Pertumbuhan Kredit Tinggi Tak Munculkan "Overheating"

NERACA

Jakarta---Bank Indonesia (BI) menegaskan tingginya pertumbuhan kredit perbankan sebesar 28 % melebihi Rencana Bisnis Bank (RBB) yang hanya 24 % tidak akan mengakibatkan “overheating” ekonomi karena sudah diantisipasi sejak awal. "Kenaikan pertumbuhan kredit itu telah diantisipasi sejak awal dengan adanya aturan kenaikan uang muka kredit kendaraan bermotor dan properti," kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution di Jakarta

Lebih jauh kata mantan Dirjen Pajak ini, sampai dengan akhir tahun 2012 diperkirakan pertumbuhan kredit tidak akan tinggi meski dalam enam bulan pertama pertumbuhannya sudah mencapai angka 28%.

Dikatakan Darmin, untuk mencegah terjadinya overheating, pihaknya dan Kementerian Keuangan telah menerbitkan aturan kenaikan uang muka untuk kredit sektor konsumsi yaitu kendaraan bermotor dan kepemilikan rumah. "BI sejak awal sudah memperhitungkan kenaikan DP ke depan, sebab BI melihat kredit di sektor konsumsi akan tumbuh dengan cepat,” ujarnya.

Karena itu, lanjut Darmin, BI sudah memperhitungkan beberapa aspek sejak enam bulan lalu. “Kalau kredit tumbuh tinggi, konsumsi ikut tinggi. Kita sudah tahu sejak enam bulan lalu arah perkembangan itu. Untuk itu kita keluarkan peraturan," tegasnya

Ditambahkannya, yang namanya overheating itu yang pertama-pertama harus diperhatikan adalah sektor properti, serta kendaraan mobil dan motor. Sedangkan untuk investasi dan industri BI menilai tidak terlalu bermasalah karena ini sudah diantisipasi sebelumnya.

BI mencatat bahwa stabilitas sistem perbankan tetap terjaga dan disertai dengan fungsi intermediasi yang meningkat dalam mendukung pembiayaan perekonomian.

Industri perbankan menunjukkan kinerja yang baik sebagaimana tercermin pada meningkatnya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8,0 % serta rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross yang terjaga di bawah 5,0%. Sementara itu, intermediasi perbankan juga terus membaik, tercermin dari pertumbuhan kredit yang hingga akhir April 2012 mencapai 25,7 %(yoy).

Kredit investasi tumbuh cukup tinggi, sebesar 28,8 %(yoy), dan diharapkan dapat meningkatkan kapasitas perekonomian. Sementara itu, kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing tumbuh sebesar 27,7 %(yoy) dan 20,5 %(yoy). **bari

 

 

 

 

 

 

 

BERITA TERKAIT

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…

BERITA LAINNYA DI

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi

Investasi Ilegal di Bali, Bukan Koperasi NERACA Denpasar - Sebanyak 12 lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat secara ilegal di…

Farad Cryptoken Merambah Pasar Indonesia

  NERACA Jakarta-Sebuah mata uang digital baru (kriptografi) yang dikenal dengan Farad Cryptoken (“FRD”) mulai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia melalui…

OJK: Kewenangan Satgas Waspada Iinvestasi Diperkuat

NERACA Bogor-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengharapkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dapat diperkuat kewenangannya dalam melaksanakan tugas pengawasan, dengan payung…