Jangan Jadi Target Pasar - RI-Selandia Baru Ciptakan Iklim Bisnis Kondusif

NERACA

Jakarta - Saat ini Indonesia berada pada peringkat ke‐16 diantara negara‐negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Jumlah kelas menengah yang mencapai 50 juta jiwa serta lebih dari 50% penduduk usia muda dan produktif  menunjukkan besarnya potensi ekonomi Indonesia. Agar tidak sekedar menjadi target pasar internasional, upaya‐upaya lain untuk meningkatkan bisnis internasional juga dilakukan oleh Indonesia.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan RI Gusmardi Bustami mengharapkan, hubungan bilateral RI‐Selandia Baru, terutama setelah diratifikasinya ASEAN‐Australia and New Zealand Free Trade Area (AANZFTA) agar Pemerintah Selandia Baru tidak saja melihat Indonesia sebagai target market dan investasi, tetapi juga membuka pasar bagi produk Indonesia di Selandia Baru.

“Pemerintah RI mendorong kolaborasi strategis dengan menciptakan situasi kondusif bagi iklim bisnis dan investasi langsung dari luar negeri. Selain itu Indonesia juga menawarkan tax incentive untuk mendorong downstream investment, termasuk meningkatkan profil Indonesia dalam menghadapi isu korupsi, red tape dan transparansi serta isu lainnya,” jelasnya melalui keterangan tertulis yang diterima Neraca, Senin (1/10).

Selandia Baru merupakan mitra dagang Indonesia yang berada di peringkat ke‐37. Total perdagangan Indonesia‐Selandia Baru pada 2011 mencapai US$1,1 miliar dengan tren pertumbuhan rata‐rata 3,82% selama periode 2007‐2011. Sedangkan pada periode Januari‐Juni 2012, total perdagangan kedua negara mencapai US$566,1 juta atau meningkat sebesar 6,9% dibandingkan periode sama tahun 2011 sebesar US$529,4 juta.

AANZFTA merupakan salah satu upaya Indonesia untuk meningkatkan ekspor barang maupun jasa ke Selandia Baru, sehingga dapat menekan defisit Indonesia dan menciptakan perdagangan yang lebih seimbang. Perdana Menteri Selandia Baru John Key menyampaikan, bahwa penandatanganan tersebut akan meningkatkan kerja sama perdagangan serta investasi lain yang lebih strategis diantara kedua pihak.

Selain itu, bertujuan untuk membuka dan memperluas kesempatan kerjasama diantara pihak swasta kedua negara serta meningkatkan pemahaman pebisnis Selandia Baru terhadap perkembangan ekonomi dan pembangunan di Indonesia. Ekspor Indonesia ke Selandia Baru pada 2011 mencapai US$371,7 juta, sementara impor sebesar US$729,2 juta, sehingga Indonesia mengalami defisit sebesar US$357,5 juta.

Sementara pada periode Januari‐Juni 2012 defisit neraca perdagangan Indonesia‐Selandia Baru mencapai US$147,6 juta, atau mengalami kenaikan sebesar 22,9% jika dibandingkan pada periode yang sama tahun 2011 yang hanya sebesar US$191,5 juta.

BERITA TERKAIT

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…