MOBNAS BERMESIN DI BAWAH 1.000 CC - Pemerintah Terindikasi Ditekan Prinsipal Jepang

NERACA

Jakarta – Pemerintah Indonesia terindikasi mendapat tekanan dari prinsipal Jepang menyusul rencana produksi mobil nasional (mobnas) di bawah 1.000 cc. Prinsipal Jepang cemas pasar mereka di Indonesia akan tergerus jika mobnas Indonesia bermain di segmen 1000 cc ke atas.

Demikian rangkuman wawancara sejumlah pengamat yang dihimpun Neraca menanggapi pernyataan Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi yang mengatakan bahwa mobnas akan keluar pada pertengahan tahun depan.

“Mobnas di bawah 1000 cc yang menyasar segmen tertentu sudah pasti tidak akan di minati masyarakat,” kata pengamat otomotif Johny Pramono di Jakarta, Selasa (25/9).

Sedangkan menurut pengamat transportasi, Agus Pambagio, proyek mobnas tentu akan dihalangi oleh asing dengan cara halus, yaitu melalui politik luar negeri, misalnya dalam Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

"Saya pernah ikut sidang WTO. Di sana disebutkan bahwa kalau kita ingin membuat mobnas harus memakai suku cadang yang diproduksi Jepang, Jerman, atau AS. Dengan begitu, proyek mobnas kita akan aman dan lolos (untuk sertifikasi dari WTO). Tapi kalau tidak, kita akan dikerjai mereka. Ini seperti peraturan wajib yang tidak tertulis. Ya, seperti Proton saja yang bisa maju, karena memakai spare part dari Mitsubishi," papar Agus.

Seharusnya, ujar Johny, pemerintah mempunyai tekad yang bulat untuk segera membuat mobnas karena sudah sangat lama prinsipal Jepang mengeruk keuntungan dari pasar domestik tanpa memikirkan alih teknologi.

Lebih lanjut Johny meragukan keberhasilan mobnas ini, menurut dia, Indonesia sebaiknya terlebih dahulu membuat komponen mobil sehingga tidak tergantung pada komponen impor karena percuma saja jika namanya mobnas tetapi komponennya impor semua.

Senada, menurut Agus, proyek mobnas ini akan gagal lagi. "Siapa yang mau beli? Terus pemerintah juga lupa memikirkan bagaimana servisnya, research and developmen (R&D)-nya, pesaingnya, pasarnya di mana, bagaimana mendapatkan onderdilnya, dan sebagainya. Belum dibikin saja, kita sudah dikerjai (asing).  Bahkan ketika saya bertemu mantan Presiden Korsel dan Walikota Bogota, mereka bilang jangan mau bersaing dengan industri kendaraan bermotor, karena pasti kalah," tuturnya. Dia menambahkan bahwa Jepang pasti ingin tetap mendominasi pasar kendaraan bermotor di Indonesia.

Sebelumnya, Budi Darmadi mengatakan bahwa mobnas akan keluar pada pertengahan 2013 demi perbaikan pada aspek efisiensi, desain, dan penciptaan kemandirian teknologi.

 “Pada pertengahan 2013, pemerintah bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengeluarkan platform mobil nasional mengenai desain, spesifikasi mesin hingga teknologi yang digunakan,” ujarnya.

Dengan adanya kesamaan platform, menurut Budi, biaya produksi prinsipal lokal menjadi lebih efisien karena komponen mesinnya bisa diproduksi di dalam negeri.

 “Agar lebih efisien, platform teknologi otomotif perlu disamakan dahulu. Untuk mencapai kesamaan, dibutuhkan identifikasi masalah melalui pembentukan working team yang beranggotakan para produsen mobil nasional,” paparnya.

Deputi Kepala BPPT bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa Erzi Aggon Gani menambahkan, platform mobil nasional sudah dirancang oleh riset dan pengembangan BPPT. “Akhir 2013, prototipe mobil nasional di bawah 1.000 cc akan keluar dan awal 2014 produknya bisa diluncurkan,” kata dia.

Belajar dari Proton

Indonesia tampaknya perlu belajar dari Malaysia jika ingin memproduksi mobnas. Dimulai pada 1979 ketika "Bapak Modernisasi" Malaysia, Mahathir Mohamad, mengusulkan ide pembentukan industri perakitan otomotif dan manufaktur di negara tersebut.

Mengutip dari proton.com, mimpi Mahathir-lah yang mempercepat kapabilitas industrialisasi Malaysia untuk sejajar dengan negara-negara maju. Mimpi itu selangkah lebih dekat ke realitas ketika kabinet menyetujui proyek mobil nasional di negara jiran itu pada 1982.

Mimpi itu terwujud ketika Proton secara resmi dibuat pada 7 Mei 1983. Model yang pertama, Proton Saga, secara komersial diluncurkan pada 9 Juli 1985 dengan pasar pertamanya di Singapura. Pada 1986, setahun setelah mobil pertama diluncurkan, Proton merayakan produksi Proton Saga yang ke-10.000. Selanjutnya, mobil ini diproduksi dan dijual di Bangladesh, Brunei, Selandia Baru, Malta dan Sri Lanka. Tak lama kemudian Proton mulai merambah dataran Inggris.

 

Tahun 1996 adalah tahun bersejarah ketika Proton mencetak mobilnya yang ke-1 juta. Prestasi itu dipicu oleh peluncuran model-model baru seperti Proton Tiara, Proton Wira 2.0 Diesel dan Proton Putra dua pintu, yang menambah lini produksi Proton Wira, Proton Satria dan Proton Perdana. Proton meluncurkan mobil ke-3 jutanya pada 2008. iwan/ria/doko

 

BERITA TERKAIT

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…