Pasar Modal Butuh Kualitas

Oleh : Ahmad Nabhani

Wartawan Harian Ekonomi NERACA

Jelang tutup tahun ini, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) terus kejar target 25 emiten di tengah krisis ekonomi global, meski kondisi ini dinilai berat untuk menyakinkan perusahaan yang belum mencatatkan sahamnya di pasar modal. Alasannya, selain kondisi bursa yang tidak bagus juga alasan perpajakan dan juga aturan keterbukaan yang dinilai memberatkan pengusaha. Sementara untuk perusahaan BUMN, tidak satupun mencatatkan saham perdananya (IPO) di bursa domestik tahun ini.

Kondisi ini berbeda dengan awal tahun, dimana pemerintah sempat sesumbar bila ada tujuh BUMN yang siap mencatatkan saham perdananya. Namun seiring berjalannya waktu, rencana tersebut pupus sudah dengan alasan terbentur dengan izin di DPR. Sehingga harapan BUMN bisa lebih banyak listing di pasar modal, meleset dari target yang diharapkan.

Walau BEI belum mau merevisi target emiten tahun ini, melihat peluang yang ada sepertinya sempit dapat mencapai target tersebut. Bahkan untuk transaksi harian saja, BEI harus merevisi target dari Rp 5,8 triliun menjadi Rp 4,8 triliun. Kendati transaksi harian mengalami penurunan, pihak mengklaim paling likuid dibandingkan transaksi harian di bursa regional Asia yang turun capai 15% dan bahkan di Eropa yang sebaliknya menurun drastis hingga 25%.

Selain tidak ada kata optimistis, BEI masih tetap menyakini tahun depan industri pasar modal masih tetap positif. Oleh karena itu, target emiten tahun depan dipatok 30 emiten atau tumbuh dibandingkan dua tahun sebelumnya hanya dipatok 25 emiten. Naiknya target emiten tahun depan, mungkin berita positif dan juga tantangan bagi stakeholder pasar modal, baik itu regulator, perusahaan efek dan investor untuk bekerja lebih keras untuk mencapai target emiten yang cukup agresif.

Tentunya, tidak ada alasan bagi BEI bila target tahun depan kembali meleset. Alasannya, pertumbuhan ekonomi positif dan didukung inflasi yang terjaga serta kondisi politik yang aman tentunya menjadi surganya para investor asing masuk ke dalam negeri dan terlebih perusahaan lokal.

Hanya saja hal yang diperlu ditekankan, industri pasar modal tidak hanya bicara kuantitas perusahaan yang IPO semata, tetapi juga memperhatikan kualitas calon emiten guna meningkatkan pasar modal menjadi lebih baik lagi. Artinya, BEI dituntut untuk lebih selektif lagi menerima calon emiten yang bakal IPO agar kedepannya transaksi saham bisa likuid dan tentunya yang diuntungkan adalah investor pasar modal.

Selama ini buat apa banyak perusahaan listing di pasar modal tetapi jumlahnya hanya menambah saham "tidur" dan merugikan investor pasar modal. Sejatinya, perusahaan yang sudah go public bisa lebih baik dari kinerja keuangan dan penerapan good corporate governance dan bukan sebaliknya menunjukkan kemolorotan. Bila hal ini terbukti, tentunya akan memberikan citra negatif industri pasar modal Indonesia di dunia internasional  dan menimbulkan keengganan perusahaan lain masuk ke pasar modal.

Saat ini industri pasar modal membutuhkan calon emiten yang aktif diperdagangkan tanpa dibantu dengan akal bulus "goreng saham", tetapi cukup dengan membuktikan fundamental kinerja yang lebih baik.

 

 

 

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…