PREDIKSI IMF 2024: - Ekonomi Asia Tumbuh 4,5 Persen

Jakarta-Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund-IMF) menaikkan prediksi pertumbuhan ekonomi Asia pada 2024. IMF tetap optimistis terhadap pertumbuhan India dan fokus pada perlu lebih banyaknya stimulus dari China. Sementara itu, Standard Chartered memperkirakan pertumbuhan PDB global tahun ini sebesar 3,1%.

NERACA

Menurut data CNBC, Rabu (1/5), IMF prediksi ekonomi Asia tumbuh 4,5 persen pada 2024. Pertumbuhan itu naik 0,3 poin dari enam bulan sebelumnya. Perkiraan untuk 2025 tetap tidak berubah pada 4,3 persen.

"Prospek Asia dan Pasifik pada 2024 semakin cerah. Kami kini prediksi ekonomi kawasan ini akan kurang melambat dibandingkan perkiraan sebelumnya karena tekanan inflasi terus mereda,” kata Direktur IMF Asia Pasifik, Krishna Srinivasan.

IMF menambahkan, revisi ke atas mencerminkan peningkatan bagi China yang memperkirakan stimulus kebijakan akan berikan dukungan. IMF juga sebut India sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi paling cepat di dunia. Investasi publik tetap menjadi pendorong yang penting. India saat ini merupakan negara dengan ekonomi terbesar kelima di dunia dengan Produk Domestik Bruto (PDB)sebesar USD 3,7 triliun dan bertujuan menjadi negara terbesar ketiga di dunia pada 2027.

Menurut dia, konsumsi swasta yang kuat akan terus mendorong pertumbuhan di negara-negara berkembang lainnya di Asia. IMF memuji pengetatan moneter, penurunan harga komoditas dan meredanya gangguan rantai pasokan dengan menurunnya inflasi di Asia meski permintaan meningkat tinggi.

Sementara itu, Standard Chartered memperkirakan pertumbuhan PDB global tahun ini sebesar 3,1%, atau tidak berubah dari tahun 2023. Standard Chartered juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 3,2% pada tahun 2025, yang merupakan peningkatan dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,1%.

Menurut laporan Global Focus Economic Outlook Q2-2024 yang dikeluarkan Standard Chartered belum lama ini, yang mencakup dan melihat prospek 58 negara di dunia, serta isu-isu geopolitik, dan implikasi pasar keuangan pada tahun ini dan seterusnya, Asia akan tetap menjadi mesin penggerak utama pertumbuhan ekonomi global.

Sementara itu, Afrika dan Kawasan Timur Tengah, Afrika Utara, Afghanistan dan Pakistan (MENAP) diperkirakan akan tumbuh lebih cepat pada tahun 2024 dibandingkan pada tahun 2023.

Namun demikian, pemilihan umum di sejumlah negara pada tahun ini mungkin akan mempengaruhi aktivitas investasi untuk sementara waktu, dan keputusan mengenai waktu dan kecepatan penurunan suku bunga akan tetap menjadi tantangan mengingat masih adanya kekhawatiran terhadap inflasi.

Bank-bank sentral besar kemungkinan akan memulai siklus penurunan suku bunganya dalam beberapa bulan mendatang, sehingga memberi ruang pelonggaran kebijakan oleh bank sentral di Asia pada kuartal ketiga.

Meskipun inflasi telah melambat selama setahun terakhir, tekanan harga dalam negeri masih menjadi kekhawatiran mengingat kuatnya pasar tenaga kerja serta ketidakselarasan akselerasi penyesuaian upah atau gaji pekerja dengan perubahan kondisi ekonomi di banyak negara.

Sementara itu, China terus mengalami disinflasi ekspor, namun harga barang secara global masih tetap rentan terhadap gangguan rantai pasokan secara berkala. Meningkatnya proteksi perdagangan dapat menambah biaya.

Dampak disinflasi akibat turunnya harga pangan dan energi mungkin akan berkurang sebelum perkiraan inflasi yang lebih rendah dapat dipertahankan. Secara khusus, meningkatnya permintaan minyak global dan rendahnya pasokan non-OPEC dapat mendorong harga yang lebih tinggi bahkan jika pengurangan produksi OPEC tidak berlanjut hingga semester kedua.

Krisis Properti di China

IMF mengatakan, risiko terbesar bagi ekonomi Asia adalah koreksi yang berkepanjangan di sektor properti China. Hal ini akan melemahkan permintaan dan meningkatkan kemungkinan deflasi yang berkepanjangan, sehingga meningkatkan peluang dampak terhadap negara lain melalui limpahan perdagangan langsung. "Ini berarti respons kebijakan China penting, baik bagi China dan seluruh kawasan,” kata Srinivasan.

IMF menyebutkan, China memerlukan paket kebijakan yang mempercepat keluarnya pengembang properti yang tidak layak, mendorong penyelesaian proyek perumahan dan mengelola risiko utang pemerintah daerah.

Laporan itu mencatat stimulus fiskal China pada Oktober dan Maret membantu meringankan dampak penurunan aktivitas manufaktur dan lesunya jasa.

Awal 2024, IMF prediksi ekonomi terbesar di Asia ini akan tumbuh 4,6 persen pada 2024. Proyeksi itu muncul sebelum data yang menunjukkan ekonomi China tumbuh 5,2 persen pada tahun lalu, sesuai dengan target resmi sekitar 5 persen.

Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) mengingatkan kenaikan suku bunga Amerika Serikat bukanlah kabar baik bagi seluruh dunia dan bisa menjadi kekhawatiran jika berlanjut dalam jangka waktu lama.

Namun, IMF juga mencatat, Federal Reserve AS sudah bertindak hati-hati dalammengambil kebijakan moneternya. Mengutip US News, Senin (15/4/2024) Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan pemerintah AS juga dapat mengambil langkah-langkah lain untuk memastikan kinerja perekonomian AS tidak terlalu menurun. Namun, ia tidak memberikan rinciannya.

IMF mengatakan, risiko terbesar bagi ekonomi Asia adalah koreksi yang berkepanjangan di sektor properti China. Hal ini akan melemahkan permintaan dan meningkatkan kemungkinan deflasi yang berkepanjangan, sehingga meningkatkan peluang dampak terhadap negara lain melalui limpahan perdagangan langsung. "Ini berarti respons kebijakan China penting, baik bagi China dan seluruh kawasan,” kata Srinivasan.

IMF menyebutkan, China memerlukan paket kebijakan yang mempercepat keluarnya pengembang properti yang tidak layak, mendorong penyelesaian proyek perumahan dan mengelola risiko utang pemerintah daerah.

Laporan itu mencatat stimulus fiskal China pada Oktober dan Maret membantu meringankan dampak penurunan aktivitas manufaktur dan lesunya jasa. Proyeksi itu muncul sebelum data yang menunjukkan ekonomi China tumbuh 5,2 persen pada tahun lalu, sesuai dengan target resmi sekitar 5 persen.

Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) mengingatkan kenaikan suku bunga Amerika Serikat bukanlah kabar baik bagi seluruh dunia dan bisa menjadi kekhawatiran jika berlanjut dalam jangka waktu lama.

Namun, IMF juga mencatat, Federal Reserve AS sudah bertindak hati-hati dalammengambil kebijakan moneternya. Mengutip US News, Senin (15/4/2024) Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan pemerintah AS juga dapat mengambil langkah-langkah lain untuk memastikan kinerja perekonomian AS tidak terlalu menurun. Namun, ia tidak memberikan rinciannya.

"Suku bunga yang lebih tinggi bagi negara-negara lain di dunia bukanlah berita bagus. Suku bunga yang lebih tinggi membuat AS lebih menarik sehingga aliran keuangan datang ke sini dan membuat seluruh dunia agak kesulitan," katanya.

Suku bunga yang lebih tinggi juga mendorong nilai dolar Amerika Serikat (USD) lebih tinggi, yang berarti mata uang negara-negara lain melemah. "Jika hal ini terus berlanjut dalam jangka waktu yang lama, hal ini dapat menimbulkan sedikit kekhawatiran dalam hal stabilitas keuangan," ujar Georgiva.

Data inflasi tingkat konsumen AS untuk Maret yang dirilis pekan lalu secara tak terduga menunjukkan penguatan, menambah keraguan terhadap perkiraan penurunan suku bunga The Fed saat ini pada akhir tahun.

Data tekanan harga yang tidak menguntungkan ini muncul ketika laporan lain juga menunjukkan peningkatan inflasi pada awal tahun ini, sehingga menantang proyeksi terbaru The Fed yang memperkirakan tiga kali penurunan suku bunga untuk tahun 2024.

Investor yang sebelumnya memperkirakan penurunan suku bunga pada bulan Juni sekarang melihat bulan September sebagai waktu yang lebih tepat untuk memulai siklus pelonggaran, menyusul pembacaan inflasi konsumen yang lebih kuat dari perkiraan untuk ketiga kalinya.

Georgieva mengatakan perekonomian AS berhasil karena lebih inovatif, membuka ruang bagi kewirausahaan di tengah percepatan perubahan teknologi. Pasar tenaga kerja AS juga bertahan dengan baik, dengan pasokan tenaga kerja didorong oleh imigrasi, yang pada gilirannya membantu menjaga pertumbuhan upah tetap terkendali, katanya. bari/mohar/fba

BERITA TERKAIT

MENTERI KESEHATAN DAN DIRUT BPJS KESEHATAN SEPAKAT: - Sistem KRIS Tidak Hapus Kelas BPJS

Jakarta-Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti kompak menegaskan kehadiran KRIS (Kamar Rawat Inap…

Pemerintah Diminta Batalkan Wacana Kenaikan PPN 12%

NERACA Jakarta - Pemerintah berencana untuk menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12 persen pada 2025. beberapa…

41 Proyek Strategis Nasional Senilai Rp554 Triliun Ditargetkan Selesai 2024

    NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto mengatakan bahwa pihaknya menargetkan bisa merampungkan 41…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MENTERI KESEHATAN DAN DIRUT BPJS KESEHATAN SEPAKAT: - Sistem KRIS Tidak Hapus Kelas BPJS

Jakarta-Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti kompak menegaskan kehadiran KRIS (Kamar Rawat Inap…

Pemerintah Diminta Batalkan Wacana Kenaikan PPN 12%

NERACA Jakarta - Pemerintah berencana untuk menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12 persen pada 2025. beberapa…

41 Proyek Strategis Nasional Senilai Rp554 Triliun Ditargetkan Selesai 2024

    NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto mengatakan bahwa pihaknya menargetkan bisa merampungkan 41…