Tingkatkan Likuiditas Pasar - BEI Perketat dan Kaji Detail Perusahaan Yang Bakal IPO

NERACA

Jakarta – Dalam rangka menyaring emiten yang berkualitas dan likuid, rencananya PT Bursa Efek Indonesia (BEI) akan melakukan pengetatan dan kajian lebih detil terhadap perusahaan yang berencana untuk masuk ke pasar modal melalui mekanisme penawaran umum saham perdana (IPO) agar likuid ke depannya.

Direktur Perdagangan dan Keanggotaan BEI Samsul Hidayat mengatakan, kajian lebih detail terhadap perusahaan yang masuk ke pasar modal dimaksudkan agar memiliki kualitas dan likuiditas yang baik, “Kami memastikan bahwa emiten-emiten baru yang masuk ke bursa harus memiliki kualitas dengan melakukan penelahaan secara lebih komprehensif, dengan begitu likuiditas pasar akan meningkat," katanya di Jakarta akhir pekan kemarin.

Dia menambahkan, dengan likuiditas meningkat maka akan terbentuk harga saham yang wajar di pasar. Pihak Bursa juga akan meningkatkan jumlah emiten agar kapitalisasi juga bertambah. Maka dengan demikian, semakin banyak jumlah emiten akan memperbesar kapitalisasi pasar saham.

Sepanjang 2012, jumlah emiten yang telah mencatatkan saham perdana di BEI mencapai 15 emiten, dengan total nilai mencapai Rp6,59 triliun. Tahun ini BEI menargetkan perusahan melakukan penawaran umum saham perdana (IPO) sebanyak 25 emiten.

Selain menambah jumlah emiten, lanjut dia, pembangunan infrastruktur pasar modal juga terus dilakukan seperti meningkatkan kapasitas mesin perdagangan transaksi bursa, meningkatkan rasa aman investor dalam berinvestasi melalui program pemisahan rekening dana nasabah (RDN) dan pembuatan fasilitas Acuan Kepemilikan Sekuritas (AKSes), serta melakukan sosialisasi demi menambah kepercayaan investor dalam berinvestasi. "Kami terus melakukan beberapa program untuk membuat pasar modal Indonesia terus membesar. Nilai transaksi di Bursa Indonesia memang terus menurun di tahun ini dibandingkan di tahun lalu, namun pasar modal Indonesia tetap menarik minat investor asing dalam berinvestasi," ujar Samsul.

Dia menilai, pasar modal Indonesia masih menjadi tempat investasi yang menarik bagi investor baik lokal maupun asing. Sebelumnya, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mengatakan, perusahaan Manager Investasi (MI) asal AS yakni Franklin Templeton Investment tengah melirik pasar reksa dana di Indonesia. "Franklin Templeton Investment pernah datang ke Bapepam-LK, mereka mempertanyakan perkembangan pasar reksadana di Indonesia dan segala regulasinya," kata Kepala Biro Pengelolaan Investasi Bapepam-LK Fakhri Hilmi.

Kendati demikian, dikatakan dia, perwakilan dari perusahan MI itu belum secara spesifik menyampaikan ketertarikannya. Pihak Bapepam-LK hanya menjelaskan kodisi pasar reksadana di dalam negeri. Meski baru tahap pembicaraan awal, dikatakan dia, bukan tidak mungkin ke depannya MI yang memiliki pendapatan 7,14 miliar dolar AS pada 2011 itu akan masuk ke pasar Indonesia. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Sukses Pengembangan Karyawan - BTN Tempati Posisi Top 3 Untuk Pengembangan Karier

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menempati posisi Top 3 tempat kerja terbaik untuk pengembangan karir di Indonesia versi…

Atlantis Subsea Bidik Pendapatan Tumbuh 20%

NERACA Jakarta – Resmi mencatatkan sahamnya di pasar modal, PT Atlantis Subsea Indonesia Tbk (ATLA) membidik pendapatan tumbuh 20% pada…

Tensi Politik Timur Tengah Penyebab Anjloknya IHSG

NERACA Jakarta- Tensi ketegangan politik di kawasan timur tengah menjadi sentimen negatif terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sukses Pengembangan Karyawan - BTN Tempati Posisi Top 3 Untuk Pengembangan Karier

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menempati posisi Top 3 tempat kerja terbaik untuk pengembangan karir di Indonesia versi…

Atlantis Subsea Bidik Pendapatan Tumbuh 20%

NERACA Jakarta – Resmi mencatatkan sahamnya di pasar modal, PT Atlantis Subsea Indonesia Tbk (ATLA) membidik pendapatan tumbuh 20% pada…

Tensi Politik Timur Tengah Penyebab Anjloknya IHSG

NERACA Jakarta- Tensi ketegangan politik di kawasan timur tengah menjadi sentimen negatif terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa…