Sepanjang Tahun 2010, Kinerja PLN Melonjak Signifikan - Kejar Rasio Elektrifikasi 72%, PLN Gelontorkan Investasi RP 5 T

NERACA

Jakarta – PT PLN (Persero) terus mengejar peningkatan rasio elektrifikasi nasional hingga sekitar 72% dalam tahun ini. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor kelistrikan itupun siap menggelontorkan dana investasi sebesar Rp5 triliun.

Menurut Direktur Keuangan PLN Setio Anggoro Dewo, dalam tahun 2011, PLN menargetkan rasio elektrifikasi di seluruh wilayah Indonesia tidak ada lagi yang berada di bawah 60%.

“Peningkatan elektrifikasi merupakan bagian dari rencana PLN dengan menuntaskan seluruh daftar tunggu, selain juga melakukan efisiensi besar-besaran penggunaan BBM,” katanya saat memaparkan Kinerja PLN 2010 di Jakarta, akhir pekan lalu.

Dari dana Rp5 triliun tersebut, imbuhnya, sebesar Rp730 miliar akan dialokasikan untuk peningkatan elektrifikasi di wilayah Indonesia Timur, sebesar Rp920 miliar untuk Indonesia Barat, dan Rp3,3 triliun untuk wilayah Jawa Bali.

Sementara itu, Direktur Operasional Indonesia Timur PLN, Vickner Sinaga menuturkan, saat ini rasio elektrifikasi terendah berada di Indonesia Timur. “Rasio listrik di wilayah Indonesia Timur pada 2010 baru mencapai 56%, dan pada tahun 2011 ditargetkan bisa mencapai di atas 60%,” ujarnya.

Menurutnya, untuk memenuhi target di atas 60% tersebut diperkirakan harus merealisasikan penyambungan baru sebanyak 1,1 juta sambungan listrik. "Ini suatu lompatan besar, di mana perbandingannya pekerjaan yang selama 65 tahun dilakukan hanya dilakukan dalam setahun ini,” jelasnya.

Vickner juga mengungkap, saat ini baru lima propinsi yang memiliki rasio elektrifikasi di atas 70% meliputi Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, dan Gorontalo. Sedangkan pada 10 propinsi lainnya rasio elektrifikasinya masih sangat rendah atau kurang dari 60%.

“Bahkan Propinsi NTT dan NTB pada tahun 2010 masih berkisar 31%. Ini yang akan kita percepat agar bisa mencapai hingga 71%,” terang Dia.

Dia menambah, khusus untuk peningkatan rasio kelistrikan di wilayah NTT dan NTB akan dilakukan penyambungan baru sebanyak 360.000 sambungan.

Kinerja PLN

Sepanjang tahun 2010 lalu, kinerja operasi PLN menunjukkan lonjakan perbaikan yang signifikan dibanding tahun sebelumnya. Dalam neraca konsolidasi dan laporan laba rugi konsolidasi tahun 2010  terlihat pendapatan dari penjualan tenaga listrik meningkat 14.2 % dari Rp 90,2 triliun di tahun 2009 menjadi Rp 102,9 di tahun 2010. Peningkatan ini diantaranya karena adanya kenaikan jumlah pelanggan di tahun 2010 sebesar 2,3 juta pelanggan dan kenaikan volume penjualan dari 134,582 Giga Watt hour (GWh) menjadi 147,297 GWh.

Peningkatan jumlah pelanggan dan volume penjualan tersebut tidak lepas dari komitmen PLN selama tahun 2010 yang terus berusaha menuntaskan daftar tunggu, melayani semua permintaan sambungan listrik berapapun daya yang diminta. Upaya penuntasan daftar tunggu diantaranya dengan membuat gerakan sehari sejuta sambungan pada tanggal 27 Oktober 2010 dan program penyambungan khusus kepada pelanggan industri dan bisnis besar di Jakarta dan sekitarnya pada tanggal 15 Desember 2010.

Profitabilitas perusahaan meningkat yang ditunjukkan dari kenaikan laba usaha dari Rp 9,9 triliun di tahun 2009 menjadi Rp 13,3 triliun di tahun 2010 dan kenaikan EBITDA dari Rp. 23,4 triliun menjadi Rp. 28,3 triliun. Peningkatan laba usaha selain karena ada kenaikan pendapatan dari penjualan tenaga listrik, terutama juga karena adanya kenaikan margin subsidi dari 5 % di tahun 2009 menjadi 8 % di tahun 2010. Secara umum neraca keuangan PLN mencatatkan “nilai biru”. Likuiditas membaik terlihat dari meningkatnya current ratio yaitu 65,52% di tahun 2008, 77,51% di tahun 2009 dan di tahun 2010 sebesar 81,60%.

Peningkatan jumlah pelanggan menyebabkan peningkatan produksi energi listrik. Hal ini memicu peningkatan konsumsi bahan bakar. Pada tahun 2010 PLN mencanangkan gerakan bebas pemadaman bergilir di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Hal ini juga menaikkan konsumsi bahan bakar sehingga terlihat biaya bahan bakar mengalami peningkatan dari Rp 76,2 triliun di tahun 2009 menjadi Rp 84, 2 triliun. Beban usaha (biaya operasi) naik 10,2 % dibanding tahun sebelumnya dari Rp. 135 triliun menjadi Rp 149 triliun.

Bauran energi pada tahun 2010 membaik dibanding tahun 2009 dimana komposisi bahan bakar minyak turun dari 23% menjadi 20% dan bahan bakar gas naik dari 22% menjadi 24%. Curah hujan yang lebih banyak sepanjang tahun 2010 juga menyebabkan kontribusi pembangkit air didalam bauran energi naik dari 7% pada tahun 2009 menjadi 10% pada tahun 2010. Perbaikan bauran energi dari ketiga jenis bahan bakar tersebut secara optimal dapat mengisi kekurangan dari rencana produksi pembangkit batubara akibat mundurnya jadual operasi PLTU Indramayu, PLTU Rembang dan PLTU Suralaya ke bulan April 2011. Upaya peningkatan efisiensi juga terus dilakukan dengan menekan  susut jaringan dari 9,93 % di tahun 2009 menjadi 9,74 % di tahun 2010.

Di sisi aset per 31 Desember 2010, PLN mencatatkan total nilai aset sebesar Rp. 369,5 triliun, naik Rp. 35,8 triliun 11 % dibanding total aset per 31 Desember 2009 yang tercatat sebesar Rp. 333,7 triliun. 87% dari kenaikan tersebut berasal dari kenaikan aset tetap, terutama berasal dari kegiatan pembangunan proyek percepatan PLTU Batubara 10.000 MW. Aset tersebut terdiri dari aset tidak lancar (noncurrent asset) Rp. 324,4 triliun dan aset lancar (current asset) Rp. 45,1 triliun. Sedangkan di sisi kewajiban, tercatat total kewajiban tidak lancar (noncurrent liabilities) Rp. 164,6 triliun dan kewajiban lancar (current liabilities) Rp. 55,3 triliun. Dengan jumlah ekuitas Rp. 149,5 triliun, maka total ekuitas dan kewajiban PLN tercatat Rp. 369,5 triliun.

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…