Kisah Budidaya Kelinci di China

NERACA
Seperti halnya di belahan dunia lainnya, mungkin hanya Negeri Tirai Bambu ini yang mampu menjadi produsen kelinci berkualitas super, baik secara kuantitas maupun kualitas.

Kisah spektakuler budi daya kelinci pedaging yang dikembangkan masyarakat China hingga mendominasi pasokan daging kelinci di dunia bermula pada tahun 1950. Saat itu berbagai jenis kelinci dari luar negeri membanjiri China. 

Gu Zilin, seorang peneliti dari Insititut Pertanian  Universitas Ia Bei, Boading China, pada tahun 2001, ia menuliskan hasil risetnya tentang peternakan kelinci di China. Dalam artikel “Review Rabbit Breeding In China,” Zilin mengkaji pencapaian pengalaman pemeliharaan kelinci domestik di China.  Hasilnya? Peternakan kelinci memiliki implikasi ekonomis baik dari daging, bulu dan hasil lainnya di sana. Ia memberi catatan khusus; jenis Anggora adalah penghasil bulu yang paling banyak diminati.

Pemerintah China pun segera memfasilitasi para pengimpor swasta untuk terlibat memberikan bantuan belanja kelinci dari beberapa negara seperti Inggris, Jepang dan Hungaria.

Kelinci Anggora yang didatangkan dari Jerman dan Perancis yang memang sangat diminati peternak karena kualitas bulunya yang baik. Sedangkan jenis kelinci pedaging, pemerintah China mendatangkan jenis kelinci besar dari Jepang, Selandia Baru, Jerman, Perancis, Amerika Serikat, Denmark dan lain-lain. Kelinci penghasil Fur jenis Rex dari Amerika Serikat juga banyak didatangkan semenjak tahun 1980-an.

Masuknya beragam kelinci impor tersebut membuat kelinci lokal China seperti jenis Taihang, Saibei, Fujiang, Anyang dan lain-lain berkembang lebih variatif karena perkawinan silang.

Upaya pemerintah mengimpor kelinci ini membuat peternakan kelinci untuk penghasil bulu cenderung berkembang lebih pesat dibandingkan dengan  kelinci pedaging. Pesatnya perkembangan ternak kelinci juga didukung fakta bahwa masyarakat setempat sangat menggandrungi kelinci.

Kemudian pada 1980, kerjasama ekonomi dan teknologi di bidang peternakan kelinci dengan pemerintah Jerman, Perancis dan Amerika Serikat dilaksanakan di Jiangsu, Shandong, China. Kerjasama ini memperkenalkan model peternakan baru dan teknologi canggih untuk mengelola kelinci beserta hasil-hasilnya.

Dan pada 1988, China menjadi tuan rumah konferensi kelinci tingkat dunia yang keempat (Fourth World Rabbit Science Conference). Gu Zilin, berhasil mengubah wajah China hingga kini, karena penelitiannya memang dihargai oleh pemerintahnya.

BERITA TERKAIT

InfoEkonomi.id Sukses Gelar Anugerah Penghargaan 5th Top Digital Corporate Brand Award 2024

  InfoEkonomi.id Sukses Gelar Anugerah Penghargaan 5th Top Digital Corporate Brand Award 2024 NERACA Jakarta - InfoEkonomi.ID, portal berita seputar…

INNER Salon Muslimah Buka Outlet Baru di Sawangan

  INNER Salon Muslimah Buka Outlet Baru di Sawangan   Melakukan perawatan kecantikan bagi perempuan merupakan suatu cara untuk menjaga…

Stop Provokasi di Media Sosial, Pentingnya Netiket

  Stop Provokasi di Media Sosial, Pentingnya Netiket NERACA Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…

BERITA LAINNYA DI Keuangan

InfoEkonomi.id Sukses Gelar Anugerah Penghargaan 5th Top Digital Corporate Brand Award 2024

  InfoEkonomi.id Sukses Gelar Anugerah Penghargaan 5th Top Digital Corporate Brand Award 2024 NERACA Jakarta - InfoEkonomi.ID, portal berita seputar…

INNER Salon Muslimah Buka Outlet Baru di Sawangan

  INNER Salon Muslimah Buka Outlet Baru di Sawangan   Melakukan perawatan kecantikan bagi perempuan merupakan suatu cara untuk menjaga…

Stop Provokasi di Media Sosial, Pentingnya Netiket

  Stop Provokasi di Media Sosial, Pentingnya Netiket NERACA Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…