Kredit Ekspor Banyak Masalah, Asuransi Kebanjiran Klaim

NERACA

Jakarta – Klaim asuransi di sektor bisnis ekspor mengalami lonjakan tinggi akibat banyaknya kredit ekspor yang bermasalah. Data dari Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menunjukan, pada semester pertama 2012, rasio klaim di lini usaha ini mencapai 54,7% atau yang tertinggi dibanding lini bisnis lain.

“Banyak klaim yang terjadi dari eksportir. Bahkan ada beberapa yang default,” kata Budi Herawan, Kepala Bidang Statistik Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) di Jakarta, Selasa (4/9).

Budi mengungkap, Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) banyak terkena klaim dari kredit ekspor.

Namun secara nominal klaim terbesar terjadi di lini usaha asuransi harta benda yang mengalami kenaikan klaim bruto sebesar Rp395 miliar. Sementara klaim bruto industri asuransi umum tercatat mencapai Rp7,28 triliun, meningkat sebesar 18,1% dibandingkan periode yang sama 2011 sebesar Rp6,17 triliun. Peningkatan klaim tertinggi pada pertengahan tahun 2012 terjadi pada lini usaha asuransi pesawat udara sebesar 213,6%.

Menurut Budi, pangsa pasar asuransi harta benda mengalami penurunan menjadi 27,4% dibanding periode yang sama tahun 2011 yang mencapai 29,9%.

Dia menyebut, salah satu penyebab penurunan pangsa pasar di bisnis ini adalah terjadinya perang tarif di industri asuransi. “Dalam nilai pertanggungan sebetulnya tetap. Tapi karena terjadinya perang tarif yang bisa dikatakan sudah mendekati bottom rock dan pemberian komisi ke intermediary yang naik dari sebelumnya 20% menjadi rata-rata 25%-30%,” terang Budi.

Klaim bruto pada lini usaha ini juga meningkat sebesar 24,6% pada Semester I 2012 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Rasio klaim lini usaha ini pada Semester I 2012 mencapai 38,6%. Sementara Premi asuransi harta benda pada Semester I 2012 tercatat sebesar Rp5,18 triun atau naik 3,5% dibanding periode yang sama 2011 yang mencapai Rp5,01 triliun

Model Laporan Keuangan

Di tempat yang sama, Direktur Eksekutif AAUI, Juliaan Noor memaparkan, AAUI mengkhawatirkan model pembukuan laporan keuangan baru yang harus diterapkan mulai Januari 2013, akan menurunkan citra industri asuransi di mata masyarakat Indonesia.

"Laporan keuangan baru 'International Fanancial Reporting Standards' (IFRS) berpotensi memunculkan kinerja perusahaan asuransi yang naik atau turun secara berlebihan pada tahun pertama penerapan,” ujarnya.

Dengan model laporan keuangan baru sesuai dengan standar internasional, imbuh Julian, kinerja perusahaan asuransi pada 2013 nanti tidak akan bisa dibandingkan dengan kinerja pada tahun 2012 (yang menggunakan laporan keuangan dengan standar Indonesia) sehingga kemajuan ataupun kemunduran tidak bisa dikuantifikasikan.

Namun di sisi lain, sambungnya, permintaan masyarakat terhadap pertumbuhan kinerja premi dan klaim asuransi tidak bisa dihindari sehingga perbandingan antara laporan keuangan tahun 2012 dan 2013 harus dilakukan.

Menurut Juliaan, perbandingan inilah yang akan memunculkan kinerja perusahaan yang naik atau bahkan turun secara berlebihan. "Oleh karena itu kami meminta semua perusahaan asuransi umum yang berada di bawah koordinasi AAUI untuk membuat laporan keuangan ganda pada kuartal ketiga ini untuk dijadikan acuan mengetahui sejauh mana perbedaan hasil dua laporan keuangan," kata Juliaan.

Selain itu, AAUI juga akan meminta penjelasan dari Biro Perasuransian Bapepam-LK dan Otoritas Jasa Keuangan ((OJK) yang akan mengambil alih peran Biro Perasuransian Bapepam-LK per 1 Januari 2013) mengenai persoalan laporan keuangan baru tersebut.

Bapepam-LK dan OJK akan memberikan penjelasan kepada industri asuransi Indonesia pada acara "Indonesia Rendevouz (International Insurance Gathering)" ke-18 di Bali 3-6 Oktober 2012.

Acara tersebut akan dihadiri oleh perwakilan dari sekitar 500 perusahaan asuransi di Indonesia dan luar negeri. Indonesia Rendevouz 2012 mengambil tema "IFRS and FSA: Indonesia Insurance Transformation From Controversy to Contribution".

BERITA TERKAIT

Komposisi Besaran Iuran Pensiun Dibawa Ke Meja Presiden

NERACA   Jakarta – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) mengadakan pertemuan dengan lembaga-lembaga seperti Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Koordinator…

Premi Asuransi Generali Tumbuh 9,5%

  NERACA   Jakarta - Di tengah pelambatan ekonomi kuartal pertama ini, PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali) masih mencatat…

Lotte Mart - Equity Life Luncurkan Program Lotte Sehat

NERACA Jakarta - Program Lotte Sehat adalah program kerja sama antara PT Equity Life Indonesia dengan salah satu perusahaan retail terbesar…

BERITA LAINNYA DI

Komposisi Besaran Iuran Pensiun Dibawa Ke Meja Presiden

NERACA   Jakarta – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) mengadakan pertemuan dengan lembaga-lembaga seperti Kementerian Tenaga Kerja dan Kementerian Koordinator…

Premi Asuransi Generali Tumbuh 9,5%

  NERACA   Jakarta - Di tengah pelambatan ekonomi kuartal pertama ini, PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali) masih mencatat…

Lotte Mart - Equity Life Luncurkan Program Lotte Sehat

NERACA Jakarta - Program Lotte Sehat adalah program kerja sama antara PT Equity Life Indonesia dengan salah satu perusahaan retail terbesar…