Kinerja Sektor Manufaktur - Industri Makanan Dorong Permintaan Plastik Kemasan

NERACA

 

Jakarta - Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto menuturkan pertumbuhan produksi industri manufaktur mencapai 6,09% pada semester I 2012 atau lebih rendah dari semester I 2011 sebesar 6,35%.

Meskipun masih terkena dampak krisis global, pertumbuhan sektor industri manufaktur dipredikasi masih bisa di atas 5%. Pasalnya beberapa sektor industri yang mengalami pertumbuhan secara signifikan adalah industri alat angkut, mesin, dan peralatannya, industri makanan, minuman, dan tembakau, industri semen dan barang galian nonindustri.

Selanjutnya industri pupuk, kimia, dan barang dari karet, industri logam dasar besi dan baja serta industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki. Industri plastik hilir merupakan industri yang didorong pengembangannya karena memiliki potensi pasar sangat prospektif, baik dalam maupun luar negeri.

"Produk industri plastik hilir, khususnya kemasan, untuk mengemas barang-barang kebutuhan konsumen seperti makanan dan minuman, kosmetik, elektronik, dan lain-lain," ujarnya di sela-sela pembukaan Pameran Plastics and Rubber Indonesia 2012 di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, Rabu (10/10).

Dalam kesempatan yang sama, Panggah juga memaparkan kalau potensi konsumsi produk plastik di Indonesia masih cukup besar karena konsumsi nasional per kapita per tahun baru 10 kilogram (kg), relatif lebih rendah dibandingkan negara Asean lainnya, seperti Singapura, Malaysia, Thailand yang mencapai 40 kg per kapita per tahun.

Menurut Panggah, permintaan plastik kemasan didorong oleh pertumbuhan industri makanan dan minuman sebesar 60%. Di Indonesia, katanya, industri kemasan plastik berjumlah 892 buah dan menghasilkan rigid packaging, flexible packaging, thermoforming dan extrusion yang tersebar di beberapa wilayah.

"Saat ini, kapasitas terpasang industri kemasan plastik mencapai 2,35 juta ton per tahun dan utilisasi sebesar 70%, sehingga rata-rata produksi mencapai 1,65 juta ton. Penyerapan tenaga kerjanya sekitar 350 ribu orang," paparnya.

Meskipun struktur industri plastik nasional sudah cukup lengkap dari hulu sampai hilir, lanjut Panggah, namun masih ada sejumlah hambatan dalam pengembangannya. "Impor bahan baku plastik seperti polipropilen mencapai 484.000 ton dari total kebutuhan sebesar 976.000 ton. Selain itu, industri plastik masih kekurangan oil refinery yang menghasilkan bahan baku naphta dan kondensat," ujarnya. Dia menyebutkan bahwa bahan baku yang terbatas membuat produsen masih mengimpor naphta sebesar 1,6 juta ton dan kondensat sebesar 33 juta barel.

Pusat Manufaktur

Di tempat yang sama, Direktur Sales dan Marketing PT Pamerindo Indonesia, Astied Julias mengungkapkan saat ini Indonesia telah bangkit sebagai pusat manufaktur global dan industri plastik dan karetnya berubah dengan pesatnya untuk melayani diversifikasi berbasis industri yang kian bertambah.

“Walaupun banyak tantangan ekonomi global, ekonomi Indonesia diprediksi akan bertumbuh 6,4% hingga akhir tahun ini dengan Foreign Direct Investment (FDI) diharapkan mencapai US$206,8 triliun,” ungkap Astied.

FDI, menurut Astied, menggambarkan Indonesia sebagai pasar yang menjanjikan dan menarik untuk industri pengolahan plastik dan karet.“Pameran plastik dan karet Indonesia 2012 akan menyediakan akses ke teknologi dan solusi yang sangat dinantikan dengan memfasilitasi peningkatan efisiensi industri manufaktur,” ujarnya.

Dengan lebih dari 12.000 pengunjung dan pembeli berpotensi tinggi di kawasan yang mengunjungi pameran tersebut, pameran plastik dan karet Indonesia telah menjadi pusat kegiatan regional. Tahun ini, pameran plastik dan karet mampu menarik perusahaan asal Austria, Jerman dan Itali.

Astied menambahkan, 130 produsen asal China, Taiwan dan Korea Selatan menjadi perusahaan yang terus berpartisipasi dan menonjolkan kualitas produknya. “Produsen asal China, Taiwan serta Korea Selatan diikuti oleh industri manufaktur dan distributor andalan seperti Bilplast, Cendrawasih, Dwi Jaya Mandiri Cemerlang, Fira Engineering, First Machinery, Herman Industries, Jayatama Teknik, Karyataruna Perkasa, LS Mtron, Plasticolors Eka Perkasa, Purytek Tunggal Prima, Ria Sarana Perkasa Engineering, Yoewono Jaya Mandiri dan Web Control,” pungkasnya.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…