Pulihkan Usaha, BTEL Ngutang US$ 50 Juta dari Credit Suisse

NERACA

Jakarta – PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) mendapatkan sindikasi pinjaman senilai US$ 50 juta yang di fasilitasi oleh Credit Suisse Singapore dengan tenor 18 bulan dan bunga 11,5%. Kata Presiden Direktur BTEL Anindya Bakrie, kuncuran pinjaman bank tersebut didapatkan lebih cepat dari yang direncanakan.

Asal tahu saja, pinjaman yang didapatkan perseroan digunakan untuk mensuksekan program revitalisai Bakrie Telecom. “Kami bersyukur bahwa BTEL masih tetap mendapat kepercayaan yang tinggi dari institusi keuangan asing. Hal ini tentunya akan semakin mempercepat program revitalisasi  yang sedang dilakukan perusahaan,” kata Anindya Bakrie dalam siaran persnya kepada Neraca di Jakarta, Selasa (24/7).

Menurutnya, penandatanganan pinjaman tersebut sekaligus akan meningkatkan kepercayaan pasar, khususnya dalam menyelesaikan proses penerbitan saham tanpa disertai hak pemesanan efek terlebih dahulu (non-preemtive right issue / NPR).

Sesuai mandat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa beberapa waktu lalu, BTEL akan menambah penerbitan saham (right issue) sebesar Rp 754 miliar atau 10% dari saham yang ada. Penerbitan saham tersebut dilakukan tanpa disertai hak pemesanan efek terlebih dahulu (non-preemtive right issue / NPR). Target non premptive right (NPR) bisa selesai akhir Agustus 2012.

Menurut Wakil Direktur Utama merangkap Direktur Keuangan BTEL Jastiro Abi, pinjaman bank sebesar US$ 50 juta tersebut akan dikombinasikan dengan pendanaan hasil right issue (NPR) untuk melunasi obligasi rupiah pada tanggal 4 September mendatang.

Saat ini hasil awal dari proses NPR, BTEL sudah menerima pembayaran sebesar Rp 150 miliar dari Bakrie Global Ventura. Dikombinasikan dengan kas internal perusahaan dan pinjaman bank yang baru didapat untuk melunasi kewajiban obligasi.

Sebagaimana diketahui, sebelumnya, pemulihan BTEL terdiri dari lima tahap. Pertama, adalah program penyehatan dan penguatan keuangan perusahaan. Kedua, penguatan organisasi, budaya dan governance. Ketiga, kembali ke inti kekuatan BTEL, yakni back to basic (one brand, one price) tapi banyak opsi produk. Keempat, mendorong pertumbuhan revenue dari data. Kelima, peningkatan kualitas produk dan layanan pelanggan.

Perolehan dana dari perbankan dan right issue, merupakan realisasi dari tahap pertama. Adapun tahap kedua, yakni penguatan organisasi, BTEL menambah direksi dan komisaris baru pada Juni lalu.Anindya mengatakan,manajemen BTEL juga terus berkomitmen merealisasi program pemulihan tahap tiga dan empat, yakni one brand one price  tapi banyak opsi produk dan mendorong pertumbuhan revenue dari data. (bani)

 

 

 

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…