Penyandang Gangguan Bipolar : - Perawatan dengan Dukungan Lingkungan Terdekat

Meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan risiko komorbiditas pada gangguan bipolar adalah lingkungan terdekat. Mulailah dari keluarga, dengan perhatian dan kasih sayang.

NERACA

Gangguan Bipolar (BP) atau dikenal dengan gangguan jiwa yang bersifat episodik, sesungguhnya dapat ditingkatkan asalkan gangguan ini dikelola dengan baik. Fase manik yang berdurasi pendek, untuk harapan hidup akan lebih baik. sedangkan, fase onset yang terjadi pada usia lanjut, tidak ada pemikiran untuk bunuh diri, dan tidak disertai gambaran psikotik dan masalah kesehatan fisik.

dr. Margarita M. Maramis mengatakan, kepatuhan penyandang GB terhadap terapi farmokologi dan non-farmakologi juga akan mendorong meningkatnya prognosis di samping intervensi psikososial khususnya dukungan keluarga.

Namun, pada kenyataannya keluarga malah seringkali menstigmatisasi penyandang, misalnya mengatakan mereka tidak mungkin menjadi lebih baik,tidak usah mengkonsumsi obat, percaya bahwa pasien berbahaya, distigma karena adanya gejala sisa dan sebagainya, tuturnya.

Keluarga dihimbau menjadi indikator pendukung utama bagi penyandang GB agar prognosis meningkat. Gangguan Bipolar merupakan suatu gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi dan campuran, biasanya rekuren serta berlangsung seumur hidup.

Ia mengatakan, gangguan bipolar mengganggu fungsi kehidupan pasien dan keluarga, dapat berdampak buruk terhadap performa pekerjaan, aktivitas interpersonal serta kualitas hidup secara keseluruhan. Diagnosis yang tidak akurat pada GB dapat meningkatkan angka bunuh diri sebesar 79% pada episode depresi, 11% episode campuran, dan 11% pada manik dengan gambaran psikotik di samping itu juga mengakibatkan penyalahgunaan zat dan terjadinya seks bebas.

Pengobatan yang tepat tergantung pada stadium GB yang dialami dan ditujukan agar kualitas hidup meningkat. Secara farmakologi, pengobatan GB ditekankan untuk mencegah dan meredakan episode manik atau depresi serta efektif dalam jangka panjang. Pilihan obat tergantung pada gejala yang tampak, seperti gejala psikotik, agitasi, agresi, dan gangguan tidur, tuturnya.

Sayangnya pencarian pengobatan seringkali tertunda karena berbagai alasan, misalnya kesalahan diagnosis, ketidaksadaran pasien akan sakitnya, adanya beliefs yang menghambat dari pasien dan keluarga serta stigma. Keterlambatan pencarian pengobatan dapat berlangsung hingga 10-an tahun. Keadaan ini dapat mengakibatkan episode semakin sering, spontan, berat dan kurang respon terhadap pengobatan.

Disamping itu, pemberian psikoedukasi dan psikoterapi sangat penting untuk meningkatkan kesembuhan. Prinsip terapi nonfarmakologi pada GB yaitu pasien perlu melakukan konsultasi kepada psikiater, melakukan aktivitas fisik atau olah raga rutin dan mendapatkan psikoedukasi, baik kepada penyandang maupun keluarganya.

Dr.dr.Nurmiati Amir, SpKJ (K) mengatakan, “Prognosis pada penderita GB- II lebih buruk daripada GB-I. Buruknya prognosis disebabkan oleh seringnya pasien dengan GB-II mengalami depresi berat.

Di samping itu, risiko bunuh diri pada pasien dengan GB ternyata 20% lebih besar dibandingkan populasi secara umum. Pasien dengan riwayat percobaan bunuh diri mengalami perjalanan penyakit yang lebih kompleks dan lebih berat. Seringnya perputaran episode depresif dan manik dihubungkan buruknya prognosis dan kualitas hidup.

Di lain pihak, ada beberapa indikator yang memperkirakan buruknya prognosis, yaitu buruknya riwayat pekerjaan, penggunaan alkohol, adanya gambaran psikotik, gambaran depresif di antara episode manik, adanya pemikiran untuk bunuh diri, jenis kelamin laki-laki, dan bila disertai (berkomorbiditas) dengan gangguan kesehatan fisik.

Komorbiditas atau penyakit penyerta yang seringkali terjadi pada penyandang GB antara lain penggunaan zat adiktif, distimia, gangguan cemas menyeluruh, gangguan panik serta Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Komorbiditas ditemukan 90% pada anak-anak dan 30% pada remaja bipolar.

“Banyak penyandang GB juga kecanduan rokok, alkohol atau zat adiktif. Hal ini seringkali dianggap dapat meringankan GB, namun sebenarnya justru dapat memicu, memperparah atau memperpanjang episode depresi atau mania. Alkohol termasuk senyawa kimia yang dapat menyebabkan terjadinya ketergantungan fisik maupun mental,” tuturnya.

Gangguan bipolar yang disertai penyalahgunaan alkohol akan mengakibatkan konsekuensi negatif, yaitu risiko yang besar untuk ketidakpatuhan terhadap pengobatan, penyembuhan yang lambat dari episode-episode mood, dapat mendorong bunuh diri, dan kecelakaan.

“Pasien dengan gangguan depresi dan gangguan cemas lebih sulit berhasil untuk berhenti merokok daripada yang tidak. Nikotin yang terkandung dalam rokok adalah zat yang sangat berbahaya karena mempunyai efek ketergantungan setara seperti efek ketergantungan alkohol dan kokain,” ujarnya.

Prognosis yang baik pada GB diharapkan dapat mencegah terjadinya komorbiditas yang seringkali terjadi pada penyandang GB antara lain penggunaan zat adiktif, distimia, gangguan cemas menyeluruh, gangguan panik serta Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).

Penting sekali ditekankan akan pentingnya kepatuhan penyandang terhadap pengobatan. Ketidakpatuhan terhadap terapi GB merupakan penyebab utama kekambuhan. Selain berdampak terhadap diri sendiri, penyandang GB juga mengakibatkan dampak buruk terhadap keluarga, baik secara fisik, psikologis serta finansial.

Oleh karena itu, dukungan keluarga sangat dibutuhkan. Keluarga diharapkan dapat memberi dorongan dan dukungan kepada penyandang GB untuk optimis agar mereka semangat menjalankan kehidupan. Penyandang GB jangan dijauhi, melainkan dirangkul, diberi kenyamanan dan kehangatan oleh orang-orang di sekitarnya.

 

BERITA TERKAIT

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…