Ekspor dan Neraca Perdagangan

Oleh: Prof.Firmanzah.,PhD

Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan

Biro Pusat Statistik (BPS) menyatakan neraca perdagangan Agustus 2012 mencatat surplus sebesar US$ 248,5 juta. Dimana ekspor pada bulan tersebut tercatat US$ 14,12 miliar dan impor sebesar US$ 13,87 miliar. Catatan surplus Agustus 2012 mengakhiri defisit perdagangan kita selama tiga bulan berturut-turut. Surplus bulan Agustus karena penurunan impor sebesar 15,21% dibandingkan Juli 2012. Kontributor terbesar impor untuk memenuhi kebutuhan barang modal akibat investasi yang meningkat dimana impor mesin dan peralatan mekanik dengan nilai US$ 18,81 miliar dan peralatan listrik US$ 12,65 miliar.

Surplus perdagangan Januari-Agustus 2012 tercatat sebesar US$ 496,7 juta. Pemerintah berupaya untuk terus meningkatkan surplus perdagangan di tengah pelemahan ekonomi global akibat sejumlah krisis. Kondisi serupa yang terjadi di sejumlah kawasan juga membuat tidak hanya harga komoditas menurun tetapi juga melemahkan volume permintaan. Dua tekanan dai sisi harga dan volume ekspor di saat kebutuhan barang modal dan bahan baku penolong membuat defisit perdagangan Mei-Juli 2012 terjadi. 

Negara utama tujuan ekspor Indonesia pada Agustus 2012 adalah ke ASEAN dengan nilai US$ 21,35 miliar, China US$ 13,37 miliar, Jepang US$ 12,57 miliar, Uni Eropa US$ 12,09 miliar dan Amerika Serikat US$ 9,9 miliar. Ekspor sektor industri mendominasi 60,34% dari total nilai ekspor pada Agustus 2012. Secara akumulatif Januari-Agustus 2012 nilai ekspor Indonesia tercatat US$ 127,17 miliar. Nilai ini secara YoY total nilai ekspor nasional melemah sebesar 5,58% dibandingkan perdiode yang sama tahun lalu.

Melemahnya ekonomi Eropa dan Amerika Serikat membuat upaya diversifikasi pasar ekspor Indonesia dilakukan ke negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi. Kawasan Asia, Amerika Latin dan sejumlah negara di Afrika menjadi salah satu tujuan diversifikasi ekspor Indonesia. Walau Indonesia bukan berbasis ekspor (export-led growth) dan merupakan negara dengan strategi pertumbuhan berbasis ekonomi domestic (domestic-led growth), namun sektor perdagangan terus diperkuat disamping meningkatkan arus investasi.

Sementara itu, hilirisasi dan penambahan nilai tambah atas produk ekspor nasional juga terus dilakukan. Derasnya investasi di Indonesia merupakan indikasi yang baik akan peningkatan ekspor produk olahan dikemudian hari. Melalui investasi dan industri pengolahan, kita berharap Indonesia akan menjadi negara dengan basis dan struktur industri yang kuat. Dimana keterkaitan antara industri hulu-hilir dan industri besar-kecil akan semakin mengefisienkan biaya produksi nasional. Hal ini tentunya tidak hanya baik bagi peningkatan nilai tambah ekspor tetapi juga perbaikan daya saing nasional.

BERITA TERKAIT

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

Investasi Emas Pasca Lebaran

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Usai lebaran Idul Fitri 1445 H masyarakat Indonesia mulai menjalankan aktifitas kembali seperti biasanya…

BERITA LAINNYA DI

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

Investasi Emas Pasca Lebaran

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Usai lebaran Idul Fitri 1445 H masyarakat Indonesia mulai menjalankan aktifitas kembali seperti biasanya…