Tambah 4 Anjungan - PHE Kejar Produksi Rata-Rata 17.500 BPH

NERACA

Jakarta - Akibat tertabrak kapal barang, posisi anjungan Pertamina Hulu Energi (PHE) KE-40, kini menjadi PHE-40, yang berada di blok West Madura Offshore (WMO) mengalami kemiringan hingga 17,5 derajat. Meski dalam posisi aman tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, anjungan telah selesai diperbaiki agar bisa dioperasikan untuk memproduksi minyak dan gas lagi. Anjungan tersebut akan segera dioperasikan, setelah rencana pemasangan hingga akhir September 2012.

Direktur Pertamina Hulu Energi Salis A. Aprilian mengatakan, tahun ini akan ada 4 anjungan baru yang akan ditempatkan sebagai pengembangan lapangan baru WMO, yaitu PHE-38B, PHE-39, PHE-40 dan PHE-54. Masing-masing anjungan terdiri dari 4 hingga 7 sumur dengan produksi awal tiap sumur diperkirakan sekitar 500 hingga 2000 barel per hari (bph) dan gas sekitar 3 hingga 6 million metric standard cubic feet per day (mmscfd).

“Perkiraan produksi rata-rata WMO tahun 2012 adalah sekitar 17.500 bph dan gas 145 mmscfd. Produksi dari sumur-sumur pada platform baru ini ditargetkan mengalir bertahap mulai bulan November, Desember 2012 hingga Februari 2013,” ujarnya melalui keterangan tertulis yang diterima Neraca, Senin (10/9).

Saat tertabrak kapal barang pada 11 Agustus 2010, anjungan PHE-40 mampu memproduksi minyak 1.600 barel per hari dan gas sekitar 15 mmscfd. Lapangan ini mulai produksi tahun 2005. Mencapai produksi puncak sebesar 9.500 bph dan 38 mmscfd pada 2007. Saat ini, produksi minyak blok WMO berkisar 10.500 bph.

Ketiga anjungan baru yang diberi nama PHE-38B, PHE-39 dan PHE-54 itu sangat penting untuk mendongkrak produksi minyak dan gas di Blok WMO. Tahun 2012, PHE WMO merencanakan mengebor 21 sumur yang terdiri dari sembilan sumur eksplorasi, 12 sumur pengembangan, dan 15 sumur kerja ulang (work over). “Akhir tahun, produksi PHE WMO ditargetkan terdongkrak pada kisaran 21.000 bph," kata Salis.

Blok WMO pernah memproduksi 26 ribu bph pada tahun 2010. Tetapi percepatan penurunan produksi blok ini sangat cepat. Oleh karena itu harus dibarengi dengan kecepatan penambahan fasilitas pengeboran dan penyediaan fasilitas baru. Kerja keras menambah sumur-sumur baru itu belum bisa langsung meningkatkan kapasitas produksi Blok WMO secara signifikan. Pasalnya, pada saat blok WMO diserahkan Pemerintah pada PHE sebagai anak perusahaan Pertamina, blok WMO sedang mengalami penurunan signifikan produksi pada sumur-sumur lamanya.

Penurunan Produksi

Saat diserahkan 7 Mei 2011, produksi Blok WMO sekitar 13.000 bph, tinggal 50 persen dibanding produksi tertinggi sebelumnya yang mencapai 26.000 bph. Penurunan produksi itu tidak bisa dihindari karena tiadanya investasi baru sejak Agustus 2010 menyusul ketidakjelasan perpanjangan kontrak pengengolaan Blok WMO.

Senior Executive Vice President dan General Manager PHE WMO Imron Asjhari menambahkan, PHE WMO memiliki target bisa memproduksi minyak 40.000 bph dan 210 mmscfd pada tahun 2016 atau setara 75,000 barel minyak ekuivalen barel per hari (boepd). Untuk mencapai target tersebut, kata Imron, PHE WMO akan melakukan pemboran lebih dari 25 sumur eksplorasi dan 75 sumur pengembangan, kerja ulang lebih dari 10 sumur,  perawatan pada 37 sumur, serta pemasangan lebih dari 10 anjungan baru sampai tahun 2016.

Sementara, Deputi Pengendalian Operasi Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMigas) Gde Pradnyana mengatakan, bahwa untuk pertama-kalinya dalam sejarah Pertamina membangun sebuah anjungan lepas pantai. Tentu hal ini menandai penguasaan teknologi dan manajemen yang semakin baik dan membuat Pertamina makin percaya diri.

Jika di era yang lalu Pertamina agak mengabaikan kegiatannya di hulu dan lebih sering menyerahkan pengelolaan wilayah kerjanya kepada pihak asing, maka di era reformasi ini Pertamina tampak makin menunjukan kemampuannya untuk mengelola sendiri wilayah kerjanya. Pertamina kini menjadi makin sehat dan kuat. Dulu produksi Pertamina hanya sekitar 70 ribu barel, kini sudah mencapai 130 ribu barel dan diharapkan akan terus meningkat di masa mendatang.

 

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…