RI Bodoh, China Curang

Oleh : Kamsari

Wartawan Harian Ekonomi NERACA

Jengkel dan geram. Begitu perasaan banyak pengusaha kala mendengar pernyataan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu yang mengakui China melakukan kecurangan dalam perdagangan bebas dengan Indonesia.

Namun kejengkelan kalangan pelaku dunia usaha bukan pada kecurangan yang dilakukan China, melainkan kepada sikap pemerintah, terutama Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu yang ngeyel dan arogan.

Ketika perjanjian kerjasama perdagangan bebas dengan China masih dikaji, banyak pihak telah menyampaikan penolakan. Termasuk Kementerian Perindustrian yang menilai Indonesia belum siap memasuki pasar bebas.

Pasalnya, industri di negara ini belum memiliki daya saing kuat. Apalagi, birokrasi pemerintah juga masih menjadi bagian dari masalah dunia usaha. Birokrasi merupakan beban tambahan biaya. Sekitar 30% cost production, tersedot hanya untuk biaya siluman bagi birokrat.

Dalam kondisi yang carut-marut, Indonesia hanya akan menjadi pasar empuk bagi produk negara lain. Sudah sejak lama, Indonesia memang jadi incaran negara produsen. Pasalnya, populasi penduduk yang besar dan sikap cenderung boros memang merupakan santapan lezat bagi negara produsen.

Sayangnya, di saat kondisi birokrasi masih amburadul, pemerintah Indonesia dengan dimotori Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, berani melayani ajakan China untuk berdagang langsung secara bebas tanpa batasan apapun.

Padahal, tanpa perjanjian perdagangan bebas saja pasar Indonesia sudah dibanjiri produk asal China, apalagi tanpa ada halangan peraturan apapun. Tak pelak, produk Indonesia di semua lini dan di semua sektor, habis digusur produk China.

Produk domestik tak mampu bersaing dengan produk impor asal China. Pemerintah China yang berniat menggenjot habis-habisan pasar ekspor, melakukan berbagai jurus agar produknya mempunyai daya saing tinggi. Chian memberi subsidi terhadap semua produk yang diekspor. Sebaliknya, birokrasi Indonesia memeras habis-habisan pengusaha, baik yang ingin bermain di pasar ekspor maupun pasar lokal. Akibatnya, harga jual produk Indonesia amat mahal dan tak mampu bersaing. Meskipun dari sisi kualitas jauh lebih bagus dibanding buatan China.

Alhasil, dalam tiga tahun terakhir, neraca perdagangan Indonesia dengan China tercatat selalu defisit. Pada 2010 defisit perdagangan Indonesia dengan China mencapai US$ 4,73 miliar. Jika dihitung dengan kurs rupiah sebesar Rp 9000, maka nilainya tak kurang dari Rp 42,3 triliun. Suatu jumlah yang amat besar.

Pada awal 2011, selama Januari-Februari, defisit perdagangan nonmigas Indonesia dengan China juga tercatat US$ 0,98 miliar atau naik US$ 0,19 miliar dibanding periode yang sama tahun 2010.

Meski salah, namun Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu selalu berkelit apa yang telah dilakukannya sudah benar. Padahal, fakta di lapangan sudah memperlihatkan, industri lokal babak belur dihajar produk asal China.

Kini nasi sudah menjadi bubur. Industri nasional tak mampu bersaing dengan industri China dan sudah sulit menemukan cara untuk menolong. Tapi semua pengusaha sepakat untuk menyalahkan Mari Elka. Bagi kalangan pengusaha, Mari Elka diplesetin sebagai "Menteri Perdagangan China", bukan Menteri Perdagangan RI. 

BERITA TERKAIT

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

BERITA LAINNYA DI

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…