BPS Optimis April Deflasi Lagi

BPS Optimis April Deflasi Lagi

 Jakarta---Badan Pusat Statistik (BPS) kembali memprediksi April 2011 kemungkinan besar akan terjadi deflasi. Salah satu cirinya ditandai dengan masih berlangsungnya penurunan harga bahan-bahan pokok. “Saya katakan April masih ada potensi deflasi karena minggu pertama masih meneruskan penurunan harga-harga," kata Kepala BPS, Rusman Heriawan kepada wartawan di  Jakarta, Rabu (6/4).

 Namun diakui Rusman, pihaknya terlalu berani memperkirakan penghitungan tersebut. Karena akhir April masih tiga minggu lagi. “Jadi saya terlalu awal memang kalau kita katakan April akan deflasi.,” tambahnya.

 Berdasarkan pantaun BPS,  pada minggu pertama April ini tren penurunan bahan pokok masih berlangsung, seperti beras dan minyak goreng. Bahkan harga telur ayam yang bulan lalu melambung mulai menurun.

 Seperti diberitakan sebelumnya, BPS mencatat pada Maret lalu terjadi deflasi sebesar 0,32%. Ada beberapa faktor utama yang menekan laju inflasi baik pada Maret dan April ini, yaitu penurunan harga beras, penguatan rupiah, serta adanya imported deflation sebagai dampak penguatan rupiah. "Maret dan April lagi berlangsung penguatan rupiah. Kekawatiran bahwa penguatan rupiah akan menekan ekspor karena daya saing turun dari rekaman kita, baik yang Februari lalu dan April,”terangnya.

 Lebih jauh kata Rusman, dampak penguatan rupiah juga memiliki pengaruh meski kecil. “Yang jelas sekarang ekspor kita kuat, artinya kekawatiran ekspor turun ternyata tidak. Ketiga, walaupun dampak tidak terlalu besar tapi penguatan rupiah juga berikan pengaruh pada imported deflation juga," paparnya.

 Seperti diketahui Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, Maret 2011 terjadi deflasi sebesar 0,32%. Kondisi ini diperkirakan terus berlanjut pada April ini dimana belum terlihat adanya sinyal kenaikan harga barang konsumsi, khususnya pangan. ”Barang-barang dengan volatilitas tinggi seperti pangan, terutama beras masih akan berada pada harga stabil dengan kecenderungan turun,” kata Rusman.

 Rusman mengatakan, bulan April ini sudah masuk panen raya sehingga kemungkinan tetap terjadi deflasi seperti bulan Maret 2011. ”Kalaupun ada inflasi nilainya tipis,” ucapnya.

 Bila tren terjaga dengan baik, Rusman optimistis deflasi atau inflasi tipis akan berlangsung hingga Mei mendatang. Selain mulai turunnya harga pangan, lanjut Rusman, pembebasan bea masuk impor untuk pangan akan efektif mengoreksi nilai inflasi. ”Bila ada fasilitas impor baru seperti kedelai atau tepung terigu, pasti ada dampaknya pada inflasi,” ujarnya.

 Lebih jauh Rusman mengatakan, sikap pemerintah terhadap BBM dinilai akan  berpengaruh besar terhadap terjadinya inflasi atau deflasi. Apabila pemerintah membatasi BBM bersubsidi dengan menaikkan harga Premium, akan berdampak pada pembobotan Pertamax. **cahyo

 

BERITA TERKAIT

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global NERACA Jakarta - Lahirnya undang-undang tentang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ)…

Pemerintah akan Bentuk Tim Proyek Kereta Cepat Jakarta " Surabaya

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan segera membentuk tim untuk proyek kereta…

Surplus Neraca Perdagangan Terus Berlanjut

  NERACA Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2024, Indonesia kembali surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS,…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global NERACA Jakarta - Lahirnya undang-undang tentang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ)…

Pemerintah akan Bentuk Tim Proyek Kereta Cepat Jakarta " Surabaya

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan segera membentuk tim untuk proyek kereta…

Surplus Neraca Perdagangan Terus Berlanjut

  NERACA Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2024, Indonesia kembali surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS,…