Bangun 50 Outlet - Mutiara Gelontorkan Bisnis Mikro Rp10 Miliar

NERACA

Jakarta-- PT Bank Mutiara siap mengucurkan dana sekitar Rp10 miliar guna masuk ke bisnis mikro. Dana sebesar itu untuk membuka outlet mikro. "Semua sudah siap, September nanti, kuartal empat kami siap masuk ke bisnis mikro," kata Direktur Utama Bank Mutiara Maryono di Jakarta.

Lebih jauh kata Maryono, pengembangan sektor bisnis mikro ini dengan membangun 50 outlet mikro di berbagai daerah. "Kita memang akan meningkatkan nilai Bank Mutiara, diantaranya dengan  masuk ke segmen mikro untuk  meningkatkan pertumbuhan nilai Dana Pihak Ketiga (DPK) melalui struktur dana murah melalui giro dan tabungan," ujarnya

Menurut Maryono, pihaknya sangat tertarik dengan besarnya pasar perkembangan kredit mikro di Indonesia. Hal ini karena menurut dia, ceruk pasar mikro bau tergarap 20% saja dan sisanya masih bisa digarap industri perbankan.

Dikatakan Maryono, hal ini juga membuat perseroan tidak takut bergerak dengan kompetitor yang telah lebih dahulu masuk dan bersaing di bisnis mikro. "Selama (aset) kita diambil pemerintah (Lembaga Penjamin Simpanan), kita sudah masuk ke sektor kredit otomotif dengan kerjasama  multifinance. Outstanding kredit kita sampai Rp2,9 triliun dalam dua sampai tiga tahun, NPL (rasio kredit macet) juga rendah," paparnya

Oleh karena itulah, Maryono memaparkan, ke depan, pihaknya ingin menggandeng Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan koperasi untuk berkonsentrasi dalam pengembangan kredit mikronya. Hal ini disebabkan karena beban biaya operasional yang ditanggung pihaknya (BOPO) masih tinggi. Maklum, saat ini, Maryono menyebut bahwa BOPO per semester satu ini masih dekat dengan angka 90 persen atau masih tinggi, sehingga ekspansi mikro tidak mungkin mulus tanpa bantuan pihak ketiga. "Saat ini, pilot project kita untuk BPR dan koperasi ada di Jakarta dan Jawa Tengah," tambahnya.

 

Meski menggandeng pihak ketiga, dia optimistis Mutiara masih tetap bisa menggeruk untung di lahan bisnis mikro yang diincarnya seperti sektor perdagangan dan home industry. **ria

Bank Mutiara siap mengucurkan dana sekitar Rp10 miliar guna masuk ke bisnis mikro. Dana sebesar itu untuk membuka outlet mikro. "Semua sudah siap, September nanti, kuartal empat kami siap masuk ke bisnis mikro," kata Direktur Utama Bank Mutiara Maryono di Jakarta.

Lebih jauh kata Maryono, pengembangan sektor bisnis mikro ini dengan membangun 50 outlet mikro di berbagai daerah. "Kita memang akan meningkatkan nilai Bank Mutiara, diantaranya dengan  masuk ke segmen mikro untuk  meningkatkan pertumbuhan nilai Dana Pihak Ketiga (DPK) melalui struktur dana murah melalui giro dan tabungan," ujarnya

Menurut Maryono, pihaknya sangat tertarik dengan besarnya pasar perkembangan kredit mikro di Indonesia. Hal ini karena menurut dia, ceruk pasar mikro bau tergarap 20% saja dan sisanya masih bisa digarap industri perbankan.

Dikatakan Maryono, hal ini juga membuat perseroan tidak takut bergerak dengan kompetitor yang telah lebih dahulu masuk dan bersaing di bisnis mikro. "Selama (aset) kita diambil pemerintah (Lembaga Penjamin Simpanan), kita sudah masuk ke sektor kredit otomotif dengan kerjasama  multifinance. Outstanding kredit kita sampai Rp2,9 triliun dalam dua sampai tiga tahun, NPL (rasio kredit macet) juga rendah," paparnya

Oleh karena itulah, Maryono memaparkan, ke depan, pihaknya ingin menggandeng Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan koperasi untuk berkonsentrasi dalam pengembangan kredit mikronya. Hal ini disebabkan karena beban biaya operasional yang ditanggung pihaknya (BOPO) masih tinggi. Maklum, saat ini, Maryono menyebut bahwa BOPO per semester satu ini masih dekat dengan angka 90 persen atau masih tinggi, sehingga ekspansi mikro tidak mungkin mulus tanpa bantuan pihak ketiga. "Saat ini, pilot project kita untuk BPR dan koperasi ada di Jakarta dan Jawa Tengah," tambahnya.

Meski menggandeng pihak ketiga, dia optimistis Mutiara masih tetap bisa menggeruk untung di lahan bisnis mikro yang diincarnya seperti sektor perdagangan dan home industry. **ria

BERITA TERKAIT

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…

BERITA LAINNYA DI

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…