NERACA
Jakarta – Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mengakui sudah bertemu dengan pemrakarsa proyek Jembatan Selat Sunda (JSS) yaitu pengusaha Tomy Winata. Bahkan tak keberatan proyek JSS dikerjakan pemerintah. "Dia tidak keberatan kalau persiapannya itu mau diambil oleh pemerintah. Itu yang saya dengar. Dia juga sampaikan ke saya juga, dia juga ketemu saya,” kata Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto di Jakarta, Senin (1/10)
Pada pertemuan itu, kata Djoko, Tomy juga telah bertemu dengan Menteri Keuangan Agus Martowardojo. Namun demikian Kementerian Pekerjaan Umum belum bisa memutuskan dan harus dikonsultasikan dengan pemerintah. “Tetapi kan untuk memutuskan itu saya harus ngomong-ngomong di antara para menteri dulu, karena banyak pertimbangannya,” tambahnya
Lebih jauh Djoko menambahkan pemerintah harus kembali melakukan rapat bersama di antara para menteri tim 7. "Ditimbang plus minusnya apa, baru kita putuskan bersama. Saya nggak bisa mutusin sendiri, yang lain juga nggak bisa mutusin sendiri," katanya.
Djoko menegaskan hingga kini belum ada keputusan bersama di tim 7, terkait perbedaan pendapat soal persiapan proyek JSS. Selain itu, ia menegaskan hingga kini Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Kawasan Strategis Infrastruktur Selat Sunda (KSISS) belum ada perubahan. "Itu lah, belum-belum, jangan (saya jawab) dululah. Saya tidak mau bicara atas nama diri saya sendiri. Saya harus bersama-sama mereka dulu, saya ngomong keluar kalau sudah mereka oke, setuju atau tidak setuju," katanya.
Seperti diketahui Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengusulkan revisi Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Kawasan Strategis Infrastruktur Selat Sunda (KSISS).
Sementara itu, Menteri Kordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengungkapkan feasibility study pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) tetap tidak akan menggunakan dana dari APBN. Pasalnya, pembangunan JSS bukan hanya pembangunan jembatan semata. "Tidak mungkin kita gunakan APBN, dananya terlalu besar," paparnya
Menurut Hatta, jika ada pihak swasta yang menawarkan untuk pembiayaan proyek tersebut, untuk apa pemerintah menggunakan APBN. Bahkan untuk jika pihak tersebut bersedia masuk pada FS. "Kalau ada swasta gabungan BUMN kenapa tidak?" tegas Hatta.
Hatta menambahkan, anggaran dari APBN masih dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan sektor lain yang lebih penting. Oleh karena itu, dia tetap tidak ingin menggunakan dana APBN pada pembangunan JSS. "Kita masih memerlukan prioritas lain, fasilitas kesehatan, pendidikan, infrastruktur pertanian, jalanan, infrastruktur lain," jelas Hatta.
Dikatakan Hatta, pembangunan JSS tidak semata-mata hanya pembangunan jembatan tapi juga pembangunan kawasan. Sehingga nantinya yang menjadi tujuan yaitu memicu pertumbuhan ekonomi daerah sekitarnya dapat terwujud. "Jadi disainnya itu kawasan, bukan jembatan. Kita ingin membangun kawasan khusus, bukan hanya jembatan," pungkasnya. **bari/cahyo
NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…
NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…
NERACA Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan kereta Bandara menghubungkan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP…
NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…
NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…
NERACA Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan kereta Bandara menghubungkan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP…