Dampak Pecah Kongsi - Borneo Tarik Investasi di Bumi Plc US$ 1 Miliar

NERACA

Jakarta – Keputusan Grup Bakrie untuk keluar dari Bumi Plc, rupanya memberikan dampak berarti bagi PT Borneo Lumbung Energi Tbk (BORN) salah satu investor terbesar Bumi Plc. Oleh karena itu, perseroan berharap investasi sekitar US$ 1 miliar di Bumi Plc dapat kembali ke perseroan.

Direktur Utama PT Borneo Lumbung Energi dan Metal Tbk Alexander Ramlie mengatakan, pihaknya ingin bertahan di Bumi Plc, melihat kemungkinan Bumi Plc dapat berkembang jauh lebih besar ke depan, “Hingga kini belum ada resolusi. Kalau jual saham di pasar tidak bisa. Kedua, value Bumi Plc jauh lebih besar kenapa harus keluar,”katanya di Jakarta, kemarin.

Dia menjelaskan, pihaknya mengharapkan investasi yang ditanamkan sekitar US$1 miliar dapat kembali meski pun ada risiko. "Saya harapkan bisa balik investasi yang telah ditanamkan," tuturnya.

Diapun menuturkan, bila pihaknya ingin tetap berinvestasi di Bumi Plc sedangkan grup Bakrie berniat ‘cerai’ dari Bumi Plc, maka dua special purpose vehicle (SPV) yaitu Borneo Bumi dan Bumi Borneo yang berinvestasi di Bumi Plc harus dibubarkan. Oleh karena itu, pihaknya pun turut berbicara dengan grup Bakrie."Ini dua deal yang berbeda. Cara kita pegang saham di Bumi Plc itu tidak secara langsung tetapi untuk Nat dan pemegang saham lainnya, mereka secara langsung. Mereka secara langsung akan menerima manfaatnya dari tawaran Long Haul. Termasuk dua SPV itu akan dapat benefit, tetapi karena kita juga harus bicara dengan mereka. Long Haul punya tawaran seperti ini berarti kita harus pecahing dong. Joint venture kalau dipecahkan gimana? kalau dipecahkan ada kompensasi ke kita tidak. Ada financial consideration tidak, ini pembicaraan berbeda," kata Alexander.

Kata Alexander, pihaknya saat ini juga masih menunggu rekomendasi dari direktur independen Bumi Plc terkait proposal grup Bakrie. Saat ini direktur independen Bumi Plc sedang melakukan evaluasi terhadap proposal itu.

Seperti diketahui, Borneo Bumi Energi & Metal Pte Ltd (Borneo Bumi) dan Bumi Borneo Resources Pte Ltd (Bumi Borneo) sebagai kedua perusahaan yang didirikan di Singapura ini merupakan kendaraan bagi BORN dan kelompok Bakrie untuk memegang saham di Bumi Plc masing-masing 23,8%.

Grup Bakrie memiliki 51% di Bumi Borneo dan 49% di Borneo Bumi, sedangkan sisanya dimiliki oleh Borneo. kelompok Bakrie akan menukar seluruh kepemilikannya di Bumi Plc dengan saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang dikuasai Bumi Plc. Hal ini terjadi jika penawaran penukaran saham BUMI oleh Grup Bakrie diterima oleh Bumi Plc.

Jual Asmin Koalindo

Selain itu, PT Borneo Lumbung Energi dan Metal Tbk (BORN) juga berencana menjual saham PT Asmin Koalindo Tuhup (AKT) sekitar 10%-20% pada akhir 2012. Disampaikan Alexander, pihaknya telah berbicara dengan sejumlah strategic partner terkait rencana penjualan 10%-20% saham PT Asmin Koalindo Tuhup sejak awal tahun 2012.

Menurutnya, penjualan aset tersebut juga untuk mengajak strategic partner melakukan ekspansi usaha PT Borneo Lumbung Energi dan Metal Tbk di masa mendatang. Ekspansi itu dilakukan untuk menstabilkan kredibilitas kinerja dan produksi perseroan.

Penyelesaian perjanjian penjualan saham PT Asmin Koalindo Tuhup ini diharapkan selesai pada akhir tahun 2012. "Kami sudah tahap pembicaraan dengan beberapa pihak. Ada sekitar lima investor," kata Alexande.

Alexander tidak menjelaskan lebih detil penggunaan dana hasil penjualan PT Asmin Koalindo Tuhup, apakah untuk membayar sebagian utang ke Standard Chartered Bank atau ekspansi usaha.

Namun, dia mengakui, memang ada klausul dengan Standard Chartered Bank, yang menyebutkan, bila ada penjualan aset, baik alat berat dan saham, maka dana hasil penjualan aset harus digunakan untuk membayar sebagian utang ke Standard Chartered Bank. Tetapi perseroan juga ingin menggunakan dana tersebut untuk ekspansi usaha.

Sebelumnya perseroan memiliki utang ke Standard Chartered Bank sekitar US$1 miliar untuk imengakuisisi 23,8% saham di Bumi Plc pada 2011. Rincian pembayaran utang ke Standard Chartered Bank tersebut antara lain US$50 juta pada 2012, US$140 juta pada 2013, US$140 juta pada 2014, US$160 juta pada 2015, dan US$510 juta ada 2016. Bunga utang tersebut 5,65% ditambah 3 month libor.

Alexander mengatakan, utang tersebut akan dilunasi seiring ekpansi produksi perseroan di masa mendatang. Perseroan menargetkan produksi hard coaking coal sebesar 12 juta ton pada 2015 dan 16 juta ton pad 2016. Pihaknya pun optimis harga coaking coal akan membaik di masa mendatang. Sebagai informasi, BORN memiliki tambang hard coaking coal di Kalimantan Tengah dengan konsesi 21.632 hektar. (bani)

 

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…