BI Waspadai Kerentanan Capital Inflow

Arus Masuk Hingga US$156 M

 BI Waspadai Kerentanan Capital Inflow

 Jakarta ( NERACA ) Bank Indonesia berupaya mengelola hot money dengan ekstra hati hati. Setidaknya  dengan membuat kebijakan long term guna mengoptimalkan capital inflow sebesar US$ 15 milliar. Karena dana sebesar ini dapat menyebabkan kerawanan ekonomi.

”Perkembangan yang perlu kita waspadai dari  angka tersebut adalah dominasi net inflow modal portfolio hingga US$ 15,7 milliar. Masalahnya ini sekaligus mencerminkan kerentanan karakter modal asing yang masuk ke Indonesia,,” kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Budi Mulya dalam seminar Optimalisasi Hot Money dan Kebijakan Bank Indonesia di Hotel Aryaduta, Jakarta, Kamis, 28 April 2011

 Namun demikian, kata Budi Mulya, struktur neraca perekenomian nasional terlihat terus membaik. “Perlu kita catat,  ada indikasi membaiknya struktur neraca modal dan financial yang ditandai angka realisai inflow foreign direct investment hingga USD 12,7 milliar 2010 atau naik hampir tiga kali lipat dibanding surplus tahun sebelumnya,“tambahnya.

 Menurut Budi, gambaran kondisi tersebut diperkirakan berlanjut 2011, sebagaimana tercermin pada naiknya akumulasi cadangan devisa yang telah mencapai USD105.7 milliar perbulan Maret 2011. “Kita optimis perkembangan membaiknya perekonomian ini sampai 2011,”terangnya.

 Diakui Budi, meningkatnya cadangan devisa juga perlu direspon positif. Karena memberikan dampak kekokohan dan ketahanan ekonomi nasional. “Tentunya kita patut syukuri. Karena turut memperkokoh ketahanan ekonomi kita (self insurance) dalam memitigasi berbagai berbagai guncangan eksternal,termasuk dalam merespon pembalikan modal asing,”ungkapnya.

.Namun demikian, Budi berharap agar semua pihak bersinergi dan saling mendukung dalam mengelola masalah hot money tersebut. Sehingga dana hotmonet tersebut lebih banyak manfaatnya ketimbang mudharatnya. “Sebenarnya untuk menghadapi masalah hot money ini harus didukung oleh semua pihak karena akan lebih efektif dan cepat terealisasi,”tandasnya.

 Yang jelas Budi tak menyangkal dalam mengelola hot money itu banyak hambatan. Karena masalah instrument infrastruktur. “Namun ada banyak kendala dan kekurangan dari instrument pasar, infrastruktur, likuiditas dan kondisi keuangaan Indonesia yang belum stabil,” paparnya.

 Lebih jauh kata Budi, pemerintah tampaknya perlu menyelesaikan pekerjaan rumah. Sehingga jangan sampai modal asing itu lari begitu saja dan tak bermanfaat. “Masih banyak pekerjaan rumah buat pemerintah untuk membenahi semuanya,agar modal asing yang sudah ada di Indonesia makin bertambah dan mereka makin berminat untuk lebih menanamkan modalnya disini,”pungkasnya. **iwan.

BERITA TERKAIT

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan NERACA Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (PPN/Bappenas) Suharso…

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik  NERACA Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta perusahaan-perusahaan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan NERACA Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (PPN/Bappenas) Suharso…

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik  NERACA Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta perusahaan-perusahaan…