Dalam RAPBN 2013 - Pemerintah Tetapkan Belanja Berkualitas

NERACA

Jakarta—Kementerian Keuangan menetapkan belanja berkualitas sebagai tema utama yang akan disampaikan dalam pembacaan nota keuangan Rancangan Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (RAPBN) 2013. "Kita masih mempunyai keterbatasan untuk belanja yang berkualitas, padahal kondisi fiskalnya semakin membesar," kata Menteri Keuangan Agus Martowadojo di Jakarta, Selasa.

Mantan Dirut Bank Mandiri ini menjelaskan belanja berkualitas yang dimaksud adalah menggunakan anggaran belanja negara untuk keperluan yang produktif. "Karena itu, kita harus yakin dana tersebut bisa dialokasikan kepada barang-barang yang memberi nilai tambah," tambahnya

Bahkan Agus meyakinkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkesinambungan. Namun pemerintah harus tetap waspada terhadap krisis dunia yang dapat berdampak pada keadaan perekonomian Indonesia. Terkait target pertumbuhan ekonomi pada 2013, Agus mengaku optimistis pertumbuhan ekonomi akan mencapai kisaran 6,8%-7,2%. karena ekonomi dunia menunjukkan tren yang positif. "Memang setelah itu terjadi penurunan, karena itu kita harus mencari dan menetapkan target perekonomian pada 2013," ujarnya

Agus mengatakan target pertumbuhan ekonomi yang tergolong tinggi tersebut telah dibicarakan dengan DPR. "Angka tersebut merupakan satu usulan dari pemerintah yang kita upayakan agar tercapai," tegasnya

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa juga mengatakan APBN 2013 akan mengembangkan perekonomian yang ekspansif dan produktif. "Kami akan mengurangi belanja-belanja yang tidak produktif untuk mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi," katanya.

 

Hatta juga memastikan untuk menganggarkan dana untuk infrastruktur dalam belanja modal di atas Rp200 triliun agar target pertumbuhan ekonomi 6,8 persen-7,2% tercapai.

Selain itu, Hatta juga mengimbau agar masyarakat bisa menjaga pasar domestik dari barang-barang impor. "Jangan sampai negara kita jadi tempat masuknya macam-macam barang impor," ucapnya.

Berdasarkan catatan, hingga akhir tahun, defisit neraca pembayaran Indonesia (NPI) dikhawatirkan bisa mencapai lebih dari 10 miliar dolar AS dan ini berdampak terhadap nilai tukar rupiah. Defisit NPI Indonesia pada triwulan II tahun ini telah menyentuh angka 2,8 miliar dolar AS atau lebih besar dari defisit triwulan I yang hanya 1 miliar dolar AS.

Defisit NPI didorong oleh semakin melebarnya defisit transaksi berjalan yang mencapai 6,9 miliar dolar AS atau 3,1% dari produk domestik bruto (PDB) pada triwulan II 2012,” kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi

Pemerintah, menurut Sofjan, tidak memiliki "sense of crisis". Selain itu, produk-produk buatan lokal sulit untuk berkompetisi menghadapi produk impor yang terus membanjiri pasar domestik.

Sedangkan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan defisit NPI yang terjadi saat ini belum terlalu mengkhawatirkan. Pasalnya, perekonomian global akan memulih, sehingga berdampak positif terhadap NPI."Pemerintah optimistis kondisi tersebut akan segera memulih dalam waktu enam bulan. Uni Eropa sudah mulai kelihatan siap untuk melakukan penegasan secara fiskal dan juga moneter," katanya.

Gita menambahkan, defisit NPI terjadi karena disebabkan oleh lonjakan importasi bahan penolong dan bahan baku. "Kalau kita mau meredam impor, tentunya untuk memperbaiki 'current account', itu efeknya ke pertumbuhan ekonomi. Tetapi kalau kita meningkatkan impor, selama kita percaya impor itu untuk produk penolong dan bahan baku, itu akan membuahkan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dan lapangan kerja," tegasnya. **bari

 

BERITA TERKAIT

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini NERACA Jakarta - Bangkok RHVAC 2024 dan…

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini NERACA Jakarta - Bangkok RHVAC 2024 dan…

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…