Publik Terkejut Wacana Kenaikkan Premium 6.500/liter

Publik Terkejut Wacana Kenaikkan Premium 6.500/liter

 Jakarta—Wacana soal pembatasan BBM bersubsidi mulai redup. Namun tiba-tiba saja muncul kabar rencana pemerintah menaikkan BBM bersubsidi jenis Premium menjadi Rp6.500/liter. Kontan saja ini menjadi pertanyaan public.“Saya pertanyakan dasarnya apa. Apalagi selama ini kan pemerintah bilang tidak mau menaikan harga BBM," kata Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Pri Agung Rakhmanto kepada wartawan di Jakarta, (19/4).

  Pri Agung mengaku sempat terkejut dengan kabar opsi menaikkan Premium menjadi Rp6500/liter. “Kok tiba-tiba ada opsi menaikan premium ke harga Rp 6.500 per liter,” tambahnya.

 Lebih jauh Pri Agung menyarakan agar pemerintah agak bertindak moderat dengan menaikan menjadi Rp5.500/liter. Demikian pula dengan solar yang sebaiknya ikut dinaikan sebesar Rp 1.000. "Kalau sudah dinaikan Rp 1.000, saya kira sudah cukuplah untuk menutupi defisit APBN," terangnya.

 Sebelumnya, Deputi Menko Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan, Eddy Putra Irawadi menyampaikan pemerintah tengah menyiapkan empat opsi pengendalian BBM subsidi. Opsi pertama adalah melakukan pengaturan pengguna sekaligus penjatahan volume BBM bersubsidi menggunakan alat deteksi radio frequency identification (RFID). Opsi kedua adalah pengaturan pengguna diimbangi dengan penyesuaian harga BBM bersubsidi. Untuk taksi dan kendaraan pribadi bisa mengonsumsi premium dengan harga Rp 6.500 per liter.

 Malah kemarin, Menko Perekonomian Hatta Rajasa minta masyarakat pengguna Pertamax tidak hijrah ke Premium sehubungan dengan rencana pengaturan BBM bersubsidi.

 Hatta menambahkan hingga kini pengaturan BBM bersubsidi belum diterapkan oleh pemerintah. "Pengaturan itu kan belum dilakukan, pengaturan itu masih bersifat voluntary, tidak ada kewajiban orang untuk tidak boleh pindah," ujarnya.

 Kendati demikian, ia berharap agar masyarakat bisa memahami keadaan dimana bila penggunaan Premium berlebihan maka subsidi yang dikeluarkan akan bertambah. Sementara subsidi tersebut sebenarnya ditujukan untuk masyarakat kurang mampu.

 "Cuma kita meminta kepada masyarakat yang sudah menggunakan Pertamax jangan hijrah ke Premium karena Premium terbatas kuotanya hanya 38,6 juta kilo liter dan subsidinya juga terbatas subsidinya hanya Rp 98,2 triliun, kalau semua pakai itu habis kuotanya, membengkak lagi subsidinya," paparnya.

 Sedangkan terkait opsi pembatasan BBM bersubsidi dengan kenaikan harga Premium hingga Rp6.500 per liter atau menahan harga Pertamax pada Rp7.500 per liter, ia berharap agar tidak ada spekulasi. "Belum ada sama sekali pemikiran untuk menaikkan BBM,”imbuhnya. **cahyo

BERITA TERKAIT

Jadilah Individu Beretika di Dunia Nyata Maupun Digital

Jadilah Individu Beretika di Dunia Nyata Maupun Digital NERACA Banyuwangi - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian Komunikasi…

Bijak Bermedia Sosial, Bebas Berekspresi Secara Bertanggung Jawab

Bijak Bermedia Sosial, Bebas Berekspresi Secara Bertanggung Jawab  NERACA Probolinggo - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian Komunikasi…

Perhatikan Batasan dalam Berkonten di Media Sosial

  NERACA Jember - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo RI) berkomitmen meningkatkan literasi digital masyarakat menuju Indonesia #MakinCakapDigital2024. Dalam rangka…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Jadilah Individu Beretika di Dunia Nyata Maupun Digital

Jadilah Individu Beretika di Dunia Nyata Maupun Digital NERACA Banyuwangi - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian Komunikasi…

Bijak Bermedia Sosial, Bebas Berekspresi Secara Bertanggung Jawab

Bijak Bermedia Sosial, Bebas Berekspresi Secara Bertanggung Jawab  NERACA Probolinggo - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian Komunikasi…

Perhatikan Batasan dalam Berkonten di Media Sosial

  NERACA Jember - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo RI) berkomitmen meningkatkan literasi digital masyarakat menuju Indonesia #MakinCakapDigital2024. Dalam rangka…