Jaga Rupiah, Suku Bunga BI Diprediksi Naik

 

NERACA

Jakarta – Ekonom Ibrahim Assuaibi memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunga acuan atau BI-Rate untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. "Bank sentral Indonesia walaupun terus melakukan intervensi di pasar Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) berupa valuta asing dan obligasi, kemungkinan terbesar tidak akan cukup kuat untuk menahan laju pelemahan mata uang rupiah," kata Ibrahim kepada awak media di Jakarta, Selasa (16/4).

Usai libur Lebaran 2024, rupiah melemah karena penguatan indeks dolar AS menyusul menguatnya data ekonomi Amerika Serikat (AS) dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah khususnya konflik Iran dan Israel. Rupiah turun hingga melampaui Rp16.000 per dolar AS. "Sehingga dalam pertemuan di bulan ini Bank Indonesia harus menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin guna menstabilkan mata uang rupiah," ujar Ibrahim yang merupakan Direktur PT Laba Forexindo Berjangka.

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 19-20 Maret 2024, BI mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate di level 6 persen. Suku bunga deposit facility juga tetap ditahan di level 5,25 persen, dan suku bunga lending facility dipertahankan sebesar 6,75 persen. Selanjutnya, BI akan menggelar RDG BI pada 23-24 April 2024 pekan depan, salah satunya untuk menetapkan besaran BI-Rate.

Selain itu, untuk menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah, Ibrahim menuturkan pemerintah harus terus melakukan intervensi melalui operasi pasar di mana harga-harga bahan pokok yang terus mengalami kenaikan perlu dikendalikan sehingga inflasi dapat terus terjaga dalam kisaran sasaran. Di sisi lain, pemerintah juga harus tetap menggelontorkan bantuan sosial (bansos), bantuan langsung tunai (BLT) dan bantuan lainnya agar konsumsi masyarakat terus berlanjut.

Ia mengatakan konsumsi masyarakat yang meningkat di momen Ramadhan dan Lebaran 2024, kemungkinan besar akan mengangkat pertumbuhan ekonomi 0,12 sampai 0,18 persen. Konsumsi domestik yang meningkat akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan optimalisasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) dapat meredam volatilitas rupiah di tengah ketidakpastian global dan ketegangan geopolitik. "Beberapa kebijakan yang dilakukan untuk meredam volatilitas rupiah antara lain optimalisasi penerbitan SRBI, SVBI, dan SUVBI," kata Reny.

Ketegangan geopolitik di Timur Tengah akan mendorong perpindahan modal ke instrumen safe haven seperti dolar AS dan emas. Meningkatnya ketegangan geopolitik dapat mengganggu sistem pasokan, meningkatkan biaya pangan dan energi, serta memperlambat penurunan inflasi global.

Reny mengatakan, ketiga instrumen baru yakni SRBI, SVBI, dan SUVBI itu dapat menarik aliran modal masuk untuk memperkuat ketahanan eksternal perekonomian Indonesia dari dampak global spillovers. Upaya berikutnya untuk meredam volatilitas rupiah adalah meningkatkan kolaborasi global dengan otoritas dari negara mitra dan bank sentral, khususnya dalam QRIS antar negara dan Transaksi Mata Uang Lokal (LCT).

Pemerintah dan seluruh pihak juga perlu terus mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia agar terus tumbuh. Konsumsi rumah tangga dan investasi terus tumbuh seiring dengan kepercayaan masyarakat dan terus diselesaikannya Proyek Strategis Nasional (PSN). Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2024 diperkirakan tumbuh sekitar 5 persen.

Yang juga penting dilakukan untuk menekan volatilitas rupiah adalah memastikan inflasi dalam negeri tetap berada dalam target Bank Indonesia (BI) dan rendah. BI berkolaborasi dengan pemerintah untuk menjamin stabilitas harga pangan.

BERITA TERKAIT

Perkuat Sektor Keuangan, OJK Kolaborasi dengan Lembaga GRC

    NERACA Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus meningkatkan sinergi dan kolaborasi dengan lembaga dan asosiasi profesi di…

Asuransi Jasindo Sebut Lima Produk Topang Kinerja di 2023

    NERACA Jakarta – Penjualan lima produk PT Asuransi Jasa Indonesia (Asuransi Jasindo), yakni Marine Hull, Energy Offshore, Energy…

DANA dan Jalin Kerjasama Perluas Layanan Digital

    NERACA Jakarta – PT Jalin Pembayaran Nusantara (Jalin), bagian dari Holding BUMN Danareksa, dan PT Espay Debit Indonesia…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Perkuat Sektor Keuangan, OJK Kolaborasi dengan Lembaga GRC

    NERACA Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus meningkatkan sinergi dan kolaborasi dengan lembaga dan asosiasi profesi di…

Asuransi Jasindo Sebut Lima Produk Topang Kinerja di 2023

    NERACA Jakarta – Penjualan lima produk PT Asuransi Jasa Indonesia (Asuransi Jasindo), yakni Marine Hull, Energy Offshore, Energy…

DANA dan Jalin Kerjasama Perluas Layanan Digital

    NERACA Jakarta – PT Jalin Pembayaran Nusantara (Jalin), bagian dari Holding BUMN Danareksa, dan PT Espay Debit Indonesia…