Waspadai Patah Tulang Akibat Osteoporosis - Sulit Diketahui Secara Dini

Komplikasi osteoporosis bukanlah hal yang jarang terjadi pada penderita osteporosis, hal ini terjadi karena umumnya gejala osteoporosis baru terlihat ketika penderita sudah dalam tahap lanjut sehingga diagnosis sulit diketahui secara dini kecuali pasien sering melakukan medical check-up.

NERACA

Dokter Spesialis Gizi Klinik Dari Departemen Gizi, Dr. dr. Fiastuti Witjaksono, Msc. MS. Sp. GK, di Jakarta mengatakan, osteoporosis merupakan sebuah penyakit di mana tulang mulai kehilangan kepadatan mereka mengarah ke peningkatan yang signifikan dalam risiko untuk patah tulang, osteoporosis dapat menyebabkan komplikasi berat yang meningkatkan morbiditas dan kematian setelah patah tulang.

Semakin tua seseorang, semakin berisiko mereka untuk menderita osteoporosis dan komplikasi osteopororsis semakin rentan bagi mereka yang berusia lanjut. Seiring bertambahnya usia tulang, unsur-unsur penting seperti kolagen, protein, dan kalsium yang semuanya bertanggung jawab untuk membantu memperkuat tulang dan mencegah patah tulang semakin berkurang.

Komplikasi yang paling sering dan serius sebagai dampak osteoporosis. Komplikasi sering terjadi pada tulang belakang atau pinggul, tulang yang secara langsung mendukung berat badan. Patah tulang pinggul sering hasil dari riwayat jatuh.

Meskipun kebanyakan orang relatif baik dengan pengobatan bedah modern, patah tulang pinggul dapat menyebabkan kecacatan dan bahkan kematian akibat komplikasi pasca-operasi, terutama pada orang dewasa yang lebih tua.

Seperti halnya pinggul, pergelangan tangan terkadang juga terjadi akibat riwayat jatuh. Dalam beberapa kasus, patah tulang belakang dapat terjadi bahkan jika seseorang tidak jatuh sekalipun. Ini dapat menyebabkan sakit parah dan memerlukan pemulihan yang lama.

Bagi seseorang yang telah didiagnosis dengan osteoporosis berada pada risiko tertinggi untuk patah tulang yang terkait dengan hilangnya kepadatan tulang dan kekuatan. Patah tulang pada seseorang sebagai dampak osteoporosis bisa terjadi bahkan dari cedera paling kecil. Kabar buruknya, umumnya komplikasi osteoporosis ini diketahui setelah terjadi pada penderita yang telah terserang.

Mereka yang paling berisiko untuk patah tulang akibat dampak osteoporosis di masa depan adalah mereka yang telah menderita osteoporosis di masa lalu. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bagi wanita postmenopause yang telah mengalami patah tulang belakang dalam 12 bulan sebelumnya juga akan mengalami patah tulang berikutnya dalam 12 bulan mendatang.

Hal tersebut adalah statistik yang agak serius dan menjadi alasan bahwa manajemen perawatan dini dan agresif osteoporosis harus dilakukan sesegera mungkin. Dengan pengobatan agresif dan jangka panjang ditujukan agar penderita dapat secara signifikan mengurangi risiko untuk patah tulang yang terkait dengan osteoporosis.

Osteoporosis sangat terkait dengan morbiditas dan mortalitas kelompok masyarakat. Beberapa orang yang menderita osteoporosis juga menderita nyeri, penurunan kualitas hidup, dan untuk beberapa orang bahkan cacat permanen. Sering kali bagi mereka yang menderita dari osteoporosis mereka tidak pernah sepenuhnya pulih.

Cara Pencegahan

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp. P (K), MARS, DTM & H, DTCE mengatakan, pencegahan osteoporosis dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai faktor risiko osteoporosis.

Sementara itu, peningkatan kesadaran masyarakat dalam mencegah osteoporosis secara dini dapat dilakukan dengan memperhatikan pola makan sehat dengan menjaga komposisi protein, kalsium dan vitamin D, melakukan aktivitas, terpapar sinar matahari, tidak merokok, dan tidak mengkonsumsi alkohol.

Kebutuhan Kalsium

Kalsium yang dibutuhkan oleh tubuh adalah 100 mg untuk usia 19-50 tahun, dan 1.200 mg untuk usia di atas 50 tahun. Konsumsi susu kalsium tinggi dapat membantu mengurangi proses pelepasan kalsium tulang oleh osteoklas yang menyebabkan osteoporosis.

Medical Marketing Manager PT. Fonterra Brands Indonesia, dr. Muliaman Mansyur mengatakan, kedua penelitian menunjukkan bahwa konsumsi susu tinggi kalsium dan vitamin D selama dua minggu, secara signifikan dapat mengurangi kerusakan tulang.

Riset tersebut memberikan dukungan ilmiah kepada Anlene, sebagai susu tinggi kalsium pertama di Asia dan satu-satunya susu tinggi kalsium yang terbukti dapat mengurangi kerusakan tulang. Anlene mengandung 2x kalsium lebih tinggi dibandingkan dengan susu biasa. Selain itu, Anlene juga memiliki nano-kalsium yang 100x lebih kecil dibandingkan dengan kalsium biasa sehingga dapat membantu memperkuat tulang dari dalam.



BERITA TERKAIT

Vina Panduwinata Gandeng Brand Lokal Melawan Diabetes

Kasus diabetes di Indonesia kini kian jadi masalah serius. Menurut International Diabetes Federation (IDF), jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai…

Agar Stamina Terjaga Saat Puasa - Penting Pahami Pola Nutrisi Sehat Saat Sahur dan Berbuka

Konsumsi masyarakat saat puasa Ramadan menjadi dua kali lipat, maka penting bagi masyarakat untuk menjaga stamina dengan apa yang dikonsumsi.…

Garmin Rayakan Hari Perempuan - Kampanyekan Jiwa Raga Bugar Lewat Run Like A Girl

Dalam rangka merayakan International Women’s Day 2024, pemimpin smartwatch GPS multisport yang inovatif, Garmin menyelenggarakan perayaan meriah di Indonesia pada…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Vina Panduwinata Gandeng Brand Lokal Melawan Diabetes

Kasus diabetes di Indonesia kini kian jadi masalah serius. Menurut International Diabetes Federation (IDF), jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai…

Agar Stamina Terjaga Saat Puasa - Penting Pahami Pola Nutrisi Sehat Saat Sahur dan Berbuka

Konsumsi masyarakat saat puasa Ramadan menjadi dua kali lipat, maka penting bagi masyarakat untuk menjaga stamina dengan apa yang dikonsumsi.…

Garmin Rayakan Hari Perempuan - Kampanyekan Jiwa Raga Bugar Lewat Run Like A Girl

Dalam rangka merayakan International Women’s Day 2024, pemimpin smartwatch GPS multisport yang inovatif, Garmin menyelenggarakan perayaan meriah di Indonesia pada…