Kualitas Raskin Tak Layak, Bulog Harus Ganti

Kualitas Raskin Tak Layak, Bulog Harus Ganti

 Jakarta—Perum Bulog diminta segera mengganti masyarakat miskin yang terlanjur membeli raskin (beras untuk rakyat miskin). Karena ternyata raskin tersebut tak bisa dikonsumsi. “Mereka baru mengeluh bila raskin benar-benar tak bisa dimakan, padahal raskin pun tak gratis meski murah," kata anggota Komisi IV DPR, Zuber Safawi kepada wartawan di Jakarta,(3/4)

.Oleh karena itu, Zuber, mendesak Perum Bulog untk mengganti beras untuk masyarakat miskin (raskin) yang tak layak konsumsi dan terlanjur diterima masyarakat.  "Betul adanya raskin yang jadi sarang kutu, kecoklatan, dan baunya apek, tidak layak dikonsumsi manusia,” tegasnya.

 Lebih jauh kata Zuber, Bulog harus menarik raskin tersebut dan menggantinya dengan kualitas baik kepada masyarakat yang terlanjur menerima. “Intinya, kita minta  Bulog buka saja mengganti raskin mereka, tapi juga jangan sampai menganakitirikan masyarakat miskin," tambahnya.

 Politisi PKS ini menagih janji Dirut Perum Bulog, Sutarto Alimoeso yang dikemukakan beberapa waktu lalu, yakni jaminan Bulog bahwa raskin yang disalurkan tidak akan menimbulkan keberatan masyarakat, terutama dari segi kualitas dan beratnya. "Bulog menjamin, beras tak layak akan segera disortir dan di-reproses menjadi beras berkualitas standar," kata Zuber mengingatkan.

 Namun, yang terjadi di lapangan membuktikan sebaliknya. Selain tak layak konsumsi, raskin dalam karung berukuran 15 kg itu diyakini berkurang satu sampai lima ons. Biasanya masyarakat sedikit maklum bila ada sebagian beras menghitam, sedikit berkutu, apalagi cuma berkurang beberapa ons.

 Selain itu, kasus raskin di beberapa tempat juga terpaksa dibeli masyarakat miskin di atas ketentuan pemerintah. Harga raskin yang dipatok pemerintah adalah Rp1.600,- per kg, tetapi di lapangan banyak yang membeli mulai Rp1.800,- hingga Rp2.000,- per kg.

 Kasus raskin yang bermasalah juga banyak dikritik oleh Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dalam rapat dengar pendapat dengan Perum Bulog, Rabu lalu (30/3). Beberapa perwakilan daerah seperti Sumatera Utara dan Sulawesi Utara melaporkan temuan soal kualitas raskin yang buruk, bahkan ditemukan raskin dengan jamur aflatoksin yang bisa menyebabkan hepatitis dan kanker hati.

 Untuk itu, Zuber mendesak Perum Bulog agar proaktif dalam menanggapi permasalahan-permasalahan raskin di lapangan. "Evaluasi dan pembenahan secara sistemik di internal Bulog harus segera dilakukan, karena secara anggaran dan infrastruktur Bulog, Komisi IV sudah banyak memberi dukungan. Kami minta Bulog jangan sekedar "lips service", manis di mulut saja," tegasnya. **cahyo

BERITA TERKAIT

Jadilah Individu Beretika di Dunia Nyata Maupun Digital

Jadilah Individu Beretika di Dunia Nyata Maupun Digital NERACA Banyuwangi - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian Komunikasi…

Bijak Bermedia Sosial, Bebas Berekspresi Secara Bertanggung Jawab

Bijak Bermedia Sosial, Bebas Berekspresi Secara Bertanggung Jawab  NERACA Probolinggo - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian Komunikasi…

Perhatikan Batasan dalam Berkonten di Media Sosial

  NERACA Jember - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo RI) berkomitmen meningkatkan literasi digital masyarakat menuju Indonesia #MakinCakapDigital2024. Dalam rangka…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Jadilah Individu Beretika di Dunia Nyata Maupun Digital

Jadilah Individu Beretika di Dunia Nyata Maupun Digital NERACA Banyuwangi - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian Komunikasi…

Bijak Bermedia Sosial, Bebas Berekspresi Secara Bertanggung Jawab

Bijak Bermedia Sosial, Bebas Berekspresi Secara Bertanggung Jawab  NERACA Probolinggo - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian Komunikasi…

Perhatikan Batasan dalam Berkonten di Media Sosial

  NERACA Jember - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo RI) berkomitmen meningkatkan literasi digital masyarakat menuju Indonesia #MakinCakapDigital2024. Dalam rangka…