BW Plantation Bayar Bunga Obligasi Rp 18,681 Miliar

NERACA

Jakarta - PT BW Plantation Tbk (BWPT) telah melakukan setoran ssenilai Rp 18,681 miliar atas pembayaran bunga obligasi I kepada PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Pembayaran tersebut dilakukan pada 14 Agustus 2012.

Hal tersebut disampaikan Corporate Secretary BW Plantation Kelik Irwantono, dalam laporannya di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Rabu (15/8). Sebagai informasi, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat PT BW Plantations Tbk (BWPT) dan obligasi I-2010 menjadi idA- dari sebelumnya idA.

Penurunan utang ini seiring dengan penambahan utang yang signifikan melebihi proyeksi dan secara signifikan juga berdampak terhadap melemahnya perlindungan terhadap arus kas.

Peringkat tersebut, lanjutnya, mencerminkan manajemen operasi perusahaan yang baik, profil perkebunan yang baik, dan masih kuatnya permintaan terhadap minyak kelapa sawit.

Tapi peringkat tersebut dibatasi oleh struktur modal perusahaan yang lebih agresif dan perlindungan arus kas yang moderat, risiko terkait ekspansi bisnis BWPT yang besar serta eksposur bisnis perusahaan pada cuaca buruk.

Terkait kinerja, selama semester I-2012 mengalami penurunan laba bersih sebesar 9,8% menjadi Rp 153,85 miliar. Pada periode yang sama, tahun lalu, perseroan meraih keuntungan bersih Rp 170,55 miliar. Di sisi lain, pendapatan perseroan mencatat kenaikan 9,1% menjadi Rp 520,3 miliar.

Pada periode Januari- Juni tahun 2011 lalu, perseroan mencetak pendapatan Rp 476,95 miliar.“Net margin BW Plantation semester pertama 2012 sebesar 29,6%. Turun dibanding tahun lalu yang sebesar 35,8%,” kata Direktur Utama BW Plantation, Abdul Halim bin Ashari beberapa waktu lalu.

Laba kotor perseroan juga 1,7% lebih rendah menjadi Rp 322,17 miliar. Pada paruh pertama tahun lalu, gross profit perseroan mencapai Rp 327,64 miliar. Sementara itu, perseroan mampu menaikkan produksi crude palm oil atau minyak sawit mentah menjadi 60.642 ton atau meningkat 1,6% dari produksi semester pertama 2011 yang sebesar 59.683 ton.

Sedangkan produksi kernel tidak mengalami peningkatan alias stagnan di posisi 9984 ton. Harga jual rata-rata CPO perseroan juga mengalami tekanan 1,7% menjadi Rp 7,64 juta per ton. Harga jual kernel malah anjlok lebih dalam sebesar 43,1% menjadi hanya Rp 3,67 juta per ton dari sebelumnya sempat mencapai Rp 6,45 juta per ton. (didi)

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…