Produksi Pangan dan Manufaktur Belum Cukupi Kebutuhan Domestik

NERACA

 

Jakarta - Indonesia sebagai negara yang mempunyai pertumbuhan diatas 6% dalam 3 tahun berturut-turut, memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup baik sehingga berpengaruh positif pada daya beli yang besar, khususnya kepada produk pangan dan produk hasil manufaktur. Namun, 2 penunjang pertumbuhan ekonomi itu, yakni produksi pangan dan manufaktur untuk dikonsumsi dan diserap pasar domestik belum bisa mengimbangi tingginya pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat. Sehingga, 2 penunjang pertumbuhan ekonomi nasional tersebut diisi oleh produk-produk impor.

“Pertumbuhan naik, daya beli naik, khususnya untuk konsumsi pangan dan manufaktur. Namun sayang produksi pangan dan manufaktur kita kurang. Faktanya kekurangan ini malah diisi oleh produk impor,” kata Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Perdagangan, Distribusi dan Logistik Natsir Mansyur melalui keterangan tertulis yang diterima Neraca, Selasa (16/10).

Pihaknya menilai, angka produksi pangan dan manufaktur belum signifikan sehingga tidak mencukupi kebutuhan-kebutuhan domestik dan belum siap menyerap daya beli masyarakat yang naik sebagai konsekuensi dari tingginya pertumbuhan. “Kondisi demikian akan berdampak kepada impor. Dikhawatirkan ini bisa berlangsung sampai 5 tahun yang akan datang,” ungkapnya.

Swasembada Pangan

Dunia usaha, lanjut Natsir, memahami adanya program-program yang terus dilaksanakan pemerintah antara lain di Kementerian Pertanian ada program swasembada pangan, di Kementerian Perindustrian ada program hilirisasi produk perkebunan, minerba dan batubara, di Kementerian Perdagangan ada program menjaga pasar domestik, dan beberapa program lainnya, namun pihaknya mengatakan program tersebut efektifitasnya mencapai 3 sampai 5 tahun mendatang.

“3 sampai 5 tahun kedepan, dengan pertumbuhan Indonesia yang baik maka 2 penunjang pertumbuhan  seperti pangan dan hasil manufaktur diisi oleh produk barang impor, jadi jangan heran apabila produk impor membanjiri pasar domestik kita,” jelasnya.

Pihaknya berharap, program pemerintah untuk menunjang pertumbuhan ekonomi nasional  tidak kehilangan momentum, produksi pangan dan produksi hasil manufaktur perlu digenjot supaya seimbang dengan tingginya pertumbuhan dan daya beli. “Jangan sampai pertumbuhan kita naik dan daya beli pun bagus, tapi malah tidak ditunjang dengan produk-produk nasional. Kami berharap  supaya produk pangan dan manufaktur  bisa berjaya di negeri sendiri untuk mengisi pasar domestik, dan tetap berorientasi pasar ekspor,” tutup Natsir.

BERITA TERKAIT

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…

BERITA LAINNYA DI Industri

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…