Hadapi Persaingan Global - Indonesia Perlu Infrastruktur Pendukung Investasi

NERACA

Jakarta - Indonesia memiliki banyak kelebihan, seperti sumber daya alam yang melimpah, jumlah penduduk yang besar, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, serta keadaan politik yang relatif stabil. Meski demikian, masih ada banyak hal yang harus untuk dapat meningkatkan kualitas dan daya saing menghadapi persaingan global yang semakin ketat, terutama dengan semakin dekatnya liberalisasi ASEAN tahun 2015.

Hal terlihat dengan adanya keterbatasan infrastruktur pendukung investasi seperti bandara atau pelabuhan laut dan peralatan diatasnya seperti pergudangan, dermaga termasuk dermaga penyeberangan, peralatan bongkar muat, sarana transportasi darat khususnya yang menuju kawasan atau sentra industri maupun akses in out pelabuhan, energi listrik, telekomunikasi, dan air sebagai penunjang pemutar roda perekonomian.

Ketua Umum Kamar Dagan dan Industri (Kadin) Suryo Bambang Sulisto Indonesia pun tidak menampik dengan penurunan peringkat daya saing versi World Economy Forum menjadi peringkat ke-50 dari peringkat 46, dikarenakan oleh sektor infrastruktur dan birokrasi yang kurang baik, sehingga mengakibatkan iklim investasi menurun.

"Itu semua ada kaitannya dengan bagaimana orang melihat Indonesia ini dari sisi infrastruktur kita, birokrasi kita. Dan hal itu yang dianggap masih menganggu kelancaran dari upaya-upaya untuk investasi disini," ungkapnya di Jakarta, Selasa (11/9). Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi yang baik harus diiringi dengan pembangunan infrastruktur yang baik pula.

Menurut dia, negara-negara di dunia saat ini tidak lagi memandang Indonesia sebelah mata. "Kita tidak bisa anggap ini sepele, sekarang ini justru perhatian dunia ke Indonesia luar biasa, banyak yang puji keberhasilan Indonesia dan peningkatan pertumbuhan ekonomi kita tapi kalau tidak kita jaga dan perbaiki saya rasa kita yang rugi sendiri," papar Suryo.

Perbaiki Infrastruktur

Dia menambahkan, saat ini dengan adanya program pemerintah yaitu Masterplan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), diharapkan juga bisa semalin menambah iklim investasi dari luar masuk lebih banyak ke dalam negeri. Harapannya agar infrastruktur dan birokrasi Indonesia semakin diperbaiki, guna memperbaiki dan menjadikan Indonesia dipandang lebih baik lagi oleh dunia luar.

Selain itu, Suryo juga menginginkan, agar Pemerintah melakukan beberapa kebijakan insentif untuk meningkatkan investasi ke depan. Insentif tersebut kalau diberikan secara merata ke seluruh daerah maka akan memberikan peningkatan investasi. "Itu diperlukan untuk lebih menggairahkan investasi apalagi timbal-balik pusat dan daerah dalam komunikasi gagasan," ujarnya.

Sementara, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Investasi dan Perhubungan Peter F. Gontha menganggapi, peringkat daya saing Indonesia terus mengalami penurunan dan ironisnya, terjadi ketika peringkat daya saing di negara-negara Asia, khususnya negara Asia Tenggara meningkat. "Peringkat daya saing Indonesia saat ini terus merosot. Padahal negara-negara sekawasan Asia justru mengalami kenaikan posisi daya saing," katanya.

Dengan kemerosotan posisi itu, Peter berpendapat, Indonesia harus segera memperbaiki apapun yang bisa meningkatkan posisi daya saing tersebut. Salah satunya dengan perbaikan kondisi infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia. "Saat ini, infrastruktur di Indonesia terbilang belum maksimal sehingga cenderung menghambat investasi asing maupun domestik untuk berkembang," ungkapnya.

Menurut dia, jika porsi investasi terus dikembangkan, maka hal tersebut akan menciptakan pertumbuhan ekonomi baru, lapangan kerja baru, peningkatan pendapatan pajak negara hingga pengentasan kemiskinan, dengan begitu otomatis Indonesia akan bisa bersaing dengan negara lain.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…