Minat Obligasi Masih Tinggi Hingga Akhir Tahun - Pemerintah Terbitkan Sukuk Global

NERACA

Jakarta – Kekhawatiran pasar obligasi dalam negeri bakal melesu di semester kedua, lantaran dampak krisis ekonomi global yang belum menentu rupanya tidak mempengaruhi niatan pemerintah untuk menerbitkan obligasi hingga akhir tahun ini.

Pejabat pelaksana Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Robert Pakpahan mengatakan, pemerintah berencana menerbitkan sukuk global akhir tahun ini karena kebutuhan keuangan tinggi, “Pengeluaran akhir tahun tinggi, makanya direncanakan terbitkan sukuk global pada November atau Desember mendatang," katanya di Jakarta akhir pekan lalu.

Selain akan menerbitkan sukuk global, menurut Robert, pemerintah juga akan menerbitkan surat utang negara berdenominasi mata uang yen (samurai bond) pada September-Desember mendatang. Namun jumlah nilai yang akan diterbitkan dan joint lead arranger masih belum ditentukan.

Menurut Robert, penerbitan samurai bond dilakukan sesuai dengan jadwal dan strategi pengelolaan utang yang direncanakan pada awal tahun. "Itu sudah ada di jadwal-jadwal, mana yang konvensional, mana yang samurai bond. Itu original schedule saja," ujarnya.

Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Tumpal Sihombing pernah bilang, pasar obligasi dinilai belum bergairah meski pasar global menyambut positif sinyal kebijakan lanjutan yang diberikan The Fed, “Bursa utama global dan harga komoditas cenderung menguat. Kebijakan quantative easing QE3 diharapkan akan mempercepat pemulihan ekonomi Amerika Serikat yang akhir-akhir ini kembali terindikasi melemah. Pasar obligasi dalam negeri nampaknya belum terimbas antusias di hari pertama pembukaan bursa," ungkapnya.

Asing Mendominasi

Meski begitu, Tumpal menambahkan, porsi asing terlihat meningkat sebanyak Rp0,84 triliun pada 16 Agustus lalu. Adapun rata-rata harga untuk kelompok seri IFR, PBS, dan SR masing-masing secara berurutan mengalami penurunan sebesar 29 basis points (bps), 21bps dan 17 bps lebih besar dari penurunan midday sebelumnya. Hal ini sejalan dengan turunnya SBIX-clean price index sebesar 0,08% ke posisi 110,6552.

Harga SUN benchmark mengalami koreksi hampir di seluruh tenor. Hanya FR0061 dengan tenor 9,8 tahun yang mengalami penguatan harga sebesar 6,48 bps. Selain itu, IBPA-Indonesia Government Securities Yield Curve melanjutkan penguatan. Pada masing-masing kelompok tenor, rata-rata yield tercatat naik antara lain tenor pendek 1-4 tahun naik sebesar 7,9 bps, tenor menengah 5-7 tahun naik sebesar 3 bps, dan tenor panjang 8-30 tahun mengalami kenaikan sebesar 2,7 bps.

Sebaliknya, kepala ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Lana Soelistianingsih menyakini, ditengah kondisi perekonomian global yang tidak menentu penerbitan obligasi masih menjadi pilihan yang menarik dan bahkan diperkirakan akan mencapai Rp 20 triliun sepanjang semester kedua 2012.

Alasannya, perusahaan akan memilih menerbitkan surat utang atau obligasi sebagai sumber pendanaan ketimbang pinjaman perbankan ditengah perbankan memperlambat penyaluran kredit sebagai dampak krisis Eropa, “Di tengah kondisi perekonomian global yang tidak menentu seperti sekarang ini, perbankan memperlambat penyaluran kreditnya, sehingga perusahaan mencari jalur lain mendapatkan dana dengan menerbitkan obligasi,"ungkapnya.

Terlebih, lanjut Lana, menerbitkan obligasi akan lebih murah dibandingkan meminjam kredit bank. Ditambah, return kupon obligasi korporasi masih cukup tinggi, rata-rata berada antara 250 sampai 300 basis poin di atas obligasi pemerintah. Selain itu, likuiditas di pasar domestik juga masih cukup besar, sehingga penerbitan obligasi masih akan menjadi pilihan perusahaan untuk mendapatkan pendanaan di semester II-2012.

Masih Menarik

Hal senada juga disampaikan Direktur Penilaian Perusahaan BEI Hoesen, penerbitan obligasi korporasi semester II/2012 masih cukup diminati pasar. Hal ini sejalan dengan kebutuhan dana perusahaan untuk melakukan ekspansi, “Saat ini ada delapan perusahaan yang berencana untuk menerbitkan obligasi. Dan, sudah tercatat dalam pipeline bursa,”ungkapnya.

Menurut dia, pertumbuhan penerbitan obligasi di dalam negeri didorong oleh perekonomian Indonesia yang terus berkembang. Hal ini pun akan mendorong aksi korporasi emiten dan memenuhi kebutuhan dananya melalui penerbitan obligasi.

Hoesen mengungkapkan, tren penerbitan obligasi tahun ini lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya karena didorong dari masih rendahnya suku bunga Bank Indonesia.Kondisi tersebut membuat biaya emisi penerbitan obligasi domestik akan lebih murah, sehingga akan mendorong minat perusahaan menerbitkan obligasi. Sebagai informasi, sepanjang 2012 BEI telah mencatatkan penerbitan obligasi mencapai Rp43,724 triliun. (bani)

 

 

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…