Kerjasama Perdagangan Diperkirakan Pacu Investasi Hingga 5%

NERACA

 

Jakarta - Kerja sama perdagangan internasional antara Indonesia dengan beberapa negara berkembang lainnya diprediksi bisa memacu investasi sampai dengan 5% dan meningkatkan pertumbuhan di sektor industri.

“Kerjasama perdagangan secara tidak langsung bisa menarik investor untuk berinvestasi di Indonesia. Saat ini, para investor banyak yang minta izin, tapi masih wait and see karena infrastruktur yang ada belum mendukung sektor industri,” kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi di Jakarta, Rabu (15/8).

Untuk mengurus 1 izin usaha, investor harus mengeluarkan dana sekitar Rp5.000.000. Selain itu, masalah perizinan masih menjadi kendala investasi di dalam negeri. “Dalam lima tahun lagi, ekonomi dan politik sudah stabil dan pasti akan genjot investasi. Kalau produk impor ilegal masih naik, seharusnya bisa diberikan disinsentif,” paparnya.

Sedangkan pengamat Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Ninasapti Triaswati mengatakan, Kerjasama perdagangan internasional antara Indonesia dengan negara berkembang diperkirakan akan meningkatkan investasi 5%. Namun angka itu tetap sulit untuk direalisasikan, pasalnya saat ini masih terdapat beberapa masalah yang menghambat investasi, seperti regulasi dan perijinan yang tumpang tindih.

“Kerjasama perdagangan memang menjadi peluang untuk menggenjot investasi masuk. Tapi, masalahnya adalah seberapa cepat Indonesia bisa memperbaiki berbagai masalah yang masih menghambat seperti masalah pengurusan perijinan yang sangat lama,” katanya.

Ninasapti menambahkan, saat ini Indonesia masih kalah saing dengan negara-negara lain dalam hal memanfaatkan kerjasama perdagangan internasional untuk memacu investasi. Diharapkan peningkatan investasi nantinya bisa melebihi angka pertumbuhan ekonomi nasional.

“Dengan negara-negara tetangga yang dekat saja kita masih kalah, seperti Malaysia, Singapura dan Thailand, apalagi dengan negara-negara yang jauh dengan kita. Apabila melihat pertumbuhan industri dan ekonomi nasional yang terus membaik, saya harap investasi bisa terus meningkat,” tandasnya. 

Sementara itu, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengungkapkan,kerjasama perdagangan Indonesia dan India dapat meningkatkan investasi. Peningkatan kerja sama tersebut diharapkan akan meningkatkan total perdagangan antara kedua negara menjadi US$45 miliar pada 2015.

Gita optimistis target tersebut bisa tercapai. Upaya yang dilakukan tidak hanya melalui pertukaran produk-produk dagang tetapi juga peningkatan investasi. Dia menuturkan dengan perhitungan nilai perdagangan yang ideal sebesar 1% dari total produk domestik bruto kedua negara, total perdagangan bilateral kedua negara saat ini idealnya sebesar US$35 miliar. Namun saat ini total perdagangan Indonesia- India baru mencapai US$ 20 miliar. "Maka dari itu tidak ada alasan untuk tidak menaikkan total perdangan menjadi US$45 miliar," kata Gita.

Untuk meningkatkan perdagangan, lanjut Gita, selain menjadi pemasok utama minyak kelapa sawit dan batu bara ke India, Indonesia bisa melakukan diversifikasi produk ekspor dengan mengekspor produk-produk bernilai tambah, contohnya consumer goods. "Mulai dari sepatu tetapi bisa juga beranjak dari situ ke tempat-tempat lain. Sekarang kan kita sedang membangun pabrik-pabrik yang mengandung nilai tambah. Ini akan membutuhkan waktu 12-24 bulan. Siapa tahu kita bisa mengirim pipa atau apa yang dibutuhkan mereka," tutur Gita.

Peningkatan nilai perdagangan ini menurut Gita juga harus didukung peningkatan investasi, baik dari Indonesia ke India atau sebaliknya. Ia mengatakan saat ini sudah ada beberapa perusahaan Indonesia yang berinvestasi di India. "Saya rasa kita bisa berinvestasi di sana di industri yang sama juga yang sudah mereka lakukan, tetapi dimana area-area itu memerlukan financial capital yang kita bisa," ujarnya.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…