Bayar Utang, Bakrieland Lepas Jual Saham Bakrie Toll - Bisnis Mulai Meredup Terlilit Utang

NERACA

Jakarta – Bisnis usaha grup Bakrie tengah terlilit utang, maka tidak heran seluruh sektor bisnisnya mencatatkan kinerja keuangan yang negatif, baik PT Bumi Resources Tbk, PT Bakrie Telecom Tbk dan termasuk PT Bakrieland Development Tbk (ELTY). Maka guna menutupi utang dan kerugian tersebut, PT Bakrie Land Development berencana melepas kepemilikan saham sebagian atau seluruhnya di perusahaan pengelola jalan tol PT Bakrie Toll Road (BTR).

Direktur Utama ELTY, Ambono Janurianto mengatakan,  hasil divestasi saham BTR digunakan untuk mengurangi utang perseroan. Pasalnya, pengurangan utang menjadi target manajemen agar tidak membebani kinerja keuangan. "Kami divestasi BTR untuk kurangi utang," katanya di Jakarta kemarin.

Ambono menambahkan, manajemen terus bernegosiasi dengan beberapa investor yang meminati saham BTR. Besaran pelepasan saham pengelola Kanci-Pejagan milik ELTY juga masih dibicarakan oleh kedua belah pihak.

Manajemen ELTY dapat menjual seluruh kepemilikan tidak langsung atau melepas sebagian dengan tetap mempertahankan sebagian kepemilikannya."Kita belum tahu berapa yang dilepas, karena diskusinya masih berlangsung," paparnya.

Dia pun menuuturkan, sudah ada beberapa investor yang berminat, tetapi belum bisa dipublikasikan. Seperti diketahui, ELTY yang merupakan salah satu anak usaha group Bakrie bidang properti dan infrastruktur ini, menguasai 69,99% saham di BTR melalui anak usahanya yaitu PT Bakrie Infrastructure.

Per semester I-2012 ELTY mencatat kinerja buruk. Perseroan membukukan rugi Rp 81,16 miliar akibat pendapatan usaha yang turun dari Rp 1,04 triliun di Juni 2011 menjadi Rp 962,9 miliar di Juni 2012.

Asal tahu saja, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sebagai tulang punggung bisnis Bakrie di sektor tambang mencatatkan rugi bersih US$ 334,111 juta atau setara Rp 3,14 Triliun sepanjang semester I-2012. Penyebab utamanya, karena dua hal yakni rugi kurs dan transaksi derivatif.

Mengutip lapora keuangan BUMI 2011, perseroan mencatatkan utang jatuh tempo tahun 2012 mencapai US$638 juta (Rp6,38 triliun). Sementara di tahun 2013 sebesar US$1,1 miliar, 2014 sebesar US$635 juta, 2015 sebesar US$313 juta, 2016 sebesar US$450 juta dan di 2017 sebesar US$700 juta. Maka jika disederhanakan, hingga 2014 BUMI harus melunasi utang jatuh tempo sebesar US$3 miliar (Rp30 triliun).

Terbebani Utang

Sebelumnya, aalis BNI Securities Viviet S. Putri pernah bilang, aksi korporasi yang dilakukan kelompok usaha grup Bakrie akan terbebani utang. Beban itu tidak hanya kepada entitas usahanya, namun juga pada entitas lain dalam kelompok perusahaan Bakrie. "Jadi pendapatan dan labanya dikonversi untuk membayar utang,”ujarnya.

Sebagai informasi, mesin uang bisnis Bakrie sedang meredup, terlihat dari kepemilikan perseroan di PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) dan PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) tergerus, serta PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sebagai soko guru PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) juga merugi.

Laporan keuangan BNBR audit 2011 menyebutkan, total utang perseroan mencapai Rp5,4 triliun. Dari total utang itu, sebesar Rp295 miliar jatuh tempo tahun ini yang berasal dari transaksi repo. Selain itu, perusahaan investasi juga harus melunasi utang US$437 juta (Rp4,3 triliun) dari 20 kreditur internasional yang digalang Credit Suisse, menyusul harga saham Bumi Plc turun dari yang disepakati.

Mengacu data Horizon Research, per Desember 2011, kepemilikan BNBR di BUMI mencapai 29,8%. Berdasarkan laporan keuangan 2011, BUMI memperoleh pendapatan US$4 miliar (Rp40 triliun), laba usaha US$1,12 miliar dan laba bersih US$221 juta. Dengan porsi kepemilikan tersebut, maka sumbangan pendapatan BUMI kepada BNBR mencapai US$1,17 miliar. Sementara laba usaha dan laba bersih menyumbang masing-masing US$330 juta dan US$60 juta.

Sementara motor uang grup Bakrie yang lain seperti ELTY atau UNSP sudah tidak bisa diharapkan. Di ELTY, kepemilikan grup Bakrie sudah tidak mayoritas paska masuknya Limitless Limitless World International Services Ltd. Kini, saham Bakrie di perusahaan properti itu hanya tersisa 8%. (bani)

 

 

BERITA TERKAIT

Summarecon Crown Gading - Primadona Properti di Utara Timur Jakarta

Summarecon Crown Gading yang merupakan kawasan terbaru Summarecon yang di Utara Timur Jakarta, kini semakin berkembang. Saat ini sedang berlangsung…

Pertumbuhan Logistik Tembus 8% - CKB Logistics Optimalkan Bisnis Lewat Kargo Udara

Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) memperkirakan sektor logistik nasional tahun ini mengalami pertumbuhan tujuh sampai dengan delapan persen. Tak heran, bisnis…

Mitra Investindo Catat Laba Meningkat 212%

NERACA Jakarta - Perusahaan jasa pelayaran dan logistik PT Mitra Investindo Tbk (MITI) membukukan laba bersih yang meningkat signifikan 212% year…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Pertumbuhan Logistik Tembus 8% - CKB Logistics Optimalkan Bisnis Lewat Kargo Udara

Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) memperkirakan sektor logistik nasional tahun ini mengalami pertumbuhan tujuh sampai dengan delapan persen. Tak heran, bisnis…

Mitra Investindo Catat Laba Meningkat 212%

NERACA Jakarta - Perusahaan jasa pelayaran dan logistik PT Mitra Investindo Tbk (MITI) membukukan laba bersih yang meningkat signifikan 212% year…

Metropolitan Land Raup Laba Bersih Rp417,6 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) membukukan laba bersih Rp417,6 miliar pada tahun 2023 atau tumbuh…