Transformasi Citilink Pasca Spin Off Dari Garuda - Berebut Pasar Low Cost Carrier

NERACA

Jakarta – Industri penerbangan dalam negeri terus mengalami pertumbuhan signifikan dan terlebih penerbangan berbiaya murah atau (low cost carier) yang pasarnya masih besar. Asal tahu saja, saat ini pasar penerbangan berbiaya murah di Indonesia masih 7% dari seluruh pendapatan bisnis penerbangan. Jumlah ini tertinggal jauh bila dibandingkan dengan Filipina yang sudah mencapai 54% dan Singapura 20%.

Menurut Presiden Direktur AirAsia Indonesia, Dharmadi, belum optimalnya pangsa pasar penerbangan berbiaya murah lantaran mayoritas pasar penerbangan di tanah air memiliki gengsi sangat tinggi untuk menggunakan layanan dari maskapai berbiaya murah, “Mereka ingin memperoleh predikat sebagai masyarakat berkemampuan menengah atas. Padahal potensi pengguna layanan maskapai berbiaya terjangkau sangat besar di tanah air,”ungkapnya.

Sampai sekarang, lanjut Dharmadi, masyarakat penerbangan di Indonesia lebih meminati layanan maskapai non-LCC. Hal tersebut tampak dari total pengguna layanan maskapai LCC di tanah air masih mencapai 7% dari pasar penerbangan di penjuru nusantara.

Namun lambat tapi pasti, tren pasar penerbangan berbiaya murah mulai mengalami peningkatan dan hal ini diakui Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bhakti, persaingan antara maskapai berbiaya murah atau low cost carier (LCC) kian ketat. Akan tetapi, pangsa pasar untuk maskapai-maskapai jenis itu masih besar.

Pangsa pasar yang besar, kata Herry, ditunjukkan oleh pertumbuhan rata-rata penumpang pesawat per tahun yang mencapai 15%. Bahkan dengan angka itu, diyakini Herry tidak ada maskapai yang saling berebut penumpang, “Selama ini persaingan ini enggak ada saling memakan,"kata Herry

Potensi Pasar LCC

Besarnya pasar penerbangan berbiaya murah yang belum tergarap, kini menjadi rebutan maskapai penerbangan swasta untuk mulai banyak melirik segmen pasar tersebut, selain prospeknya menjanjikan. Maka atas dasar tersebut, Citilink anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) fokus menggarap bisnis penerbangan murah. Rupanya, quantum leap (lompatan jauh) bisnis Garuda Indonesia selama lima tahun mampu membawa perubahan bagi anak usahanya dan termasuk Citilink yang berhasil memisahkan diri (spin off) dari Garuda menjadi maskapai penerbangan yang mandiri.

Pasca-spin off, Citilink memiliki beberapa target bisnis, yang utama adalah terus berupaya mengembangkan diri agar bisa menjangkau penumpang dan memberikan layanan yang lebih optimal. Selain itu, Citilink juga memperkenalkan citra baru (new brand story) yang akan dituangkan melalui corporate color baru Citilink (hijau), livery baru, logo baru, serta baju pramugari baru.

Kata Wakil Presiden Citilink, Con Korfiatis, ada sejumlah banyak alasan dibalik bermunculannya model penerbangan berbiaya murah dan persaingannya yang cukup ketat. Pertama, selain kondisi perekonomian cenderung membaik, juga penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 240 juta merupakan peluang dan potensi yang menjanjikan. Kedua, prediksi bahwa dalam kurun waktu dua hingga tiga tahun mendatang akan terjadi peningkatan jumlah penduduk kelas menengah.

Hal tersebut, menurut Con Korfiatis tentu saja menjanjikan jumlah penumpang LCC yang lebih besar dan lebih baik bagi industri wisata maupun bisnis. Ketiga, Indonesia secara geografis dipisahkan oleh laut serta dataran tinggi. Kehadiran jasa transportasi udara menjadi amat penting. "Dibandingkan negara lain, Indonesia memberikan masa depan yang lebih menjanjikan bagi dunia penerbangan," tegasnya.

Siap Bersaing Ketat

Menyadari Citilink pemain baru di segmen LCC, tidak membuat ciut anak usaha Garuda ini untuk bersaing merebut pasar dengan para pemain lamanya, seperti AirAsia dan Lion Air. Saat ini penerbangan dengan tarif murah Indonesia didominasi oleh maskapai asal Malaysia, AirAsia. 

Senior Vice President Citilink Arif Wibowo mengatakan, pihaknya mengaku tidak takut dalam bersaing karena pasar punya segmen sendiri meskipun baru saja terpisah dari manajemen Garuda Indonesia.

Perseroan juga tetap optimis mampu bersaing, karena pasar di Indonesia masih belum mengenal dengan baik mengenai bentuk business LCC yang modern. Disamping itu, hal yang membedakan Citilink dengan low cost Airlines lainny adalah Citilink merupakan anak perusahaan PT Garuda Indonesia Tbk yang sudah memiliki reputasi dan standar yang baik.

Bahkan guna menyiasati persaingan ketat tersebut, pihaknya akan menambah penerbangan regional pada tahun depan, "Tahun 2012 kita fokus memperkuat domestik, SIUP kita ada 70 penerbangan domestik, 16 rute regional dari Kemenhub. Tahun depan kita sudah masuk regional," ungkapnya.

Sementara untuk penerbangan regional, maskapai ini hanya membidik penerbangan yang mempunyai durasi terbang tidak lebih dari 3 jam. Hal tersebut dilakukan karena untuk menghemat atau efisien khas penerbangan dengan tarif murah.

Rencananya, Citilink akan melakukan penerbangan ke Australia bagian Selatan, Malaysia dan Singapura. Dia mengakui penerbangan low cost carrier ini tidak akan melakukan service seperti premium service. "Ini memang tidak sama dengan full service atau premium service," pungkasnya.

Kemudian untuk meningkatkan pelayanannya kepada konsumen, Citilink juga sudah dalam proses realisasi penambahan jumlah armada Airbus A320 hingga empat kali lipat, dari 5 menjadi 20 buah dari 2012 sampai 2013. Dari sisi total armada, akan ada penambahan 11 pesawat baru pada 2012 dan 10 pesawat lagi pada 2013.

Citilink juga akan menambah rute penerbangan baru ke Jogjakarta, Padang, dan Pekanbaru pada tahun ini. Tahun lalu, Citilink memiliki 30 penerbangan dalam sehari. "Sementara pada akhir tahun ini, kami menargetkan menjadi 125 penerbangan dalam sehari," jelasnya. Tahun depan, Citilink berencana mengembangkan rute internasional.

Sementara dari segi penumpang, Citilink mencatat ada 1,6 juta penumpang tahun lalu. Tahun ini, Citilink memasang target penumpang bisa mencapai 4 juta orang dan pendapatan mencapai Rp 2 triliun. "Ini adalah target yang agresif dan bisa jadi pertumbuhan yang cukup signifikan," imbuhnya. (bani)

 

 

 

 

BERITA TERKAIT

Summarecon Crown Gading - Primadona Properti di Utara Timur Jakarta

Summarecon Crown Gading yang merupakan kawasan terbaru Summarecon yang di Utara Timur Jakarta, kini semakin berkembang. Saat ini sedang berlangsung…

Pertumbuhan Logistik Tembus 8% - CKB Logistics Optimalkan Bisnis Lewat Kargo Udara

Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) memperkirakan sektor logistik nasional tahun ini mengalami pertumbuhan tujuh sampai dengan delapan persen. Tak heran, bisnis…

Mitra Investindo Catat Laba Meningkat 212%

NERACA Jakarta - Perusahaan jasa pelayaran dan logistik PT Mitra Investindo Tbk (MITI) membukukan laba bersih yang meningkat signifikan 212% year…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Summarecon Crown Gading - Primadona Properti di Utara Timur Jakarta

Summarecon Crown Gading yang merupakan kawasan terbaru Summarecon yang di Utara Timur Jakarta, kini semakin berkembang. Saat ini sedang berlangsung…

Pertumbuhan Logistik Tembus 8% - CKB Logistics Optimalkan Bisnis Lewat Kargo Udara

Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) memperkirakan sektor logistik nasional tahun ini mengalami pertumbuhan tujuh sampai dengan delapan persen. Tak heran, bisnis…

Mitra Investindo Catat Laba Meningkat 212%

NERACA Jakarta - Perusahaan jasa pelayaran dan logistik PT Mitra Investindo Tbk (MITI) membukukan laba bersih yang meningkat signifikan 212% year…