Harga Saham BUMI Turun Masih Dinilai Wajar

NERACA

Jakarta – Penurunan drastis saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) hingga mencapai level terendah sepanjang sejarah, ditanggapi pihak manajemen Bursa Efek Indonesia (BEI) masih dalam tahap wajar. Pasalnya, menurut BEI, penurunan harga batu bara dan bursa saham regional dan global  adalah faktor utama penyebab turunnya saham BUMI.

Direktur Utama BEI, Ito Warsito mengatakan proses penurunan harga saham BUMI masih normal. “Kebetulan bersamaan dengan sentimen bursa saham regional dan global turun, harga batu bara turun, dan kinerja keuangan kurang baik. Harga sahamnya turun drastis akibat akumulasi sentimen negatif,"katanya di Jakarta, Kamis (30/8).

Menurutnya, tidak ada hal anomali yang mendorong harga saham BUMI turun tajam. Namun demikian Ito menambahkan, pihaknya akan bertindak dengan mekanisme autoreject apabila harga saham BUMI turun drastis. Asal tahu saja dari awal pekan ini, harga saham BUMI terus melorot. Pada Senin (27/8), harga saham BUMI ini ditutup melemah Rp 50 ke Rp 890. Lalu pada Selasa (28/8) kembali melemah Rp130 ke Rp760. Kemudian Rabu (29/8) sempat mendekati level terendah sepanjang sejarah. Dari harga awal tahun Rp 2.450 per saham, BUMI anjlok 72,65% menjadi Rp 670 per saham pada penutupan Rabu. Sementara pada perdagangan saham, Kamis (30/8/2012), saham BUMI turun 2,99% ke level Rp 650 per saham.

Pengamat pasar modal David Cornelis mengakui, isu soal 'bangkrutnya' BUMI menjadi sentimen negatif yang menghantam harga saham perusahaan tambang ini. Selain itu, kata David, faktor yang menekan harga saham ini datang dari sisi internal, yakni struktur balance sheetnya serta faktor eksogen berupa pergerakan harga batu bara dunia yang memang sedang lesu.

Dia juga menjelaskan, siklus pola pergerakan saham BUMI secara tahunan hingga saat ini membentuk pola konsolidasi setelah krisis 2008. Yakni dimulai di awal 2009, saham ini memang sempat naik ke harga tertinggi di sekira Rp3.475 di September 2009, lalu terkoreksi hingga Rp1.280 di Agustus 2010, setelah ini membentuk tren naik selama tiga kuartal hingga Rp3.650 di Mei 2011 lalu (ini melampaui Rp3.475 di September). "Itu sebelum memulai tren bearish bervolatilitas dan meneruskan tren turun sejak Februari 2012 lalu hingga hari ini," ujarnya.

Dia menyebutkan, skenario terburuk pelemahan saham BUMI ini adalah terpuruk ke level Rp500. "Potensi ada (ke level Rp500), walaupun kecil, less likely, tidak sebesar kecenderungannnya saat menuju Rp700 kemarin," pungkas dia.

Sementara Direktur Utama BUMI Ari S. Hudaya mengatakan, operasional Bumi Resources saat ini semakin kuat dan efisien. Selain itu, perseroan juga masih memiliki beberapa aset yang belum dimaksimalkan, salah satunya adalah PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).  "Mengenai Bumi Resources Minerals apakah akan dilepas atau tidak itu tergantung kondisi pasar. Tapi, selama faktor eksternal belum kondusif maka fokus kami adalah meningkatkan nilai (value creation) untuk kepentingan pemegang saham,”tegasnya. (didi)

 

 

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…