IKM Tumbuh 7,22%, Industri Kreatif Terbukti "Kebal" Krisis

NERACA

 

Jakarta - Krisis global yang melanda Amerika Serikat dan Eropa tidak membuat pasar industri kreatif Indonesia semakin menurun. Sebab pelaku usaha memaksimalkan potensi pasar dalam negeri dan pertumbuhan Industri Kecil Menengah (IKM) sampai semester 1-2012 mencapai 7,22%.

“Industri kreatif di dalam negeri terbukti tahan terhadap krisis dan tidak tergantung pada pembiayaan yang bersumber pada luar negeri. Selain itu, industri kreatif memiliki target pasar nasional yang besar dengan potensi jumlah penduduk Indonesia,” kata Direktur Jenderal  Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian, Euis Saedah pada acara pameran Indonesia Fashion dan Craft 2012 di Jakarta, Rabu (8/8).

Selama ini, menurut Euis, industri kreatif menyerap 54,3% tenaga kerja dan harus ditopang dengan perkuatan pilar ekonomi kreatif. “Industri harus ditopang dengan sumber daya insani seperti sumber daya kreatif yang berkualitas dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia serta peningkatan efisiensi dan produktivitas dalam upaya untuk meningkatkan keunggulan komparatif,” paparnya.

Pemerintah lanjut Euis, akan mengupayakan pemberian insentif fiskal dan non fiskal, selain juga pengupayan kemudahaan memperoleh bahan baku bagi industri kreatif. Saat ini, banyak pelaku industri kreatif, seperti kerajinan, kesulitan bahan baku, bahkan untuk mewujudkan terminal bahan baku pun masih sulit.

“Untuk insentif fiskal dan non fiskal lebih berbentuk bimbingan Hak Kekayaan Intelektual, pelatihan, dan sarana pameran gratis. Pemerintah juga tengah mengupayakan pembebasan pajak bahan baku, namun pembebasan pajak masih sulit karena yang dapat biasanya perusahaan yang besar-besar,” tuturnya.

Euis menambahkan, banyak lokasi di Indonesia yang berpotensi sebagai tempat wisata, yang juga bisa dimanfaatkan sebagai tempat display produk kreatif. Selain itu, potensi produk kreatif biasanya dibuat oleh pelaku IKM.

“Di setiap provinsi mempunyai obyek wisata dan bisa menjadi ajang pameran produk IKM. Pemerintah mengharapkan ada sarana pameran yang memotivasi generasi muda atau wirausahawan muda untuk hasilkan produk kreatif dan menjadi icon dari daerah tersebut khususnya produk IKM dan hal tersebut merupakan salah satu cara untuk meningkatkan daya saing untuk menghadapi Asean Economic Community pada 2015,” tandasnya.

Jadi Tuan Rumah

Dalam kesempatan yang sama, Euis juga mengungkapkan Industri kreatif harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri serta mengembangkan pangsa pasar ekspor dan didukung kekayaan budaya dan kemajuan teknologi. “Industri kreatif merupakan kegiatan usaha yang fokus pada kreasi dan inovasi. Bidang industri kreatif masih sangat luas untuk digarap dan Indonesia kaya akan budaya dan tradisi yang bisa menjadi sumber kreativitas,” kata Euis.

Kekayaan budaya yang sangat beragam dan bervariasi menurut Euis, adalah sumber inspirasi. Potensi akan semakin besar apabila bisa memajukan kekayaan budaya dan tradisi dengan dukungan teknologi. “Ide hanya tinggal ide apabila tidak diikuti dengan ketekunan dan keberanian untuk mengubahnya menjadi produk yang bisa dijual dan memberikan nilai tambah. Saat ini, Tugas pemerintah adalah menciptakan suasana kerja dan sosial yang merangsang tumbuhnya ide baru serta perekonomian yang mendukung transformasi ide menjadi produk nyata dan siap dipasarkan di dalam dan luar negeri,” paparnya.

Untuk pemasaran, lanjut Euis, produk industri kreatif akan berkembang apabila ditopang oleh pasar dalam negeri yang ada. Sangat penting untuk produsen memperkuat posisinya di dalam negeri, kendati kiprahnya telah banyak di luar negeri.

“Konsumen dalam negeri juga perlu mendukung dengan kecintaan terhadap produk dalam negeri yang akan menyokong kemampuan industri kreatif untuk menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Industri akan semakin berkembang apabila di dalam negeri didukung jaringan industri pendukung yang efisien,” ujarnya.

Euis menambahkan, ekspor industri kreatif sudah cukup kuat, terutama di subsector tertentu seperti fesyen dan kerajinan. Namun, pelaku industri kreatif diharapkan tidak terpaku pada keberhasilan memperkuat ekspor, di sisi lain pasar dalam negeri justru dimasuki oleh produk industri kreatif impor.

“Untuk ekspor memang harus diperkuat, tetapi jangan ekspor saja yang diperkuat, dalam negeri malah impornya besar. Selama ini ekspor produk kreatif sangat kuat, terutama kerajinan dan fesyen yang perbandingan antara impor dan ekspornya masih lebih tinggi ekspor,” tandasnya.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…