jadi “makanan” sehari-hari penduduk Jakarta, maka hanya butuh waktu dua tahun ke depan, yakni pada 2014, jalan-jalan di Jakarta diperkirakan bakal macet total.

Ketakutan akan kelumpuhan Jakarta setidaknya tertuang dari data Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) yang menyebutkan betapa pembangunan dan pengelolaan infrastruktur jalan di Jakarta begitu buruk. Apabila panjang sebuah jalan di Jakarta 100 km, maka deretan kendaraan pribadi akan sama panjangnya dengan jalan tersebut.

Akibatnya, setiap ruas jalan di Jakarta akan sesak dan penuh. Lebih-lebih, penduduk Jakarta kini mencapai 10,1 juta jiwa. Jumlah yang terlalu besar untuk Jakarta yang hanya mempunyai luas 660 km persegi. Karena pembangunan infrastruktur jalan yang berjalan seperti siput, maka prediksi kelumpuhan Jakarta pada 2014 jelas bukan isapan jempol. Alasannya, pada tahun itu panjang jalan Jakarta sama dengan jumlah kendaraan pribadi yang ada.

Di lain pihak, dengan tingginya konsumsi mobil di Jakarta, sangat mudah juga untuk mengatakan kalau gas buang dari kendaraan bermotor semakin bertambah setiap hari. Artinya, setiap hari masyarakat Jakarta dihadapi penambahan-penambahan polusi udara dari kendaraan bermotor. Berdasarkan data penelitian, sebesar 70% pencemaran udara berasal dari kendaraan bermotor. Masyarakat seakan telah terpatri cara berpikir “sadar sehat karena sakit”. Begitu pula pengatur regulasi aktivitas jual-beli kendaraan bermotor di negeri ini, khususnya di Jakarta. Bila kelak sudah jatuh sakit, barulah sadar pentingnya kesehatan.

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…