BBG Langka - Pemprov Jakarta Beralih Gunakan Solar

Untuk mengantisipasi kelangkaan BBG-CNG, Pemprov DKI Jakarta memutuskan pengadaan bus gandeng Transjakarta sebanyak 158 unit tahun ini menggunakan mesin diesel berbahan bakar solar (diesel fuel). Bus Angkutan Perbatasan Tersinergi Busway (APTB) Ciputat-Kota pun diam-diam menggunakan mesin diesel berbagai bakar solar.

Kasus itu menurut KPBB, kata direktur eskekutifnya Ahmad Safrudin, sebagai telah melanggar Perda Nomor 2 Tahun 2005 tentang kewajiban bus Transjakarta Busway menggunakan BBG-CNG dan Pergub DKI Nomor 141 Tahun 2007 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Perda itu terbit untuk mendukung program Langit Biru, yaitu sebagai upaya mengendalikan pencemaran udara.

 "Jadi, kalau ada rencana penggunaan solar, ini sesuatu langkah set back atas usaha menguragi pencemaran udara di Jakarta. Padahal, tahun 2006 dan 2007, tingkat pencemaran udara sudah agak menurun," ujarnya kemarin, saat menggelar jumpa pers di kantornya.

Menurut dia, alasan bahwa mesin diesel TransJakarta akan menggunakan diesel standar Euro 4 yang ramah lingkungan, layaknya penggunaan BBG, merupakan kebohongan publik. Sebab, kata dia, bahan bakar solar berstandar Euro 4 tidak tersedia di Indonesia, sehingga pengoperasian bus-bus berstandar Euro 4 akan mengahasilkan emisi yang sama dengan bus-bus diesel yang beroperasi di Jakarta saat ini. “Bahkan jika dipaksakan, mesin bus-bus tersebut akan rusak dalam tiga bulan,” ujarnya lagi. Dia menjelaskan, kadar belerang Euro 4 itu maksimal 50 ppm. Kalau solar di Indonesia 2.000 ppm bahkan lebih. Sekalipun pakai solar Pertamina Dex atau sejenisnya, baru memenuhi Euro 2, sulfurnya masih 500 ppm.

"Jokowi sebaiknya segera melakukan rapat bersama yang melibatkan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Menteri ESDM, Dirjen Migas, Pertamina, pengelola TransJakarta dan para pengamat, agar keputusan yang diambil tidak salah langkah. Masalah pencemaran udara di Ibu Kota ini sudah pada taraf serius," jelas Ahmad.

Dia juga minta pemerintah pusat untuk mengalihkan subsidi harga BBM ke BBG. Selama ini, pemerintah mengucurkan subsidi sebesar Rp 1.700/liter BBM. Harusnya subsidi itu untuk BBG hingga harganya cukup Rp 3.100 liter setara premium (lsp). 

Manajer Operasional PT Bianglala Metropolitan Jembar Waluyo membenarkan penggunaan bahan bakar solar itu karena terpaksa. Lagi pula, walaupun menggunakan solar, kata dia, namun mesinnya sudah sesuai dengan standar Euro 2 yang ramah lingkungan. (bsak)



BERITA TERKAIT

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…

BERITA LAINNYA DI

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…