Program Konversi BBM ke BBG - Kajian Belum Tuntas, Pemasangan Konverter Kit Masih Butuh Waktu

NERACA

 

Jakarta – Terkait program konversi dari bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG), Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) meminta waktu kepada pemerintah untuk pemasanganconverter kit ke mobil-mobil baru menyusul belum tuntasnya sejumlah kajian dari Agen Pemegang Merek (APM).

Ketua Umum Gaikindo, Sudirman Maman Rusdi memaparkan beberapa hal yang patut menjadi pertimbangan pokok adalah masalah teknis terkait dengan penyesuaian komponen permesinan (engine) terhadap konverter kit, sinkronisasi kemampuan kalangan APM, hingga aspek keselamatan pengguna kendaraan. “Jangan sampai kebijakan pemasangan konverter kit yang pada awalnya ingin mendukung program pemerintah justru kontraproduktif terhadap industri otomotif nasional dan ini butuh kesiapan matang dari semua aspek,” paparnya di Jakarta, Senin (10/9).

Sedangkan Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Budi Darmadi mengatakan penggunaan alat konverter untuk mobil yang akan diproduksi secara teknis bisa langsung ditambahkan baik menggunakan switch khusus maupun tanpa switch. “Alat tersebut bisa ditambahkan ke mobil baru karena ini sudah pernah diterapkan pada taksi dan angkutan umum. Kalau kendaraan yang hanya berbahan gas, seperti Transjakarta tak perlu pakai switch,” katanya.

Dari aspek produksi, menurut Budi, perlu ada perombakan signifikan jika pemasangan alat tersebut langsung di tingkat pabrik perakitan kalangan APM. Namun, opsi lain masih memungkinkan apabila alat tersebut dipasangkan ke bengkel yang telah ditunjuk resmi. “Untuk SNI alat konverter sudah siap karena substansinya sudah final,” ujarnya.

Sementara praktisi otomotif dari Ikatan Ahli Teknik Otomotif (IATO), Budi B.S mengatakan, rencana konversi ke BBG harus dilihat secara komprehensif dan kompromistis termasuk aspek compatibility engine dan material dalam penggunaan switcher untuk sistem BBM dan BBG (dual fuel). “Secara teknis, BBM memiliki rantai karbon yang panjang sedangkan gas lebih pendek. Karena itu, para pemangku kepentingan perlu mengkaji lebih mendalam terkait dengan aspek garansi dan kualitas mobil yang kemungkinan dapat berubah,” tandasnya.

Angkutan Kota

Sebelumnya Evita Herawati Legowo, Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM mengungkapkan untuk mempercepat program Konversi rencananya, November ini sebanyak 14.000 konverter kit sudah terpasang di angkutan kota. Menurut dia, untuk tahap awal, pada Desember 2012 sudah ada 14.000 konverter kit yang akan dibagi dan dipasang secara gratis pada angkutan kota berukuran kecil.

Lebih jauh lagi Evita mengatakan saat ini konverter kita belum dibagikan lantaran proses pengadaan konverter kit masih dalam tahap tender. Adapun pengadaan konverter kit ini menggunakan anggaran APBN. Diharapkan pada November 2012 sudah ada pemasangan konverter kit di angkutan kota yang ada di Jakarta dan Jawa Timur. "Harapan kami November tahun ini sudah ada pemasangan konverter kit khususnya di Jawa Timur dan Jakarta,” kata Evita.

Seperti diketahui, 2012, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyediakan sekitar 15.000 converter kit, yakni 14.000 untuk angkutan umum dan 1000 untuk percontohan, seperti instansi pemerintah. Sementara tahun depan, program dilanjutkan oleh Kementerian Perindustrian. Adapun anggaran yang akan dianggarkan untuk menyediakan converter kit dari anggaran Kementerian Perindustrian sekitar Rp 500 miliar-Rp 600 miliar.

Terkait pembangunan SPBG, pemerintah sudah merencanakan akan membangun sebanyak 33 SPBG. Diharapkan dalam waktu dekat sudah ada beberapa SPBG yang terbangun baik dengan cara commissioning (tahap uji coba) dan sebagainya. “Diharapkan sih dapat beroperasi Maret 2013,” lanjutnya.

Jika baru beroperasi Maret, artinya target ini mundur dari yang dikatakan oleh Wakil Menteri ESDM Rudi Rubiandini. Rudi mengatakan menyatakan bahwa infrastruktur program Konversi BBM ke BBG unutk transportasi akan siap pada 10 Desember 2012, termasuk beroperasinya satu SPBG online. “Tunggu sampai 10 Desember. Sekarang yang ditunggu adalah tender konverter kit yang ada di Bu Evita (Dirjen Migas). Itu saja yang paling krusial,” ujar Rudi.

Menurut Rudi, sampai dengan akhir tahun, Pertamina akan menyelesaikan pembangunan 4 SPBG online baik dari dana sendiri maupun APBN, berlokasi di DKI Jakarta . Selain itu, PT Pertamina Gas (Pertagas, anak perusahaan Pertamina) juga akan menuntaskan satu pilot project infrastruktur (mother daughter system) di Bitung, Bekasi.

“Pertamina sudah menyanggupi 1 SPBG online jadi pada 10 Desember dan berlokasi di Jakarta. Selain di Jakarta nantinya akan di bangun di Palembang dan Surabaya, namun pertama akan dibangun di Jakarta,” kata Rudi.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…